Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Kesultanan Ternate

Kesultanan Ternate

كسلطانن ترناتي
Alam Ma-Kolano
1257
Bendera Kesultanan Ternate
Bendera, sumber tidak diketahui.
{{{coat_alt}}}
Bendera Ternate pada 1601 sesuai gambaran orang Belanda.
Wilayah Kesultanan Ternate pada abad ke-20 (Uli Lima)[1]
Wilayah Kesultanan Ternate pada abad ke-20 (Uli Lima)[1]
Ibu kotaTernate
Bahasa resmiTernate
Agama
sebelum abad ke-15 Animisme setelah abad ke-15 Islam Sunni
PemerintahanMonarki
Sultan, Alam ma-kolano 
• 1257-1277
Baab Mashur Malamo
• 1929-1975
Sultan Iskandar Muhammad Jabir Syah
• 1975-2015
Sultan Mudaffar Syah (Mudaffar Syah II)
Sejarah 
• Didirikan
1257
Sekarang bagian dari Indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Istana Kesultanan Ternate
Sultan Mudaffar Syah II, Sultan Ternate ke-48 (1975-2015)

Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-19. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Pada masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik.

Sejarah

Asal usul pembentukan

Pulau Gapi (kini Ternate) mulai ramai di awal abad ke-13. Penduduk Ternate awal merupakan warga eksodus dari Halmahera. Awalnya di Ternate terdapat 4 kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang momole (kepala marga). Merekalah yang pertama–tama mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala penjuru mencari rempah–rempah. Penduduk Ternate makin heterogen dengan bermukimnya pedagang Arab, Jawa, Melayu dan Tionghoa. Oleh karena aktivitas perdagangan yang makin ramai ditambah ancaman yang sering datang dari para perompak maka atas prakarsa Momole Guna pemimpin Tobona diadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja.

Tahun 1257 Momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat sebagai kolano (raja) pertama dengan gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272). Kerajaan Gapi berpusat di kampung Ternate, yang dalam perkembangan selanjutnya makin besar dan ramai sehingga oleh penduduk disebut juga sebagai Gam Lamo atau kampung besar (belakangan orang menyebut Gam Lamo dengan Gamalama). Semakin besar dan populernya Kota Ternate, sehingga kemudian orang lebih suka mengatakan kerajaan Ternate daripada kerajaan Gapi. Di bawah pimpinan beberapa generasi penguasa berikutnya, Ternate berkembang dari sebuah kerajaan yang hanya berwilayahkan sebuah pulau kecil menjadi kerajaan yang berpengaruh dan terbesar di bagian timur Indonesia khususnya Maluku.

Unifikasi Persekutuan Maluku

Lukisan pemandangan Pulau Ternate dengan Gunung Gamalama (sekitar tahun 1883-1889).

Selain Ternate, di Maluku juga terdapat paling tidak 3 kerajaan lain yang memiliki pengaruh yaitu Kesultanan Tidore, Kesultanan Jailolo, dan Kesultanan Bacan. Kerajaan–kerajaan ini merupakan saingan Ternate dalam memperebutkan hegemoni di Maluku. Berkat perdagangan rempah Ternate menikmati pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, dan untuk memperkuat hegemoninya di Maluku, Ternate mulai melakukan ekspansi. Hal ini menimbulkan antipati dan memperbesar kecemburuan kerajaan lain di Maluku yang memandang Ternate sebagai musuh bersama hingga memicu terjadinya perang.

Demi menghentikan konflik yang berlarut–larut, sultan Ternate ke-7 Kolano Cili Aiya atau disebut juga Kolano Sida Arif Malamo (1322-1331) mengundang raja–raja Maluku yang lain untuk berdamai dan bermusyawarah membentuk persekutuan. Persekutuan ini kemudian dikenal sebagai Persekutan Moti atau Motir Verbond. Butir penting dari pertemuan ini selain terjalinnya persekutuan adalah penyeragaman bentuk kelembagaan kerajaan di Maluku. Oleh karena pertemuan ini dihadiri 4 raja Maluku yang terkuat maka disebut juga sebagai persekutuan Moloku Kie Raha (Empat Gunung Maluku).

Kedatangan Islam

Sigi Lamo, masjid peninggalan Kesultanan Ternate.

Tak ada sumber yang jelas mengenai kapan awal kedatangan Islam di Maluku Utara khususnya Ternate. Namun diperkirakan sejak awal berdirinya kerajaan Ternate masyarakat Ternate telah mengenal Islam mengingat banyaknya pedagang Arab yang telah bermukim di Ternate kala itu. Beberapa raja awal Ternate sudah menggunakan nama bernuansa Islam namun kepastian mereka maupun keluarga kerajaan memeluk Islam masih diperdebatkan. Hanya dapat dipastikan bahwa keluarga kerajaan Ternate resmi memeluk Islam pertengahan abad ke-15.

