Kerajaan ini terletak di bagian tengah dari lengan utara pulau Sulawesi, dan diapit oleh dua perairan strategis yaitu Teluk Gorontalo di Selatan dan Laut Sulawesi di Utara.
Pada masa kejayaannya, Kesultanan Gorontalo menjadi pusat penyebaran islam dan pusat perdagangan paling berpengaruh di wilayah Teluk Tomini (Teluk Gorontalo), Tomini-Bocht (tikungan Tomini), hingga beberapa wilayah di utara dan tengah pulau Sulawesi.
Kerajaan Gorontalo kemudian berubah menjadi Kerajaan Islam pada masa Pemerintahan Raja Amai yang kemudian berganti menjadi Sultan. Sultan Amai yang bergelar Ta Olongia Lopo Isilamu (Raja yang mengislamkan Negeri) merupakan Olongia atau Raja pertama dari Kerajaan Gorontalo yang menganut agama islam.
Kedudukan ibukota Kesultanan Gorontalo mulanya berada di Desa Hulawa, Kecamatan Telaga sekarang, tepatnya di pinggiran sungai Bolango. Kemudian pada tahun 1024 H, ibukota Kesultanan Gorontalo dipindahkan ke Kelurahan Tuladenggi, Kecamatan Dungingi.[2] Lokasi ibukota Kesultanan Gorontalo yang terakhir terletak di Kelurahan Biawu, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo.[3]
Struktur Pemerintahan Kesultanan
Adapun struktur pemerintahan Kesultanan Gorontalo terdiri atas tiga lembaga yang disebut "Buatulo Towulongo" yang dimaknai sebagai 3 serangkai adat yang menyatu. Buatulo Towulongo terdiri dari:
Buatulo Bubato, Lembaga Pemerintahan
Buatulo Sara'a, Lembaga Keagamaan
Buatulo Bala, Lembaga Pertahanan dan Keamanan
Masing-masing perwakilan Buatulo tersebut akan dipilih secara musyawarah dan mufakat oleh Buatulo Bantayo yang dikepalai oleh seorang Bate. Selain itu, Buatulo Bantayo juga bertugas menciptakan peraturan-peraturan adat dan garis-garis besar tujuan kerajaan/kesultanan.
Batas Wilayah
Kesultanan Gorontalo memiliki wilayah kedaulatan yang berbatasan dengan Kerajaan Limboto, Kerajaan Suwawa, dan Kerajaan Bolango. Meskipun begitu, pengaruh kekuasaan Kerajaan ini meluas hingga melintasi batas-batas Kerajaan tersebut, hingga ke wilayah perairan Teluk Tomini (Teluk Gorontalo).
Adapun wilayah Kerajaan Gorontalo saat ini kini berada di dalam wilayah Kota Gorontalo, serta sebagian kecil berada di wilayah Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo.
Terbentuknya Kerajaan Gorontalo
Foto Raja Monoarfa dari Gorontalo
Menurut manuskrip sejarah Gorontalo, cikal bakal Kerajaan Gorontalo bermula pertama kali dari sebuah Kerajaan Kecil (Linula) bernama Kerajaan Hulontalangi yang diperkirakan telah berdiri sejak tahun 1300. Dalam catatan R. Tacco (1956), saat itu Kerajaan Hulontalangi telah dipimpin oleh Raja Humalanggi. Di kemudian hari, Raja Humalanggi memiliki seorang anak bernama Ilahudu yang kemudian merangkul dan mempersatukan 17 Kerajaan kecil di lereng atau kaki gunung.[4] 17 Kerajaan-Kerajaan inilah yang kemudian membentuk Kerajaan Gorontalo yang pengaruhnya menjadi lebih besar dan meluas di beberapa wilayah di Teluk Tomini (Teluk Gorontalo).
Selain itu, Kerajaan Gorontalo sejak dahulu telah mengenal kedudukan Raja Perempuan atau Ratu sebagai pemimpin Kerajaan. Hal ini menunjukkan bahwa sejak zaman dahulu, masyarakat Gorontalo telah mengenal kesetaraan kedudukan antara laki-laki dan perempuan di dalam lingkungan Kerajaan.
