Halaman ini terakhir disunting oleh Ardzun (Kontrib • Log) 1 hari 1268 menit lalu.
Bahasa Kampar[4] atau bahasa Ocu adalah sebuah ragam bahasa Melayik yang dituturkan oleh penduduk Kampar di Kabupaten Kampar, Riau. Status kebahasaan Kampar masih diperdebatkan, terkadang bahasa ini dianggap sebagai dialek bahasa Melayu atau Minangkabau.[5][6][7] Badan Bahasa Kemdikbud RI mengelompokkan dialek Kampar sebagai salah satu dialek dalam bahasa Minangkabau di Riau.[8] Namun, orang Kampar lebih suka menganggapnya sebagai bagian dari bahasa Melayu Riau dan dalam kesehariannya, penutur bahasa ini menyebutnya dengan Bahasa Ocu.[9][4][10]
Status kebahasaan Kampar masih diperdebatkan, terkadang bahasa ini dianggap sebagai dialek dalam bahasa Melayu Riau ataupun bahasa Minangkabau.[11] Bahasa Kampar merupakan ragam bahasa dari rumpun Melayik, namun belum memiliki kode bahasa ataupun klasifikasi internal rumpun Melayik yang diterima secara luas. Wilayah sebar tutur bahasa Kampar yang terletak antara wilayah bahasa Minangkabau (barat) dan bahasa Melayu Riau (timur) menyebabkan bahasa ini memiliki hubungan saling mempengaruhi di antara kedua bahasa tersebut dan merupakan bagian kesinambungan dialek di Sumatra bagian tengah.[12][13] Bagi penutur bahasa ini, bahasa Kampar disebut sebagai bahasa Ocu dan dianggap sebagai bagian dalam bahasa Melayu Riau yang berbeda dengan bahasa Minangkabau.[4][10] Dalam berbagai publikasi, bahasa ini akan dituliskan dengan penamaan lainnya seperti bahasa Melayu Kampar,[14] bahasa Melayu dialek Kampar,[15][16] atau bahasa Melayu Riau dialek Kampar.[17][18][19][20]
Hamidy (2002) menyebutkan bahwa bahasa Melayu Riau terbagi dalam enam dialek. Perbedaan keenam dialek ini ada pada intonasi dan leksikal. Dialek-dialek yang ada dalam bahasa Melayu Riau antara lain:[21][22][23]
Pada tahun 2009, Tim Pemetaan Bahasa dari Balai Bahasa Riau menyebutkan bahwa bahasa Kampar (terbagi menjadi dialek Kampar dan Kampar Timur) merupakan dialek dalam bahasa Melayu Darat bersama dua dialek lainnya, yaitu dialek Kuantan dan Rokan.[24]
Menurut Asmah Haji Omar (2015), bahasa Melayu di Sumatra terbagi dalam empat kluster dialek. Sementara itu bahasa Kampar termasuk dalam kluster dialek Sumatra Tengah bersama dengan Siak dan Minangkabau.[12] Menurutnya pula, di Sumatra dan seluruh Indonesia kata "bahasa" mengacu pada semua jenis kelompok kebahasaan baik itu bahasa, dialek, atau subdialek, seperti pada ungkapan bahasa Kampar, bahasa Jambi, bahasa Minang, dan lain-lain. Oleh karena itu, kesemuanya akan tetap disebut "bahasa" berdasarkan identifikasi suatu lokalitas atau wilayah.[12]
Persamaan dengan bahasa Minangkabau, khususnya dengan dialek Limapuluh Kota, membuat sebagian pakar menggolongkan bahasa Kampar sebagai salah satu dialek dalam bahasa Minangkabau.[11][5][25][26][27] Said, et al. (1986) menyebut bahasa yang dipergunakan penduduk di Kabupaten Kampar bagian barat (yang menjadi Kabupaten Kampar saat ini) adalah bahasa Minangkabau.[5] Lalu Masni, et al. (2021) menyebutkan dalam penelitiannya pada isolek Kuntu Kabupaten Kampar bahwa keberagaman fonem diftong yang ditemukannya menunjukan isolek tersebut termasuk dialek bahasa Minangkabau meski secara pemerintahan administrasi berada di Riau.