Adati hula-hula'a to Sara'a, Sara'a hula-hula'a to Kuru'ani Adat Bersendikan Syara Syara Bersendikan Kitabullah (Gorontalo) Segala perbuatan atau pekerjaan hendaknya selalu mengingat aturan adat dan agama, jangan hendaknya bertentangan antara satu dengan yang lainnya
Kota Gorontalo merupakan kota terbesar dan terpadat penduduknya di wilayah Teluk Tomini (Teluk Gorontalo), sehingga menjadikan Kota Gorontalo sebagai pusat ekonomi, jasa dan perdagangan, pendidikan, hingga pusat penyebaran agama Islam di Kawasan Indonesia Timur.[4]
Dalam catatan manuskrip sejarah Kesultanan Gorontalo, Kota Gorontalo yang lebih tertata dan memadai terbentuk secara resmi pada hari Kamis, 18 Maret 1728 (06 Syakban 1140 Hijriah).
Kota ini memiliki luas wilayah 79,03 km² (0,65% dari luas Provinsi Gorontalo)[5] dan pada tahun 2019, Kota Gorontalo memiliki penduduk sebanyak 219,399,00 jiwa.[6].
Perkembangan Kota dan Julukannya
Kota Gorontalo merupakan salah satu kota tua di Sulawesi selain Kota Makassar dan Manado, serta merupakan kota terbesar di kawasan Teluk Tomini. Dalam catatan sejarah, Semenanjung Gorontalo secara umum dan Kota Gorontalo secara khusus merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di Kawasan Indonesia Timur yaitu selain Ternate, dan Bone.
Jika Aceh terkenal dengan julukan "Serambi Mekah", maka Gorontalo terkenal dengan julukan "Serambi Madinah". Asal muasal mengenai julukan ini memiliki banyak versi, diantaranya adalah versi Buya Hamka[8] yaitu:
a. Gorontalo layaknya "Serambi Madinah" yang hiruk pikuk masyarakatnya ramai beribadah, memenuhi masjid-masjid, dan juga lantunan ayat suci terdengar menggema di setiap pelosok masjid.
b. Orang Gorontalo layaknya kaum Anshar (penduduk asli Madinah) yang begitu terbuka menerima Islam sebagai agama kerajaan-kerajaan di Gorontalo, serta begitu ramah menyambut para pendatang yang merantau atau hijrah ke Gorontalo. Para pendatang ini diantaranya berasal dari tanah Arab (Hadramaut), Melayu (Sumatera), Tiongkok (Cina), Minahasa (Sulawesi Utara), dan Bugis (Sulawesi Selatan).
Selain itu, Gorontalo memiliki falsafah "Adati hula-hula'a to Sara'a, Sara'a hula-hula'a to Kuru'ani" yang dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan menjadi "Adat Bersendikan Syara', dan Syara' Bersendikan Kitabullah". Falsafah ini menjadi pandangan hidup masyarakat Gorontalo yang memadukan antara agama, adat istiadat dan alam sekitarnya.[9]
Asal Usul Nama Gorontalo
Menurut catatan "Hikayat Gorontalo", daerah yang selama ini kita kenal dengan istilah "Semenanjung Gorontalo" yang ada sekarang ini berasal dari sebuah pulau.[10] Lama-kelamaan, air laut di sekitar pulau itu pun surut dan pada akhirnya muncul tiga gunung, yang salah satunya adalah gunung Tilongkabila. Adapun sebuah lembah di sebelah selatan Gunung Tilongkabila tersebut dicatat dalam sejarah sebagai wilayah yang bernama Hulontalangi, sebuah lembah yang kemudian hari dikenal sebagai daerah Hulontalo atau Gorontalo, yang juga merupakan cikal bakal wilayah Kota Gorontalo.
Kata Gorontalo pada dasarnya berasal dari kata Hulontalo dalam bahasa Gorontalo. Hulontalo itu sendiri berasal dari kata dasar Hulontalangi, sebuah nama salah satu Kerajaan di Gorontalo. Selain itu, terdapat beberapa catatan sejarah mengenai asal muasal dari nama Gorontalo, diantaranya:[11]
a. Gorontalo berasal dari kata "Hulontalangi", yang bermakna "Lembah Mulia".