Kolano Marhum (1465-1486), penguasa Ternate ke-18 adalah raja pertama yang diketahui memeluk Islam bersama seluruh kerabat dan pejabat istana. Pengganti Kolano Marhum adalah puteranya, Zainal Abidin (1486-1500). Beberapa langkah yang diambil Sultan Zainal Abidin adalah meninggalkan gelar kolano dan menggantinya dengan sultan, Islam diakui sebagai agama resmi kerajaan, syariat Islam diberlakukan, dan membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama. Langkah-langkahnya ini kemudian diikuti kerajaan lain di Maluku secara total, hampir tanpa perubahan. Ia juga mendirikan madrasah yang pertama di Ternate. Sultan Zainal Abidin pernah memperdalam ajaran Islam dengan berguru pada Sunan Giri di pulau Jawa. Di sana dia dikenal sebagai Sultan Bualawa (Sultan Cengkih).

Kedatangan Portugal dan Perang Saudara

Peta terawal Kepulauan Maluku Utara karya seorang kartografer Belanda, Willem Janszoon Blaeu, pada tahun 1630. Arah utara berada di sebelah kanan, dengan Pulau Ternate terletak di ujung kanan, diikuti oleh Pulau Tidore, Mare, Moti dan Kepulauan Makian. Pada bagian bawah adalah Gilolo (Jailolo atau Halmahera). Inset yang berada di atas menunjukkan Pulau Bacan.

Pada masa pemerintahan Sultan Bayanullah (1500-1521), Ternate semakin berkembang, rakyatnya diwajibkan berpakaian secara islami, teknik pembuatan perahu dan senjata yang diperoleh dari orang Arab dan Turki digunakan untuk memperkuat pasukan Ternate. Pada masa ini pula datang orang Eropa pertama di Maluku, Loedwijk de Bartomo (Ludovico Varthema) tahun 1506.

Tahun 1512 Portugal untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Ternate dibawah pimpinan Fransisco Serrao, atas persetujuan sultan, Portugal diizinkan mendirikan pos dagang di Ternate. Portugal datang bukan semata–mata untuk berdagang melainkan untuk menguasai perdagangan rempah–rempah, pala dan cengkih di Maluku. Untuk itu terlebih dulu mereka harus menaklukkan Ternate.

Sultan Bayanullah wafat meninggalkan pewaris-pewaris yang masih sangat belia. Janda sultan, permaisuri Nukila dan Pangeran Taruwese, adik almarhum sultan bertindak sebagai wali. Permaisuri Nukila yang asal Tidore bermaksud menyatukan Ternate dan Tidore dibawah satu mahkota yakni salah satu dari kedua puteranya, Pangeran Hidayat (kelak Sultan Dayalu) dan pangeran Abu Hayat (kelak Sultan Abu Hayat II). Sementara pangeran Tarruwese menginginkan tahta bagi dirinya sendiri.

Portugal memanfaatkan kesempatan ini dan mengadu domba keduanya hingga pecah perang saudara. Kubu permaisuri Nukila didukung Tidore sedangkan pangeran Taruwese didukung Portugal. Setelah meraih kemenangan pangeran Taruwese justru dikhianati dan dibunuh Portugal. Gubernur Portugal bertindak sebagai penasihat kerajaan dan dengan pengaruh yang dimiliki berhasil membujuk dewan kerajaan untuk mengangkat pangeran Tabariji sebagai sultan. Tetapi ketika Sultan Tabariji mulai menunjukkan sikap bermusuhan, ia difitnah dan dibuang ke Goa, India. Di sana ia dipaksa Portugal untuk menandatangani perjanjian menjadikan Ternate sebagai kerajaan Katolik dan vasal kerajaan Portugal, tetapi perjanjian itu ditolak mentah-mentah oleh Sultan Khairun (1534-1570).

Pengusiran Portugal

Perlakuan Portugal terhadap saudara–saudaranya membuat Sultan Khairun geram dan bertekad mengusir Portugal dari Maluku. Tindak–tanduk bangsa Barat yang satu ini juga menimbulkan kemarahan rakyat yang akhirnya berdiri di belakang Sultan Khairun. Sejak masa sultan Bayanullah, Ternate telah menjadi salah satu dari tiga kesultanan terkuat dan pusat Islam utama di Nusantara abad ke-16 selain Aceh dan Demak setelah kejatuhan Malaka pada tahun 1511. Ketiganya membentuk Aliansi Tiga untuk membendung sepak terjang Portugal di Nusantara.

