Mangan(II) oksida
Mangan(II) oksida adalah sebuah senyawa anorganik dengan rumus kimia MnO.[2] Senyawa ini membentuk kristal hijau. Senyawa ini diproduksi dalam skala besar sebagai komponen pupuk dan bahan tambahan pangan. Struktur, stoikiometri, reaktivitasSeperti banyak senyawa monoksida logam, MnO mengadopsi struktur garam batu, di mana baik kation maupun anion keduanya terkoordinasi secara oktahedral. Seperti banyak oksida logam, mangan(II) oksida sering kali nonstoikiometris: komposisinya dapat bervariasi dari MnO hingga MnO1,045.[3] Di bawah suhu 118 K, MnO bersifat antiferomagnetik.[3] MnO memiliki keistimewaan sebagai salah satu senyawa pertama[4] yang struktur magnetiknya ditentukan melalui difraksi neutron. Laporan tersebut muncul pada tahun 1951.[5] Studi ini menunjukkan bahwa ion Mn2+ membentuk sub-kisi magnetik kubik berpusat muka di mana terdapat lembaran yang digabungkan secara feromagnetik yang anti-paralel dengan lembaran yang berdekatan. Mangan(II) oksida mengalami reaksi kimia yang khas dari oksida ionik. Setelah direaksikan dengan suatu asam, ia berubah menjadi garam mangan(II) yang sesuai.[3] Oksidasi mangan(II) oksida akan menghasilkan mangan(III) oksida. Pembuatan dan keterjadianMnO terdapat di alam sebagai mineral langka manganosit.
Setelah dipanaskan hingga suhu 450 °C, mangan(II) nitrat menghasilkan campuran oksida, yang dilambangkan dengan MnO2−x, yang dapat direduksi menjadi MnO dengan hidrogen pada suhu ≥750 °C.[6] MnO sangat stabil dan tahan terhadap reduksi lebih lanjut.[7] MnO juga dapat disiapkan dengan memanaskan mangan(II) karbonat:[8]
Proses kalsinasi ini dilakukan secara anaerobik, agar Mn2O3 tidak terbentuk. Rute alternatif, yang paling menarik untuk tujuan demonstrasi, adalah "metode oksalat". Metode ini juga berlaku untuk sintesis besi(II) oksida dan timah(II) oksida, yang memerlukan pemanasan dalam atmosfer bebas oksigen (seringkali CO2), mangan(II) oksalat terhidrasi:[9]
KegunaanBersama dengan mangan(II) sulfat, MnO merupakan komponen pupuk dan bahan tambahan makanan. Ribuan ton dikonsumsi setiap tahun untuk tujuan ini. Kegunaan lainnya meliputi: katalis dalam pembuatan alil alkohol, keramik, cat, kaca berwarna, pemutih lemak dan pencetakan tekstil.[2] Referensi
|