Hulontalangi berasal dari dua suku kata, yaitu "Huluntu" yang berarti "Lembah" dan "Langi" yang berarti "Mulia".
b. Gorontalo berasal dari kata "Hulontalangi", yang bermakna "Daratan yang Tergenang".
Kata "Hulontalangi" dalam penerjemahan lain berasal dari dua suku kata, yaitu "Huntu" yang berarti "Onggokan Tanah" atau "Daratan", dan "Langi-Langi" yang berarti "Tergenang". Maka kata "Hulontalangi" dapat pula diartikan sebagai "Daratan yang Tergenang Air" sesuai dengan cerita turun temurun masyarakat Gorontalo.
c. Gorontalo berasal dari kata "Huidu Totolu", yang bermakna "Tiga Gunung".
Jika ditelusuri sejarahnya, terdapat tiga gunung purba di semenanjung Gorontalo yaitu Gunung Malenggalila, Gunung Tilonggabila (berubah menjadi Tilongkabila) dan satu Gunung lagi yang tidak bernama.
d. Gorontalo berasal dari kata "Pogulatalo", yang bermakna "Tempat Menunggu".
Kata "Pogulatalo" lambat laun berubah dalam ucapan masyarakat menjadi "Hulatalo"
e. Gorontalo berasal dari kata "Hulontalo".
Namun, karena kesulitan dalam pengucapannya maka para penjajah Belanda menyebut "Hulontalo" menjadi "Gorontalo".
Sejarah Kerajaan Hulontalo
Wilayah Kota Gorontalo sekarang merupakan perubahan dari wilayah Pohala'a Kerajaan Gorontalo. Kerajaan Gorontalo merupakan persekutuan dari 17 Linula (Kelompok Kerajaan kecil yang berorientasi pada ikatan genealogis (kekeluargaan/ikatan darah) serta ikatan teritoris di wilayah Hulontalo (Gorontalo).
Pada tahun 1824 seluruh daerah U Duluwo Limo Lo Pohala'a berada di bawah kekusaan seorang asisten Residen. Kemudian tahun 1889 sistem pemerintahan kerajaan dialihkan ke pemerintahan langsung yang dikenal dengan istilah "Rechtatreeks Bestur". Pada tahun 1911 terjadi lagi perubahan dalam struktur pemerintahan dan daerah Kota Gorontalo berada di daerah Onder Afdeling Gorontalo. Selanjutnya pada tahun 1920 berubah lagi menjadi Distrik Gorontalo. Dan pada tahun 1922 Wilayah Kota Gorontalo ditetapkan menjadi daerah Afdeling Gorontalo.
Peristiwa Patriotik 23 Januari 1942
Kota Gorontalo menjadi tempat peristiwa Hari Patriotik 23 Januari 1942 yang dipelopori oleh Nani Wartabone. Perjuangan patriotik ini menjadi tonggak kemerdekaan bangsa Indonesia dan memberi imbas dan inspirasi bagi wilayah sekitar bahkan secara nasional. Pada waktu itu Nani Wartabone bersama dengan Kusno Danupoyo menggelar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Gorontalo dengan membacakan "Naskah Proklamasi" kemerdekaan Indonesia di Gorontalo. Tidak hanya itu, bendera merah putih pun berhasil dikibarkan, menandai berakhirnya kekuasaan penjajah Belanda di Gorontalo. Sejarah mencatat bahwa Gorontalo menjadi salah satu daerah yang berhasil merdeka dari penjajah, 3 tahun sebelum Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.
Pembentukan Provinsi Gorontalo
Sebelum terbentuknya Provinsi Gorontalo, Kota Gorontalo merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi Utara. Gorontalo merupakan sebuah Kotapraja yang secara resmi berdiri sejak tanggal 20 Mei 1960, yang kemudian berubah menjadi Kotamadya Gorontalo pada tahun 1965. Nama Kotamadya Gorontalo ini tetap dipakai hingga pada tahun 1999. Selanjutnya, sejak diberlakukan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, di mana istilah Kotamadya sudah tidak dipakai lagi, digantikan dengan Kota, maka Gorontalo pun menyesuaikan namanya menjadi Kota Gorontalo hingga sekarang.