Tak ingin menjadi Malaka kedua, sultan Khairun mengobarkan perang pengusiran Portugal. Kedudukan Portugal kala itu sudah sangat kuat, selain memiliki benteng dan kantong kekuatan di seluruh Maluku mereka juga memiliki sekutu–sekutu suku pribumi yang bisa dikerahkan untuk menghadang Ternate. Dengan adanya Aceh dan Demak yang terus mengancam kedudukan Portugal di Malaka, Portugal di Maluku kesulitan mendapat bala bantuan hingga terpaksa memohon damai kepada Sultan Khairun. Secara licik gubernur Portugal, Lopez de Mesquita mengundang Sultan Khairun ke meja perundingan dan akhirnya dengan kejam membunuh sultan yang datang tanpa pengawalnya.

Pembunuhan Sultan Khairun semakin mendorong rakyat Ternate untuk mengusir Portugal, bahkan seluruh Maluku kini mendukung kepemimpinan dan perjuangan Sultan Baabullah (1570-1583), pos-pos Portugal di seluruh Maluku dan wilayah timur Indonesia digempur. Setelah peperangan selama 5 tahun, akhirnya Portugal meninggalkan Maluku untuk selamanya pada tahun 1575. Di bawah pimpinan Sultan Baabullah, Ternate mencapai puncak kejayaan, wilayah membentang dari Sulawesi Utara dan Tengah di bagian barat hingga Kepulauan Marshall di bagian timur, dari Filipina Selatan di bagian utara hingga kepulauan Nusa Tenggara di bagian selatan.

Galai-galai Ternate menyambut kedatangan Francis Drake.

Sultan Baabullah dijuluki penguasa 72 pulau yang semuanya berpenghuni hingga menjadikan Kesultanan Ternate sebagai kerajaan Islam terbesar di Indonesia timur, di samping Aceh dan Demak yang menguasai wilayah barat dan tengah Nusantara kala itu. Periode keemasaan tiga kesultanan ini selama abad 14 dan 15 entah sengaja atau tidak dikesampingkan dalam sejarah bangsa ini padahal mereka adalah pilar pertama yang membendung kolonialisme Barat.

Kedatangan Belanda

Ilustrasi perjalanan Sultan Ternate menuju mesjid, oleh De Bry, 1601

Setelah Sultan Baabullah meninggal, Ternate mulai melemah, Kerajaan Spanyol yang telah bersatu dengan Portugal pada tahun 1580 mencoba menguasai kembali Maluku dengan menyerang Ternate. Dengan kekuatan baru Spanyol memperkuat kedudukannya di Filipina, Ternate pun menjalin aliansi dengan Mindanao untuk menghalau Spanyol namun gagal, bahkan Sultan Said Barakati berhasil ditawan Spanyol dan dibuang ke Manila.

Kekalahan demi kekalahan yang diderita memaksa Ternate meminta bantuan Belanda pada tahun 1603. Ternate akhirnya berhasil menahan Spanyol namun dengan imbalan yang amat mahal. Belanda akhirnya secara perlahan-lahan menguasai Ternate. Pada tanggal 26 Juni 1607 Sultan Ternate menandatangani kontrak monopoli VOC di Maluku sebagai imbalan bantuan Belanda melawan Spanyol. Pada tahun 1607 pula Belanda membangun benteng Oranje di Ternate yang merupakan benteng pertama mereka di nusantara.

Sejak awal hubungan yang tidak sehat dan tidak seimbang antara Belanda dan Ternate menimbulkan ketidakpuasan para penguasa dan bangsawan Ternate. Diantaranya adalah Pangeran Hidayat (15??-1624), raja muda Ambon yang juga merupakan mantan wali raja Ternate ini memimpin oposisi yang menentang kedudukan sultan dan Belanda. Ia mengabaikan perjanjian monopoli dagang Belanda dengan menjual rempah–rempah kepada pedagang Jawa dan Makassar.

Perlawanan Rakyat Maluku dan Kejatuhan Ternate

Pengawal Sultan Ternate pada tahun 1910-an.
Ngara Lamo, gerbang Istana Kesultanan Ternate pada tahun 1910-an.

Semakin lama cengkeraman dan pengaruh Belanda pada Ternate semakin kuat. Belanda dengan leluasa mengeluarkan peraturan yang merugikan rakyat lewat perintah sultan. Sikap Belanda yang jahat dan sikap sultan yang cenderung manut menimbulkan kekecewaan semua kalangan. Sepanjang abad ke-17, setidaknya ada 4 pemberontakan yang dikobarkan bangsawan Ternate dan rakyat Maluku.