Daftar Perserikatan Kerajaan Gorontalo
Adapun Perserikatan 17 Kerajaan Kecil (Linula) yang menjadi cikal bakal terbentuknya Kerajaan Gorontalo adalah sebagai berikut:
Kerajaan Hunginaa, Rajanya: Lihawa
Kerajaan Lupoyo, Rajanya: Pai
Kerajaan Bilinggata, Rajanya: Lou
Kerajaan Wuwabu, Rajanya: Wahumolongo
Kerajaan Biawu, Rajanya: Wolango Huladu
Kerajaan Padengo, Rajanya: Palanggo
Kerajaan Huwangobotu Olowala, Rajanya: Dawanggi
Kerajaan Tapa, Rajanya: Deyilohiyo Daa
Kerajaan Lauwonu, Rajanya: Bongohulawa (Perempuan)
Kerajaan Toto, Rajanya: Tilopalani (Perempuan)
Kerajaan Dumati, Rajanya: Buata
Kerajaan Ilotidea, Rajanya: Tamau
Kerajaan Pantungo, Rajanya: Ngobuto
Kerajaan Panggulo, Rajanya: Hungiyelo
Kerajaan Huangobotu Oloyihi, Rajanya: Lealini
Kerajaan Tamboo, Rajanya: Dayilombuto (Perempuan)
Kerajaan Hulontalangi, Rajanya: Ilahudu
Kedatangan Islam
Masjid Hunto Sultan Amai
Kesultanan Gorontalo merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di Indonesia Timur, selain Kesultanan Ternate, Kesultanan Gowa dan Kesultanan Bone.[5] Penyebaran agama Islam di Gorontalo diperkirakan bermula sejak abad ke-16 (antara tahun 1501-1600), ditandai dengan Islamnya salah satu Raja Gorontalo yang bernama Amai. Raja Amai kemudian mengganti sebutan raja menjadi sultan, sehingga namanya dikenang luas sebagai Sultan Amai dari Kesultanan Gorontalo.
Salah satu referensi masuknya Islam di Gorontalo berasal dari penjelasan Profesor Ibrahim Polontalo, dimana perkawinan antara Olongia Amai atau Raja Amai dengan Puteri Owutango dari Kerajaan Palasa.[6] Agama Islam yang dianut oleh Kerajaan Palasa Ogomonjolo (Kumonjolo) berasal dari hubungan pertalian darah kerajaan tersebut dengan para Raja dari Kesultanan Ternate.[7] Dalam perkawinan tersebut, Raja Amai dan para pengikutnya dipersyaratkan untuk memeluk Islam dan Al-Quran sebagai sumber utama tatanan kehidupan dan adat istiadat masyarakat Gorontalo.[8]
Setelah lamaran diterima, maka Raja Amai yang kemudian bergelar Sultan Amai kembali ke Gorontalo bersama istrinya Putri Owutango, serta didampingi 8 Raja-Raja kecil (Olongia Walu Lontho Otolopa) yaitu Raja Tamalate, Raja Lemboo, Raja Siyendeng, Raja Hulangato, Raja Siduan, Raja Sipayo, Raja Soginti dan Raja Bunuyo.[9] Para Raja ini yang di kemudian hari membantu Sultan Amai dalam membimbing dan merancang adat istiadat yang berpedomankan pada agama Islam.
Sejarah Nama Kerajaan
Sultan Gorontalo terakhir, Ti Tulutani Zainal Abidin Monoarfa (duduk sebelah kiri)
Pada era kolonial Belanda, Kerajaan Gorontalo sendiri memiliki banyak nama yang disebutkan dalam berbagai literatur sejarah, termasuk dalam surat-menyurat antara Belanda dan para Raja Gorontalo saat itu. Nama lain dari Kerajaan Gorontalo yang banyak ditemukan dalam berbagai sumber referensi ilmiah dan media cetak sejak tahun 1800-an di antaranya adalah Goenong-Talo,[10]Goenong-Tello,[11] dan Holontalo.[12]
Dalam catatan sejarah, asal usul nama Gorontalo sendiri memiliki banyak versi. Namun asal usul nama Gorontalo yang paling sesuai dengan fakta sejarah adalah berasal dari kata Huidu Totolu (Tiga Gunung), yang kemudian oleh berbagai literatur era kolonial diserap menjadi Goenong-Talo atau Goenong-Tello. Penjelasan sejarah ini ditegaskan secara lugas oleh Profesor Jusuf Sjarif Badudu dalam Buku Morfologi Bahasa Gorontalo pada tahun 1982.[13]
Dalam bukunya tersebut, Prof. Badudu menjelaskan bahwa Tiga Gunung yang menjadi asal usul nama Gorontalo merujuk pada Gunung Tilonggabila (kini disebut Gunung Tilongkabila), Gunung Malenggalila, dan Gunung ketiga yang tidak bernama. Tiga gunung inilah yang kemudian dalam bahasa Gorontalo disebut sebagai Huidu Totolu yang kemudian diserap menjadi Hulonthalo atau Goenong-Talo, hingga akhirnya dikenal sebagai Gorontalo seperti sekarang ini.
Rosenberg, C. B. H. (1865). Reistogten in de afdeeling Gorontalo: gedaan op last der Nederlandsch Indische regering (Vol. 10). F. Muller.