Pada saat perjuangan pembentukan Provinsi Gorontalo, daerah ini menjadi pusat perjuangan dan aktivitas pergerakan dari para tokoh-tokoh yang menginginkan Gorontalo lebih maju dan sejahtera, lepas dari Provinsi Sulawesi Utara. Perjuangan yang terus digelorakan sejak lama ini pun akhirnya berbuah manis ketika usulan Daerah Otonom Baru bagi Provinsi Gorontalo disetujui oleh pemerintah dan ditetapkan menjadi Undang-Undang. Melalui Undang-Undang pembentukan Provinsi Gorontalo ini pun kemudian menetapkan Kota Gorontalo sebagai ibukota Provinsi Gorontalo, menjadi pusat pemerintahan, ekonomi dan perdagangan terbesar di kawasan Teluk Tomini.
Sebelum terbentuknya Provinsi Gorontalo, Kota Gorontalo merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi Utara. Gorontalo merupakan sebuah Kotapraja yang secara resmi berdiri sejak tanggal 20 Mei 1960, yang kemudian berubah menjadi Kotamadya Gorontalo pada tahun 1965. Nama Kotamadya Gorontalo ini tetap dipakai hingga pada tahun 1999. Selanjutnya, sejak diberlakukan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, di mana istilah Kotamadya sudah tidak dipakai lagi, digantikan dengan Kota, maka Gorontalo pun menyesuaikan namanya menjadi Kota Gorontalo hingga sekarang.
Geografi
Peta Kota Gorontalo di masa dulu
Secara geografis, Kota Gorontalo terletak antara 00° 28’ 17” – 00° 35’ 56” LU dan 122° 59’ 44” – 123° 05’ 59” BT.
Batas Wilayah
Batas wilayah Kota Gorontalo adalah sebagai berikut:
Kota ini merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0–500 m di atas permukaan laut. Kota Gorontalo menempati satu lembah yang sangat luas yang membentang dari wilayah Kabupaten Bone Bolango hingga Kabupaten Gorontalo. Wilayah pinggiran pantainya berupa perbukitan yang tersusun dari batuan Karst termasuk yang berbatasan dengan pantai yang berada di Teluk Tomini. Daerah ini sangat rawan banjir, nyaris pintu air keluar adalah muara Sungai Bone. Muara ini adalah pertemuan air dari sungai Bone dan sungai Bolango sebelum menyatu dengan air laut. Di muara ini juga terdapat pulau (delta) yang mulai membesar dan ditumbuhi aneka tanaman termasuk kelapa. Setiap hari dari kedua sungai ini mengalir air bersih yang belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian dataran dimanfaatkan untuk bertanam padi karena air mengalir sepanjang tahun. Di beberapa daerah terdapat kantong-kantong air yang ditumbuhi tanaman Tumbango.
Iklim
Oleh karena wilayahnya yang cukup dengan garis khatulistiwa, kota Gorontalo beriklim hutan hujan tropis (Af) dengan curah hujan yang cenderung sama sepanjang tahun. Suhu udara di wilayah kota Gorontalo berkisar antara 22°–33 °C. Tingkat kelembapan nisbi di wilayah kota Gorontalo berada pada angka ±82%. Curah hujan tahunan di wilayah kota Gorontalo berkisar antara 1.000–1.600 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar pada 90–150 hari hujan per tahun.
Kota Gorontalo terdiri dari 9 kecamatan dan 50 kelurahan. Pada tahun 2017, Luas wilayahnya mencapai 79,59 km² dan jumlah penduduk 196.055 jiwa dengan sebaran penduduk 2.463 jiwa/km².[20][21]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Gorontalo, adalah sebagai berikut:
Kesembilan kecamatan tersebut terdiri atas 50 kelurahan, 459 RW dan 1.302 RT. Penduduk kota pada tahun 2010 adalah 180.127 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 2.718 jiwa/km².
Sejarah pemekaran
Sebelum tahun 2011 kota Gorontalo terdiri dari enam kecamatan, yaitu:
Arti lambang daerah Kota Gorontalo adalah sebagai berikut:[22]
Bintang bersudut lima adalah lambang Ketuhanan Yang Maha Esa,yaitu Sila Pertama pada Pancasila.
Pohon Kelapa Melambangkan bahwa didaerah Gorontalo kopra adalah hasil utama perekonomian rakyat.
Bunga Teratai adalah lambang kedamaian, kesucian dan keagungan.