  • Tahun 1635, demi memudahkan pengawasan dan mengatrol harga rempah yang merosot Belanda memutuskan melakukan penebangan besar–besaran pohon cengkih dan pala di seluruh Maluku atau yang lebih dikenal sebagai Hongi Tochten yang menyebabkan rakyat mengobarkan perlawanan. Pada tahun 1641, dipimpin oleh raja muda Ambon, Salahakan Luhu, puluhan ribu pasukan gabungan Ternate, Hitu dan Makassar menggempur berbagai kedudukan Belanda di Maluku Tengah. Salahakan Luhu kemudian berhasil ditangkap dan dieksekusi mati bersama seluruh keluarganya pada tanggal 16 Juni 1643. Perjuangan lalu dilanjutkan oleh saudara ipar Luhu, Kapita Hitu Kakiali dan Tolukabessi hingga 1646.
  • Tahun 1650, para bangsawan Ternate mengobarkan perlawanan di Ternate dan Ambon, pemberontakan ini dipicu sikap Sultan Mandarsyah (1648-1650,1655-1675) yang terlampau akrab dan dianggap cenderung menuruti kemauan Belanda. Para bangsawan berkomplot untuk menurunkan sultan. Tiga di antara pemberontak yang utama adalah trio pangeran Saidi, Majira dan Kalamata. Pangeran Saidi adalah seorang kapita laut atau panglima tertinggi pasukan Ternate, Pangeran Majira adalah raja muda Ambon sementara Pangeran Kalamata adalah adik sultan Mandarsyah. Saidi dan Majira memimpin pemberontakan di Maluku Tengah sementara Pangeran Kalamata bergabung dengan raja Kesultanan Gowa, Sultan Hasanuddin. Mereka bahkan sempat berhasil menurunkan Sultan Mandarsyah dari tahta dan mengangkat Sultan Manilha (1650–1655), tetapi berkat bantuan Belanda kedudukan Mandarsyah kembali dipulihkan. Setelah 5 tahun pemberontakan Saidi dkk berhasil dipadamkan. Pangeran Saidi disiksa secara kejam hingga mati sementara Pangeran Majira dan Kalamata menerima pengampunan sultan dan hidup dalam pengasingan.
  • Sultan Muhammad Nurul Islam atau yang lebih dikenal dengan nama Sultan Sibori (1675 – 1691) merasa gerah dengan tindak–tanduk Belanda yang semena-mena. Ia kemudian menjalin persekutuan dengan Datuk Abdulrahman penguasa Mindanao, tetapi upayanya untuk menggalang kekuatan kurang maksimal karena daerah–daerah strategis yang bisa diandalkan untuk basis perlawanan terlanjur jatuh ke tangan Belanda oleh berbagai perjanjian yang dibuat para pendahulunya. Ia kalah dan terpaksa menyingkir ke Jailolo. Tanggal 7 Juli 1683 Sultan Sibori terpaksa menandatangani perjanjian yang intinya menjadikan Ternate sebagai kerajaan dependen Belanda. Perjanjian ini mengakhiri masa Ternate sebagai negara berdaulat.

Meski telah kehilangan kekuasaan mereka, beberapa sultan Ternate berikutnya tetap berjuang mengeluarkan Ternate dari cengkeraman Belanda. Dengan kemampuan yang terbatas karena selalu diawasi mereka hanya mampu menyokong perjuangan rakyatnya secara diam–diam. Yang terakhir tahun 1914 Sultan Haji Muhammad Usman Syah (1896-1927) menggerakkan perlawanan rakyat di wilayah–wilayah kekuasaannya, bermula di wilayah Banggai dibawah pimpinan Hairuddin Tomagola namun gagal.

Di Jailolo rakyat Tudowongi, Tuwada dan Kao dibawah pimpinan Kapita Banau berhasil menimbulkan kerugian di pihak Belanda, banyak prajurit Belanda yang tewas termasuk Controleur Belanda Agerbeek dan markas mereka diobrak–abrik. Akan tetapi karena keunggulan militer serta persenjataan yang lebih lengkap dimiliki Belanda perlawanan tersebut berhasil dipatahkan, kapita Banau ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung. Sultan Haji Muhammad Usman Syah terbukti terlibat dalam pemberontakan ini oleh karenanya berdasarkan keputusan pemerintah Hindia Belanda, tanggal 23 September 1915 no. 47, Sultan Haji Muhammad Usman Syah dicopot dari jabatan sultan dan seluruh hartanya disita, dia dibuang ke Bandung tahun 1915 dan meninggal disana tahun 1927.

Pasca penurunan Sultan Haji Muhammad Usman Syah jabatan sultan sempat lowong selama 14 tahun dan pemerintahan adat dijalankan oleh Jogugu serta dewan kesultanan. Sempat muncul keinginan pemerintah Hindia Belanda untuk menghapus Kesultanan Ternate namun niat itu urung dilaksanakan karena khawatir akan reaksi keras yang bisa memicu pemberontakan baru sementara Ternate berada jauh dari pusat pemerintahan Belanda di Batavia.