Riedel, J. G. F. (1870). De landschappen Holontalo, Limoeto, Bone, Boalemo en Kattinggola, of Andagile: Geographische, statistische, historische en ethnographische aanteekeningen.
Riedel, J. G. F., & Behrnauer, W. F. A. (1871). Die Landsehaften Holontalo, Limoeto, Bone, Boalemo und Kattinggola oder Andagile mit geographischen, statistischen, geschichtlichen und ethnographischen Anmerkungen (Schluss). Zeitschrift für Ethnologie, 3, 397-408.
Herbig, G. (1896). Aktionsart und Zeitstufe. Indogermanische Forschungen, 6, 157.
Riedel, J. G. F. (1904). Aus der Holontalo-und der Tominisprache. In Volksdichtung aus Indonesien (pp. 318-340). Springer, Dordrecht.
Rohlfs, G. (1871). Henry Noel von Bagermi. Zeitschrift für Ethnologie, 3, 253-255.
Riedel, J. G. F. (1885). De oorsprong en de vestiging der Boalemoërs op Noord-Selebes. Bijdragen tot de Taal-, Land-en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, 34, 495-521.
Schröder, E. E. W. G. (1908). Gorontalosche woordenlijst. M. Nijhoff.
Nur, S. R. (1979). Beberapa aspek hukum adat tatanegara kerajaan Gorontalo pada masa pemerintahan Eato (1673-1679). Universitas Hasanuddin (UNHAS).
Haga, B. J. (1981). Lima Pahalaa: susunan masyarakat, hukum adat, dan kebijaksanaan pemerintahan di Gorontalo. Djambatan.
Amin, B. (2012). Islam, Budaya dan Lokalitas Gorontalo. Dalam Jurnal Sejarah dan Budaya (KURE). Manado. Balai Pelestarian Nilai Budaya Manado.
Apriyanto, J. (2001). Konflik Gorontalo-Hindia Belanda periode 1856-1942 (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Damis, M. (2016). Ikrar U Duluwo Limo Lo Pahalaa: Bentuk Kesadaran Etnis Gorontalo Era Prakolonial. HOLISTIK, Journal Of Social and Culture.
Baruadi, M. K. (2013). Sendi Adat dan Eksistensi Sastra: Pengaruh Islam dalam Nuansa Budaya Lokal Gorontalo. EL HARAKAH (TERAKREDITASI), 14(2), 293-311.
Ismail, L. (2017). Pelayaran Tradisional Gorontalo Abad XIX. Skripsi, 1(231411068).
Sirajuddin, S. (2018). Peran Para Sultan dalam Penyebaran Islam di Gorontalo. Al-Qalam, 14(1), 57-74.
Hunowu, R. P. S. (2019). Kajian Bentuk Visual Dan Analisis Ornamen Pada Masjid Hunto Sultan Amay Gorontalo (Doctoral dissertation, Universitas Komputer Indonesia).
Amin, B. (2017). Lokalitas Islam Gorontalo. Suyatno Ladiqi, Ismail Suardi Wekke, Cahyo Seftyono, 1.
Hasanuddin, H. Pelayaran Niaga, Bajak Laut, Perkampungan Pedagang di Gorontalo. Walasuji, 9(2), 261-275.
Adiatmono, F. (2017). The Weapons Kingdom of Gorontalo (Form, Symbols, and History). International Journal of European Studies, 1(1), 7.
Referensi
^Juwono, H. and Hutagalung, Y., 2005. Limo lo pohalaa: sejarah Kerajaan Gorontalo. Ombak.
^Sirajuddin, S. (2018). Peran para Sultan dalam Penyebaran Islam di Gorontalo. Al-Qalam, 14(1), 57-74.
^Maili, M., & Suryani, W. (2018). Jaringan Islamisasi Gorontalo.(Fenomena Keagamaan dan Perkembangan Islam di Gorontalo). Al-Ulum, 18, 435-458.
^Polontalo, Ibrahim. 1968. Peranan Tidi Lopolopalo Gorontalo dalam Pembinaan Kepribadian Suku Gorontalo, (Menado: FKPS-IKIP).
^Richard Tacco. 1935. Het Volk Van Gorontalo: Historich Traditioneel Maatschappelijk Cultural Sociaal Karakteristiek…, hlm. 26.
^Amin, B. (2012). Islam, Budaya dan Lokalitas Gorontalo. Dalam Jurnal Sejarah dan Budaya (KURE). Manado. Balai Pelestarian Nilai Budaya Manado.
^Amin, B. (2017). Lokalitas Islam Gorontalo. Suyatno Ladiqi, Ismail Suardi Wekke, Cahyo Seftyono, 1.
^Jacobus Noorduyn. 1843. Aardrijkskundig Woordenboek der Nederlanden: E - G. Volume 4.