Air yang tenang melambangkan keseimbangan jiwa, ketenangan dalam berfikir dan bertindak
Setangkai padi dan setangkai kapas melambangkan tekad rakyat untuk mencapai masyarakat adil dan makmur serta bahagia lahir batin.
Rantai melambangkan persatuan dan kesatuan rakyat Gorontalo dengan seluruh bangsa di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Lambang berbentuk perisai dengan sepasang sayap. Sepasang sayap pada kiri kanan yang dihubungkan oleh pita didalamnya bertuliskan "KOTA GORONTALO" adalah merupakan perwujudan cita - cita masyarakat Gorontalo bagaikan Garuda terbang tinggi mengarungi angkasa luar.
Bentuk perisai yang diberikan kepada lambang menggambarkan bahwa segenap jiwa, semangat, dan cita - cita yang terkandung didalamnya merupakan perisai bagi masyarakat Daerah Gorontalo untuk menghadapi segala kemungkinan.
Bunga teratai berdaun mahkota 5 helai, pohon kelapa berdauan 5 helai, dan berbuah lima butir serta bersudut lima adalah melambangkan daripada Pancasila.
Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi tahun 2002 mencapai 6,59%, sementara PDRB harga konstan tahun 2002 sebesar 246.604,30 juta rupiah dan pendapatan per kapita sebesar Rp. 3.795.931,44,- Aktivitas perekonomian penduduk lebih banyak bergerak di bidang jasa sehingga sektor ini menyumbangkan kontribusi terbesar untuk pembentukan PDRB yang disusul sektor-sektor lainnya.
Pendidikan
Di Kota Gorontalo terdapat fasilitas pendidikan baik dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Disamping itu Pemerintah Kota Gorontalo mulai tahun 2008 menyediakan Bus Sekolah Gratis untuk para siswa mulai sekolah dasar sampai dengan SMU untuk mensukseskan program pemerintah ayo sekolah. Sampai saat ini bus sekolah ini masih difungsikan dengan benar dan sangat membantu bagi transportasi pelajar.
Rumah Sakit yang besar di Kota Gorontalo adalah Rumah Sakit Aloei Saboe yang hingga kini masih rumah sakit terbesar di kawasan Teluk Tomini. Masalah kesehatan yang pernah muncul adalah Busung Lapar dan Kaki Gajah. Khusus Kaki Gajah, daerah ini memang banyak terdapat tempat-tempat yang berair seperti rawa-rawa sehingga nyamuk banyak bersarang di sini. Kasus terakhir yang ditangani adalah penderita Kaki Gajah yang berada di kelurahan Liluwo yang rumah penderitanya di depan rumah Medi Botutihe, Wali kota Gorontalo.
Olohiyo Butuhiyo Landingio Polangiyo (yang rajin dapat rejeki/penghasilan yang malas tidak dapat rejeki/tidak dapat apa-apa)
Bumi dipijak disitulah langit dijunjung
Alat Musik Tradisional
Polopalo
Gambusi
Kerajinan Tangan
Karawo / Kerawang
Batik Gorontalo
Kupia Keranjang
Dungobongo sejenis atap dari daun kelapa
Tehilo/Pitate sejenis dinding permanen tipis
Tiohu sejenis tikar anyaman
Tradisi
Walima / Dikili (Maulid Nabi)
Malam Tumbilotohe
Senjata Tradisional
Sabele (sejenis parang)
Bitu'o (sejenis keris)
Wamilo (sejenis peda)
Banggo (Sejenis Parang Pendek)
Travalla
Klewang
Tarian Adat
Tari Dana - Dana
Tari Saronde
Tari Langga
Tari Tulude
Tari Elengge
Tari Mopohuloo / Modepito
Tari Tanam Padi
Tari Sabe
Pakaian Adat
Biliu dan Makuta
Transportasi
Darat
Terdapat berbagai macam jenis transportasi darat di Kota Gorontalo yakni bentor, bendi, angkutan kota, dan Bus Way Hulondhalangi. Namun dari beberapa moda transportasi tersebut, bentor yang paling mendominasi.[23]
Terminal 42 Andalas
Terminal Dungingi
Laut
Di Kota Gorontalo terdapat Pelabuhan Laut Gorontalo dan Pelabuhan Penyeberangan/Fery.