Dalam usianya yang kini memasuki usia ke-750 tahun, Kesultanan Ternate masih tetap bertahan meskipun hanya sebatas simbol budaya.

Sultan yang berkuasa

Pada masa–masa awal suku Ternate dipimpin oleh para momole. Setelah membentuk kerajaan jabatan pimpinan dipegang seorang raja yang disebut kolano, gelar yang berasal dari cerita panji.[2] Mulai pertengahan abad ke-15, Islam diadopsi secara total oleh kerajaan dan penerapan syariat Islam diberlakukan. Sultan Zainal Abidin mengadopsi gelar utama sultan selain penggunaan gelar adat kolano. Para ulama menjadi figur penting dalam kerajaan.

Setelah sultan sebagai pemimpin tertinggi, ada jabatan jogugu (perdana menteri) dan fala raha sebagai para penasihat. Fala raha atau empat rumah adalah empat klan bangsawan yang menjadi tulang punggung kesultanan sebagai representasi para momole pada masa lalu, masing–masing dikepalai seorang kimalaha. Mereka yaitu Marasaoli, Tomagola, Tomaito dan Tamadi. Pejabat–pejabat tinggi kesultanan umumnya berasal dari klan–klan ini. Bila seorang sultan tak memiliki pewaris maka penerusnya dipilih dari salah satu klan. Selanjutnya ada jabatan – jabatan lain Bobato Nyagimoi se Tufkange (Dewan 18), Sabua Raha, Kapita Lau, Salahakan, Sangaji, dll.

Warisan Ternate

Sultan Ternate Masa jabatan
Baab Mashur Malamo 1257 - 1277
Jamin Qadrat 1277 - 1284
Komala Abu Said 1284 - 1298
Bakuku (Kalabata) 1298 - 1304
Ngara Malamo (Komala) 1304 - 1317
Patsaranga Malamo 1317 - 1322
Cili Aiya (Sidang Arif Malamo) 1322 - 1331
Panji Malamo 1331 - 1332
Syah Alam 1332 - 1343
Tulu Malamo 1343 - 1347
Kie Mabiji (Abu Hayat I) 1347 - 1350
Ngolo Macahaya 1350 - 1357
Momole 1357 - 1359
Gapi Malamo I 1359 - 1372
Gapi Baguna I 1372 - 1377
Komala Pulu 1377 - 1432
Marhum (Gapi Baguna II) 1432 - 1486
Zainal Abidin 1486 - 1500
Sultan Bayanullah 1500 - 1522
Hidayatullah 1522 - 1529
Abu Hayat II 1529 - 1533
Tabariji 1533 - 1534
Khairun Jamil 1535 - 1570
Babullah Datu Syah 1570 - 1583
Said Barakat Syah 1583 - 1606
Mudaffar Syah I 1607 - 1627
Hamzah 1627 - 1648
Mandarsyah 1648 - 1650 (masa pertama)
Manila 1650 - 1655
Mandarsyah 1655 - 1675 (masa kedua)
Sibori 1675 - 1689
Said Fatahullah 1689 - 1714
Amir Iskandar Zulkarnain Syaifuddin 1714 - 1751
Ayan Syah 1751 - 1754
Syah Mardan 1755 - 1763
Jalaluddin 1763 - 1774
Harunsyah 1774 - 1781
Achral 1781 - 1796
Muhammad Yasin 1796 - 1801
Muhammad Ali 1807 - 1821
Muhammad Sarmoli 1821 - 1823
Muhammad Zain 1823 - 1859
Muhammad Arsyad 1859 - 1876
Ayanhar 1879 - 1900
Muhammad Ilham (Kolano Ara Rimoi) 1900 - 1902
Haji Muhammad Usman Syah 1902 - 1915
Iskandar Muhammad Djabir Sjah 1929 - 1975
Haji Mudaffar Syah (Mudaffar Syah II) 1975 – 2015[3]
Syarifuddin Syah 2016 - 2019
Hidayatullah Mudaffar Sjah (sengketa) 2021 - Sekarang


Imperium nusantara timur

Istana Kesultanan Ternate di kaki Gunung Gamalama, Kota Ternate.

Imperium Nusantara timur yang dipimpin Ternate memang telah runtuh sejak pertengahan abad ke-17 namun pengaruh Ternate sebagai kerajaan dengan sejarah yang panjang masih terus terasa hingga berabad kemudian. Ternate memiliki andil yang sangat besar dalam kebudayaan nusantara bagian timur khususnya Sulawesi (utara dan pesisir timur) dan Maluku. Pengaruh itu mencakup agama, adat-istiadat dan bahasa.

