Capcai
Capcai atau capcay adalah nama hidangan khas Tionghoa-Indonesia berupa banyak macam sayuran yang dimasak dengan cara direbus (kuah) atau digoreng tumis. Capcai asal mulanya merupakan variasi dari hidangan khas Fujian.[1] Konon pada zaman dahulu, koki istana tidak tega untuk membuang sisa-sisa berbagai macam sayuran. Ia kemudian memasak semua sisa sayuran tersebut dan ternyata rasa masakan tersebut terasa lezat. Masakan baru ini pun cepat disukai dan menyebar ke masyarakat luas. Seiring waktu, Capcay justru lebih populer di luar Tiongkok dan nama masakan za cai menghilang dari daftar menu restoran di Tiongkok.[2] Di Indonesia, terdapat dua jenis gaya capcai yang dikenal, yaitu capcai goreng dan capcai godok yang perbedaannya terletak pada berkuah atau tidak. Capcai gaya Semarang dikenal karena berwarna merah dan rasanya sedikit asam manis akibat penambahan saus tomat dalam jumlah banyak. Selain itu, Capcai Semarangan dalam resepnya tidak menggunakan tauco dan bunga sedap malam.[2] PenamaanNama capcai diambil dari kata 杂菜, zá cài dalam dialek Hokkian yang secara harfiah berarti "aneka ragam sayur".[2] Namun, jumlah sayuran dalam capcai tidak tentu, tetapi banyak yang salah kaprah mengira bahwa capcai harus mengandung 10 macam sayuran karena secara harfiah adalah berarti "sepuluh sayur". Cap di dalam dialek Hokkian juga dapat dieja "sepuluh", dan cai berarti sayur.[3][4] Beberapa jenis sayuran yang biasanya dicampur dalam capcai adalah sawi putih, sawi hijau, wortel, jagung muda, jamur merang, jamur kuping, kol, kapri, buncis, bunga kol, brokoli, daun bawang, tomat, dan bawang bombai. Walaupun demikian, unsur protein hewani juga biasa ditambahkan ke dalam makanan ini, misalnya daging sapi, ayam, telur, hati dan ampela ayam, udang, bakso, cumi-cumi, dan daging babi. Referensi
|