Sima Yi
Sima Yi (司馬懿 Sīmǎ Yì) (Han Kuno: *s-lə *mˤraʔ *[ʔ]<r>ik-s (Baxter–Sagart); *slɯ *mraːʔ *qriɡs (Zhengzhang Shangfang)) (179 – 7 September[1] 251) nama kehormatan Zhongda merupakan seorang strategis, jenderal dan politisi Cao Wei pada era Tiga Kerajaan, Tiongkok. Sima Yi memulai karir politiknya dibawah kanselir agung Dinasti Han Cao Cao pada 208,[2] dan dengan cepat ia dipromosi ke jabatan yang lebih tinggi. Kemampuannya dalam menangani urusan domestik dan militer negara seperti memajukan pertanian, mengabdi sebagai penasihat, menangkal serangan dari Shu Han dan Dong Wu, menumpas pemberontakan Xincheng dan mengalahkan Meng Da, serta menguasai Liaodong yang dikuasai oleh Gongsun, memberikannya prestise besar. Ia mungkin paling dikenal sebagai pembela Cao Wei dari ekspedisi militer yang dilaksanakan oleh Zhuge Liang pada 231 sampai 234. Pada 239, dengan wali kuasa lainnya Cao Shuang, ia ditunjuk sebagai wali kuasa untuk Cao Fang setelah ayah angkatnya, Kaisar Cao Rui meninggal dunia. Walaupun keduanya memulai pekerjaan mereka dengan hubungan yang baik, hubungan tersebut segera memburuk karena korupsi, pemborosan, dan upaya Cao Shuang untuk membatasi pengaruh politik Sima Yi.[3] Pada Februari 249 setelah dengan hati-hati merencanakan dan mengumpulkan dukungan, Sima Yi menggulingkan Cao Shuang melalui kudeta dan akhirnya menghukum Cao Shuang dan pendukungnya mati.[4] Kesuksesannya dan prestasinya yang menonjol membuka jalan bagi fondasi cucunya Sima Yan menjadi kaisar Dinasti Jin, yang akhirnya akan mengakhiri era Tiga Kerajaan. Setelah pendirian Dinasti Jin, Sima Yi diberikan gelar anumerta sebagai Kaisar Xuan dari Jin dengan nama kuil Gaozu.[5] Ia juga merupakan kakek moyang umum bagi seluruh kaisar Dinasti Jin (266–420), Kaisar Jin Barat merupakan keturunan dari Sima Zhao (anak kedua Sima Yi dari Zhang Chunhua) dan Kaisar Jin Timur merupakan keturunan dari Sima Zhou (putra keempat Sima Yi dari Nyonya Fu). Latar belakangKampung halaman keluarga Sima Yi adalah Xiaojing (孝敬里), Kecamatan Wen, Kabupaten Henei. Kakek moyangnya adalah Sima Ang, Raja Yin (殷王) yang memerintah pada masa Delapan Belas Kerajaan pada masa transisi Dinasti Qin ke Dinasti Han sebelum jenderal Liu Bang, Han Xin, menaklukkan wilayah kekuasaannya, menawan Sima Ang dan menaklukkan ibukota negaranya, Zhaoge. Pada masa awal Dinasti Han, kerajaan yang dahulu diperintah oleh Sima Ang diturunkan menjadi sebuah kabupaten dan keturunan Sima Ang menetap disana sejak berdirinya Dinasti Han.[6] Sima Yi[7] merupakan anak kedua dari Sima Fang, memiliki seorang kakak Sima Lang (nama kehormatan: Boda) dan enam orang adik.[a] Bersama saudaranya, mereka dikenal sebagai Delapan Da karena nama kehormatan kedelapan kakak adik berakhir dengan kata da (達).[8] Kehidupan awalSima Yi[7] merupakan satu dari delapan bersaudara, yang semuanya terkenal karena garis keturunan mereka. Masing-masing dari mereka memiliki nama gaya Tionghoa yang diakhiri dengan karakter Da (達). Karena hal tersebut, kedelapan bersaudara itu secara bersama dikenal sebagai "Delapan Da Sima" (司馬八達). Ini merupakan istilah kehormatan karena kelompok lain delapan administrator yang berbakat di dalam era sebelumnya telah diberikan sedemikian rupa. Keluarganya bertempat tinggal di Luoyang ketika Dong Zhuo menguasai kota, menghancurkannya, dan memindahkan ibu kota ke Chang'an. Kakak Sima Yi, Sima Lang (Boda) memimpin keluarga ke kediaman leluhur mereka di distrik Wen (温縣), dan kemudian, dengan tepat