Sebagai kerajaan pertama yang memeluk Islam, Ternate memiliki peran yang besar dalam upaya pengislaman dan pengenalan syariat-syariat Islam di wilayah timur nusantara dan bagian selatan Filipina. Bentuk organisasi kesultanan serta penerapan syariat Islam yang diperkenalkan pertama kali oleh Sultan Zainal Abidin menjadi standar yang diikuti semua kerajaan di Maluku hampir tanpa perubahan yang berarti.

Keberhasilan rakyat Ternate di bawah Sultan Baabullah dalam mengusir Portugal pada tahun 1575 merupakan kemenangan pertama pribumi nusantara atas kekuatan barat, oleh karenanya Buya Hamka bahkan memuji kemenangan rakyat Ternate ini telah menunda penjajahan barat atas bumi nusantara selama 100 tahun sekaligus memperkokoh kedudukan Islam, dan sekiranya rakyat Ternate gagal niscaya wilayah timur Indonesia akan menjadi pusat kristen seperti halnya Filipina.[sumber mendukung?]

Kedudukan Ternate sebagai kerajaan yang berpengaruh turut pula mengangkat derajat Bahasa Ternate sebagai bahasa pergaulan di berbagai wilayah yang berada dibawah pengaruhnya. Prof E.K.W. Masinambow dalam tulisannya, "Bahasa Ternate dalam konteks bahasa-bahasa Austronesia dan Non Austronesia" mengemukakan bahwa bahasa Ternate memiliki dampak terbesar terhadap bahasa Melayu yang digunakan masyarakat timur Indonesia. Sebanyak 40 hingga 50% kosakata bahasa Melayu di Manado dan Ambon diambil dari Bahasa Ternate. Bahasa Melayu Ternate ini kini digunakan luas di Indonesia Timur terutama Sulawesi Utara, pesisir timur Sulawesi Tengah dan Selatan, Maluku dan Papua dengan dialek yang berbeda–beda.[4]

Dua naskah surat sultan Ternate, dari Sultan Abu Hayat II kepada Raja Portugal tanggal 27 April dan 8 November 1521 diakui sebagai naskah Melayu tertua di dunia setelah naskah Melayu Tanjung Tanah. Kedua surat Sultan Abu Hayat tersebut saat ini masih tersimpan di Museum Lisabon, Portugal.[5][6][7]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Gazw Al-Fikr: Sultan Baabullah, Pembebasan Nusantara Dan “Jihad” Kita Hari Ini.
  2. ^ Leonard Andaya (1993), The world of Maluku. Honolulu: University of Hawai'i Press, p. 59.
  3. ^ Artikel:"Sultan Ternate Meninggal Dunia" di Detik.com
  4. ^ Drs. M. Jusuf Abdulrahman, et.al. (2001). Ternate, Bandar Jalur Sutera. LinTas. 
  5. ^ "Melestarikan Surat Leluhur Melayu di Rumah Larik". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-03-14. Diakses tanggal 21 Maret 2013. 
  6. ^ Henry Chambert-Loir & Oman Aturrahman. "Khazanah naskah: panduan koleksi naskah-naskah Indonesia sedunia". Diakses tanggal 21 Maret 2013. 
  7. ^ "Undang Undang Tanjung Tanah, Naskah Melayu Tertua di Dunia?". Diakses tanggal 21 Maret 2013. 

Daftar pustaka

  • M. Adnan Amal, "Maluku Utara, Perjalanan Sejarah 1250 - 1800 Jilid I dan II", Universitas Khairun Ternate 2002.
  • Willard A. Hanna & Des Alwi, "Ternate dan Tidore, Masa Lalu Penuh Gejolak", Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996.
  • Abdul Hamid Hasan, “Ternate dari abad ke abad”, Ternate 1987.

This information is adapted from Wikipedia which is publicly available.

Read other articles:

American politician (1810–1879) Amos TuckMember of the U.S. House of Representativesfrom New Hampshire's 1st districtIn officeMarch 4, 1847 – March 3, 1853Preceded byAt-largeSucceeded byGeorge W. KittredgeMember of theNew Hampshire House of RepresentativesIn office1842 Personal detailsBornAugust 2, 1810Parsonsfield, Maine, Massachusetts, U.S.DiedDecember 11, 1879 (aged 69)Exeter, New Hampshire, U.S.Political partyRepublicanOther politicalaffiliationsDemocratic (until 184…

Lely ArrianieLahir2 April 1966 (umur 57)Tanjung Enim, Lawang Kidul, Muara Enim, Sumatera SelatanKebangsaanIndonesiaAlmamaterUniversitas Bengkulu, Universitas PadjadjaranPekerjaanAkademisiDikenal atasPakar Komunikasi Politik Prof. Dr. Lely Arrianie, M.Si. (lahir 2 April 1966)[1] adalah seorang Akademisi, Guru Besar, Pakar Komunikasi Politik Universitas Nasional. Sebagai pengamat, Lely lebih memfokuskan pengamatannya pada perilaku politik anggota DPR RI serta para politisi Indonesia l…