^Zoological Society of London. 1874. Transactions of the Zoological Society of London. Volume 8.
^Johan Gerard Friedrich Riedel. 1870. De Landschappen Holontalo, Limoeto, Bone, Boalemo en Kattinggola of Andagile, Geographische, Statistische, Historische en Ethnographische Aanteekeningen
^J.S. Badudu. 1982. Morfologi Bahasa Gorontalo. Djambatan
RPL adalah pengakuan atas Hasil Belajar yang diperoleh seseorang dari pendidikan formal, nonformal, informal, dan/atau pengalaman kerja sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan formal dan untuk melakukan penyetaraan dengan kualifikasi tertentu.Program RPL ini telah disesuaikan dengan Permenristekdikti No. 26 Tahun 2016. Yang menjelaskan bahwa pedoman RPL sangat jelas dan mengacu pada landasan hukum Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Sehingga RPL penting untuk kelangsungan pendidik…
Amerika Serikat (AS) dihadapkan pada ancaman gagal bayar utang sebesar USD 31,45 triliun atau setara Rp. 462.000 triliun, per Maret 2023. Total utang ini menempatkan Amerika sebagai negara pertama dengan utang terbanyak di dunia.Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen kembali mengingatkan jika Amerika Serikat tidak menaikkan plafon utang bisa berdampak pada perekonomian AS.Jika AS tidak menaikkan pagu utang, pemerintah AS berpotensi tidak mampu membayar upah, kesejahteraan, dan pembay…
Meta CEO and Facebook founder, Mark Zuckerberg won a gold medal in his first ever jiu jitsu tournament. Apart
from the gold medal, the man who is familiarly called Zuck also brought
home a silver medal for his jiu jitsu team, the Guerrilla Jiu Jitsu
Team. This achievement was conveyed by Zuckerberg in his latest Instagram post via the official account with the @zuck logo. Through
his post, the Meta boss also shared several photos showing his actions
in the jiu jitsu tournament which was hel…
Users generally translate English documents into Indonesian using the help of Google Translate or Google Translate. But now, users can translate documents in Word without using Google Translate. Microsoft Word has an option that allows users to translate documents directly from Word. Compiled from various sources, here are three ways to translate text from English to Indonesian in Word:
1. How to translate part of the text in WordIf
the user wants to translate text or a specific part o…
Determining the right marketing strategy is one of the keys to the success of a business. Starting with knowing the target market to be addressed. What is meant by target market? The target market is the group of people who will sell your product. Generally, the target market will have the same characteristics both in terms of habits, demographics, and others. By
knowing the target market, the marketing strategy becomes more
effective and efficient, as well as saving costs because the promotio…
Honey is one of the most durable food ingredients and can last a long time if stored properly. It is so durable that even honey is said to have no expiration date. Is that true? According
to Professor of the Department of Animal Husbandry Production and
Technology, Faculty of Animal Husbandry, Bogor Agricultural University
(IPB), Prof. Dr. Ir. Asnath Maria Fuah MS., especially pure honey does not have an expiration date. It's just that if it is stored for too long the quality will decrease, s…
Currently, almost all websites are advised to use the HTTPS protocol. So,
if you want to switch to HTTPS but are still unsure, we will help
explain everything, from the differences between HTTP and HTTPS in terms
of security, performance, to benefits for SEO. Apart
from that, we will also explain how HTTP vs HTTPS protocols transmit
data over the internet and the important role of SSL certificates, as
well as the advantages and disadvantages of each of these protocols.
Difference …
If you want to experience a more pleasant screen visual experience, you should choose a device that offers an OLED panel. OLED panels have a myriad of advantages, such as higher power efficiency, a wider color range, and unmatched contrast ratios. Find sales of phones with Super AMOLED screens here. OLED screens also have several choices, namely AMOLED, Super AMOLED, Dynamic AMOLED, and also LTPO AMOLED. So, each type of OLED panel has unique and diverse characteristics. Here are the different t…
How does it feel to run injured but end up in a crocodile's mouth?A terrible tragedy occurred about 78 years ago. The tragedy was the massacre of Japanese soldiers on Ramree Island by a giant reptile weighing hundreds of kilograms.The massacre was the deadliest crocodile attack on humans recorded in the Guinness Book of World Records.1945 was the year the Japanese imperial invasion of Asia ended. The Japanese army was attacked by the Allied forces in full force.Ramree Island is located on the So…
German security firm Nitrokey recently released a report claiming that they have discovered an unrecorded feature in Qualcomm Snapdragon chips that collects and sends user information directly to Qualcomm's servers.This feature is independent of the Android operating system, which means that data is transmitted even if the operating system is not involved. Nitrokey installed a Google-free version of Android on a Sony Xperia XA2 phone equipped with a Qualcomm Snapdragon 630 chip and found that da…