[27] Sementara Badan Bahasa Kemdikbud RI mengelompokkan dialek Kampar sebagai salah satu dialek dalam bahasa Minangkabau di Riau (bersama dialek Rokan, Basilam, Indragiri, dan Kuantan).[8] Persentase perbedaan dialek Kampar dengan dialek Minangkabau lainnya berkisar 51%—69%.[28] Persentase itu menunjukkan hubungan bahasa Kampar dan bahasa Minangkabau ada pada tingkat beda dialek menurut teori Guiter maupun Lauder.[8]
Selain vokal, bahasa Kampar memiliki bunyi diftong. Fonem diftong pada bahasa Kampar dapat berbeda pada tiap subdialek atau isolek. Contohnya isolek Kuntu yang memiliki 10 diftong, yaitu /ia/, /ua/, /iy/, /uy/, /ay/, /aw/, /ie/, /uo/, /uw/, dan /ow/.[27] Sementara isolek-isolek di Bangkinang dan Air Tiris memiliki 7 diftong /ia/, /ua/, /uy/, /oy/, /ay/, /iw/, dan /aw/.[30]
bibir
gigi
langit
bel.
suara
Gesek
bagaimano, baapong
Karya sastra tradisional berbahasa Kampar memiliki persamaan bentuk dengan karya sastra tradisional rumpun bahasa Melayu lainnya, khususnya dengan sastra tradisional Minangkabau, yaitu berbentuk prosa, cerita rakyat, dan hikayat. Penyampaiannya biasa dilakukan dalam bentuk cerita (kaba) atau dinyanyikan (dendang). Adapula karya sastra yang digunakan untuk prosesi adat Kampar, seperti pepatah-petitih dan persembahan (basiacuong atau basisombau). Pepatah-petitih dan persembahan banyak menggunakan kata-kata kiasan. Agar tidak kehilangan makna, karya sastra jenis ini tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Oleh karenanya sangat sedikit sekali orang yang menguasai karya sastra ini, yang hanya terbatas pada ninik mamak dan pemuka adat.[33]
Basiacuong atau basisombau adalah tradisi lisan masyarakat Kampar yang berisi pikiran, ide, dan nasihat berupa pepatah-petitih dalam dialog antara dua ninik mamak. Basiacuong berasal dari kata Siacuong yang berarti sanjung menyanjung dari satu pihak ke pihak lainnya yang biasanya diwakili oleh ninik mamak suatu suku yang berdialog atau mereka yang karena kedudukannya diberi kesempatan bicara. Kata basiacuong juga berarti menyengaja suatu perbuatan. Adapun nama lain dari basiacuong adalah sisombau atau basisombau artinya sembah menyembah.[34]
Basiacuong dilakukan dalam berbagai acara adat Kampar, seperti pertunangan, pernikahan, kenduri, khitanan, serta penobatan ninik mamak. Di dalamnya setiap maksud dan tujuan seorang ninik mamak disampaikan dalam wujud kiasan, pepatah, ataupun pantun.
Berikut salah satu contoh dialog dalam basiacuong saat pihak laki-laki datang ke rumah perempuan yang akan dilamar:[34] Pertama kali diawali dari pihak laki-laki:
Pihak perempuan sebagai pihak yang menanti menyahuti keinginan dari pihak laki-laki yang datang, yaitu:
dan selanjutnya saling bergantian sisombau.
|date=
|url-status=
1 Kreol • 2 Bahasa isyarat • 3 Bahasa isolat • 4 Bahasa Pidgin • 5 Tidak diklasifikasikana juga dituturkan di Malaysia dan/ Brunei Darussalam. • b juga dituturkan di Timor Leste, Papua Nugini dan/ negara-negara Oseania lainnya. Italik: Bahasa punah atau bahasa mati. *Catatan: Kalimantan dan Papua di sini hanya yang termasuk dalam teritori Indonesia.
Lokasi Pengunjung: 34.229.63.28