Questa voce sull'argomento cestisti sudcoreani è solo un abbozzo. Contribuisci a migliorarla secondo le convenzioni di Wikipedia. Segui i suggerimenti del progetto di riferimento. Kim Jong-gyu Kim con la maglia della Corea del Sud Nazionalità  Corea del Sud Altezza 206 cm Peso 98 kg Pallacanestro Ruolo Centro Squadra  Wonju DB Promy Carriera Giovanili Kyung Hee University Squadre di club 2013-2019 Changwon Sakers2019- Wonju DB Promy Nazionale 2011- Corea del Sud Palmar…

American architect Chloethiel Woodard SmithChloethiel Woodard Smith discussing her Harbour Square project, c. 1960Born1910Peoria, Illinois, U.S.Died(1992-12-30)December 30, 1992Washington, D.C., U.S.NationalityAmericanAlma materUniversity of OregonOccupationArchitectProjectsReston, Virginia Chloethiel Woodard Smith, FAIA (February 2, 1910 – December 30, 1992) was an American modernist architect and urban planner whose career was centered in Washington, D.C. She was the sixth woman ina…

العلاقات البرتغالية الغرينادية البرتغال غرينادا   البرتغال   غرينادا تعديل مصدري - تعديل   العلاقات البرتغالية الغرينادية هي العلاقات الثنائية التي تجمع بين البرتغال وغرينادا.[1][2][3][4][5] مقارنة بين البلدين هذه مقارنة عامة ومرجعية للدولتين:

هذه المقالة بحاجة لصندوق معلومات. فضلًا ساعد في تحسين هذه المقالة بإضافة صندوق معلومات مخصص إليها. يفتقر محتوى هذه المقالة إلى الاستشهاد بمصادر. فضلاً، ساهم في تطوير هذه المقالة من خلال إضافة مصادر موثوق بها. أي معلومات غير موثقة يمكن التشكيك بها وإزالتها. (مارس 2016) هذه المقا

Las galletas de Navidad son tradicionalmente galletas de azúcar (aunque se pueden usar otros sabores según las tradiciones familiares y las preferencias individuales) cortadas en varias formas relacionadas con la Navidad. Galletas de Navidad populares Pan de jengibre Hombres de jengibre El pan de jengibre ha existido de alguna forma desde que los soldados en las Cruzadas trajeron azúcares y especias a Europa. Sin embargo, no fue hasta que la reina Victoria y el príncipe Alberto lo incluyeron…

St.-Martin-Kirche Patron St. Martin Portal Die St.-Martin-Kirche (anhörenⓘ/?) ist eine katholische Kirche im Ludwigshafener Stadtteil Oppau. Sie wurde zwischen 1953 und 1954 nach den Plänen von Albert Boßlet erbaut. Inhaltsverzeichnis 1 Geschichte 2 Beschreibung 3 Literatur 4 Einzelnachweise 5 Weblinks Geschichte Oppau wurde im Jahr 808 erstmals urkundlich im Lorscher Codex erwähnt.[1] Dieselbe Urkunde nennt auch bereits das Martinspatrozinium. Diese frühe Nennung und der Patron S…

Copa IntercontinentalFIBA Copa Intercontinental 2021Datos generalesSede Buenos Aires ArgentinaRecinto Estadio Obras SanitariasFecha 6 de febrero de 2021Edición XXX competencia intercontinentalXXV con esta denominaciónVIII desde la reanudaciónOrganizador FIBAPalmarésPrimero Hereda San Pablo Burgos (1)Segundo QuimsaMVP Vítor BeniteDatos estadísticosParticipantes 2Partidos 1 Cronología 2020 2021 2022 [editar datos en Wikidata] La Copa Intercontinental de 2021 fue la XXX edici

Yevgueni Koroliov Yevgueni KoroliovDinero ganado 1 510 466 dólares estadounidensesRécord de su carrera 74–98Récord de su carrera 10–29[editar datos en Wikidata] Yevgueni Yevguénievich Koroliov (Евге́ний Евге́ньевич Королёв, pron.: yievguiéñi karalióf), transcrito al inglés como Evgeny Korolev, (n. 14 de febrero, 1988 en Moscú, Rusia) es un jugador de tenis kazajo. Se destaca por sus poderosos golpes y en su carrera ha conquistado cinco t…