meramalkan bahwa tempat itu akan menjadi medan perang, memindahkan mereka sekali lagi ke Liyang (黎陽). Pada tahun 194, karena Cao Cao berperang dengan Lü Bu, Sima Yi menemani keluarganya kembali ke distrik Wen. Sima Yi menunjukkan kecerdikannya pada masa kecil. Ia sangat berpengetahuan dan bisa menghapal Klasik Tionghoa. Saat kekacauan terjadi pada masa Akhir Dinasti Han, Sima Yi merasa simpati dan keprihatinan terhadap rakyat. Sebelum beranjak dewasa pada usia 19, ia bertemu dengan Yang Jun, seorang adminstrator kabupaten yang sangat dikenal karena bisa mencari bakat. Yang Jun menyatakan bahwa Sima Yi "sangat berbakat". Cui Yan yang berteman dengan kakaknya, Sima Lang pernah berkata: "(Sima Yi) sangat pintar, tegas dan unik. (Sima Lang) tidak bisa dibandingkan dengannya".[9] Cao Cao yang menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum pada 201 mendengar potensi Sima Yi dan ingin merekrutnya untuk bekerja untuknya. Namun, Sima Yi menolak dengan alasan sakit dan Kitab Jin memberi detail lebih lanjut bahwa Sima Yi melihat bahwa Dinasti Han akan berada di ambang keruntuhan, menolak tawaran Cao Cao dan berdalih bahwa kakinya lumpuh dan ia terpaksa dirumahkan dengan mata-mata Cao Cao melaporkan kembali kepadanya bahwa Sima Yi berada di tempat tidur tidak kemana-mana.[10] Karir dengan Cao CaoSaat Cao Cao dilantik sebagai kanselir agung pada tahun 208, ia memerintah seseorang untuk merekrut Sima Yi untuk menjadi asisten juru tulis dalam administrasinya, dan dikatakan telah memerintahkan pejabat tersebut untuk menangkap Sima Yi jika ia berlama-lama. Sima Yi menjadi takut dan menerima pengangkatan tersebut.[b] Saran untuk menyerang Provinsi YiPada 215, Sima Yi menemani Cao Cao untuk menyerang panglima perang sekaligus pendeta Zhang Lu di Hanzhong dan Cao Cao mengalahkannya di Pertempuran Yangping. Setelah pertempuran tersebut, Sima Yi menyarankan Cao Cao untuk memanfaatkan momentum kemenangan ini dan menyerang Liu Bei yang baru saja merebut Provinsi Yi dari Liu Zhang karena Liu Bei belum memiliki pondasi yang kokoh di Provinsi tersebut. Namun, Cao Cao menolak usulan Sima Yi dan merasa puas untuk menguasai daerah Longyou (隴右, meliputi wilayah modern di Gansu dan Shaanxi).[11] Cao Cao kemudian mengubah perhatiannya menuju ke timur melawan Sun Quan.[12] Meminta Cao Cao untuk merebut kekuasaanSun Quan mengirimkan seorang utusan kepada Cao Cao untuk berdamai dan menyatakan bahwa ia akan tunduk kepada Cao Cao. Sun Quan juga memohon Cao Cao untuk merebut kekuasaan dari Kaisar Xian dari Han dan mendeklarasikan dirinya kaisar. Menanggapi saran Sun Quan, Cao Cao menyatakan: "Anak ini ingin menempatkan saya diatas api". Sima Yi berkata kepadanya: "Dinasti Han akan segera mencapai akhirnya. Paduka telah menguasai sembilan per sepuluh dari Dinasti Han.[c] Engkau berada di posisi untuk mengambil taktha. Penundukan Sun Quan adalah wahyu Langit." Sebelumnya pada masa Yu yang Agung, dan pada Dinasti Xia, Shang, dan Zhou, pemimpin yang tidak ragu dalam mengambil kekuasaan merupakan orang yang mengerti maksud wahyu Langit.[13] Cao Cao tidak mendengarkan saran Sima Yi dan beberapa pejabat yang memiliki saran yang sama, dan tetap setia kepada Dinasti Han sampai akhir hayatnya. Pada saat Cao Cao diberi gelar "Raja Wei", Sima Yi bekerja sebagai salah satu penasihat bagi putranya Cao Pi yang sangat menghormatinya atas kecerdikannya. Bersama dengan Chen Qun, Wu Zhi dan Zhu Shuo, mereka dikenal dengan julukan "Empat Sekawan" dan keempatnya menjadi penasihat dekat Cao Pi.