Hans Gerhard Evers (1956) Hans Gerhard Evers (* 19. März 1900 in Lübeck; † 8. April 1993 in Hofgeismar) war ein deutscher Kunsthistoriker und Hochschullehrer. Inhaltsverzeichnis 1 Leben 1.1 Wissenschaftlicher Werdegang bis zum Zweiten Weltkrieg 1.2 Wehrdienst/Kunstschutz 1.3 Ordinarius für Kunstgeschichte an der TH Darmstadt 1.4 Familiäres 2 Lehre und Forschung 2.1 Rubensforschung 2.2 Historismus/Kunst des 19. Jahrhunderts 2.3 Ingenieurbauten 2.4 Fotografie 2.5 Darmstädter Gespräche/Kuns…

This article is about the town in western New York. For the village on the Hudson, now an Ossining neighborhood, see Sparta, Ossining. Town in New York, United StatesSparta, New YorkTownSpartaLocation within the state of New YorkShow map of New YorkSpartaSparta (the United States)Show map of the United StatesCoordinates: 42°37′40″N 077°41′50″W / 42.62778°N 77.69722°W / 42.62778; -77.69722CountryUnited StatesStateNew YorkCountyLivingstonGovernment • …

يوسف أبو وردة معلومات شخصية اسم الولادة يوسف ابو ورده  الميلاد 19 أغسطس 1953 (70 سنة)[1]  الجش مواطنة إسرائيل  الحياة العملية المهنة ممثل  اللغات العربية،  والعبرية،  ولهجة فلسطينية،  والعبرية الحديثة  المواقع IMDB صفحته على IMDB  تعديل مصدري - تعديل   يوسف…

Village in Limassol District, CyprusVikla ΒίκλαvillageViklaLocation in CyprusCoordinates: 34°49′37″N 33°11′44″E / 34.82694°N 33.19556°E / 34.82694; 33.19556Country CyprusDistrictLimassol DistrictPopulation (2001)[1] • Total0 (Abandoned)Time zoneUTC+2 (EET) • Summer (DST)UTC+3 (EEST) Vikla (Greek: Βίκλα) is a village in the Limassol District of Cyprus, located 4 km northeast of Kellaki. Vikla was formerly home…

Coordenadas: 48° 39' 05 N 6° 48' 25 E Avricourt   Comuna francesa    Símbolos Brasão de armas Localização AvricourtLocalização de Avricourt na França Coordenadas 48° 39' 05 N 6° 48' 25 E País  França Região Grande Leste Departamento Mosela Características geográficas Área total 10,32 km² População total (2018) [1] 614 hab. Densidade 59,5 hab./km² Código Postal 57810 Código INSEE 57042 Deutsch-Avricourt…

Valentine Distrito electoral ValentineUbicación en el condado de Cherry en Nebraska Ubicación de Nebraska en EE. UU.Coordenadas 42°51′25″N 100°31′44″O / 42.8569, -100.529Entidad Distrito electoral • País Estados Unidos • Estado  Nebraska • Condado CherrySuperficie   • Total 1261.13 km² • Tierra 1260.23 km² • Agua (0.07%) 0.89 km²Altitud   • Media 731 m s. n. m.Población (2010)   

Кубок зірок КатаруЗасновано 2009Регіон  КатарКонфедерація АФККількість команд 12Поточний чемпіон Аль-ГарафаНайбільше перемог Аль-Гарафа (3) 2019 Кубок зірок Катару (араб. كأس_نجوم_قطر‎) — футбольний клубний турнір в Катарі, який проводиться під егідою Футбольної асоці…

American dancer Not to be confused with Fabián Sánchez or Roberto Fabian Sanchez Doldan. This article has multiple issues. Please help improve it or discuss these issues on the talk page. (Learn how and when to remove these template messages) This biography of a living person relies on a single source. You can help by adding reliable sources to this article. Contentious material about living people that is unsourced or poorly sourced must be removed immediately. (January 2018) (Learn how and w…

Amr Diab discographyAmr Diab while shooting his music video Ba'dem Alby in 2009Studio albums36Music videos41Singles93 The discography of Amr Diab, an Egyptian popular pop, dance, folk dance singer, consists of 36 studio albums of which several have been well received by critics and fans from AllMusic.[1] He was born on the October 11, 1961 in Portsaid, Egypt. He began singing at age three and at six, he performed the Egyptian national anthem at the July 23rd Festival in Portsaid. He was …

Een Deense vissersboot met de lettercode T 82. Dit schip heeft als thuishaven Thisted Een Deens vissersscheepje met de lettercode T 74. Dit scheepje heeft als thuishaven Thisted De thuishavens van vissersschepen zijn af te leiden van de letters die voor op het schip zijn aangebracht. Zo komt de T 74 uit Thisted. De codes van vissersvaartuigen bestaan uit maximaal drie letters gevolgd door maximaal drie cijfers. Een code is op het moment van uitgifte uniek voor een vaartuig. Wel kan het voorkomen…

Kembali kehalaman sebelumnya

Lokasi Pengunjung: 34.231.180.210