[14] Sebelum Cao Pi menjadi putra mahkota Cao Cao, ia sempat bersaing dengan Cao Zhi mengenai ahli waris. Pada saat ini, Sima Yi diduga secara rahasia mendukung Cao Pi dan membantunya menang dalam persaingan mengenai siapa yang akan menjadi ahli waris Cao Cao. Ia juga sebenarnya berkontribusi dalam penurunan pangkat dan penyingkiran Cao Zhi dari politik setelah Cao Pi menjadi kaisar.[15] Ketika Sima Yi diangkat menjadi Mayor Angkatan Darat (軍司馬), ia mengusulkan kepada Cao Cao untuk menimbun persediaan makanan dan menjaga pertahanan mereka karena ada lebih dari 200.000 orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka sendiri melalui pertanian. Cao Cao menerima idenya dan menerapkan kebijakan bagi rakyat untuk bertani dan menimbun gandum.[16] Pertempuran FanchengSima Yi menyarankan Cao Cao untuk mewaspadai Hu Xiu (胡修) dan Fu Fang (傅方), yang menjabat sebagai Inspektur Provinsi Jing dan Administrator Kabupaten Nanxiang (南鄉郡; di Provinsi Jing) pada saat itu. Dalam sarannya, ia berkata bahwa Hu Xiu sangat brutal dan Fu Fang sangat angkuh, keduanya tidak boleh diberikan tugas dalam menjaga Provinsi Jing, tapi Cao Cao menghiraukannya. Pada 219 di Pertempuran Fancheng, saat jenderal Cao Cao Cao Ren dikepung oleh jenderal Liu Bei, Guan Yu di Fancheng, Cao Cao memerintah Yu Jin untuk memimpin pasukan bala bantuan untuk menangkal kepungan. Seperti yang diprediksi Sima Yi, Hu Xiu dan Fu Fang membelot ke Guan Yu, membuat Cao Ren semakin kesulitan.[17] Setelah mendengarkan kekalahan Yu Jin, Cao Cao merasa bahwa ibukota telah terancam dan dekat dengan wilayah musuh maka ia sempat memikirkan untuk memindahkan ibukota ke utara di Hebei. Sima Yi dan Jiang Ji berkata, "Kekalahan Yu Jin.... bukanlah karena kelemahan di pertahanan kita, juga tidak akan secara signifikan berdampak kepada kita. Memindahkan ibukota memperlihatkan kelemahan kita kepada musuh, ini akan menyebabkan kerusuhan di wilayah Sungai Huai dan Mian. Sun Quan dan Liu Bei terlihat dekat, namun sebenarnya mereka tidak saling percaya satu sama lain. Sun Quan bakal merasa gelisah ketika melihat kemenangan Guan Yu, jadi kita harus menghasutnya untuk menyerang Guan Yu di Provinsi Jing. Ini akan mengakhiri pengepungan di Fancheng." Kali ini, Cao Cao mendengarkan mereka dan Sun Quan kemudian mengirimkan Lü Meng untuk menyerang Provinsi Jing pada musim dingin 219-220. Pasukan Sun Quan menangkap dan membunuh Guan Yu.[18] Cao Cao ingin memindahkan rakyat Provinsi Jing menuju ke Komando Yingchuan yang berada di utara karena ia merasa mereka hidup di garis depan melawan musuh di selatan. Sima Yi melawan usulan tersebut dan menyarankan Cao Cao, "Wilayah Jing dan Chu sangat tidak stabil. Rakyat gampang pindah namun sulit diamankan. Karena Guan Yu baru saja kalah, para penjahat mulai bersembunyi. Jika kita memindahkan orang baik, mereka akan merasa resah dan enggan kembali ke sisi kita." Cao Cao mematuhi saran tersebut. Rakyat yang terdampak dalam Pertempuran Fancheng kembali hidup seperti biasa.[19] Kematian Cao CaoCao Cao meninggal di Luoyang pada 220.[20] Saat ia meninggal, terjadi keprihatinan di pemerintahan. Sima Yi mengawasi prosesi pemakaman Cao Cao agar memastikan bahwa acara pemakaman berlangsung lancar.[21] Ia mengikuti prosesi pemakaman menuju ke Ye,[22] mendapatkan rasa hormat dari pejabat di dalam dan di luar pemerintah pusat.[23] Karir dengan Cao PiCao Pi dan Sima Yi memiliki hubungan yang dekat jauh sebelum Cao Pi menjadi kaisar. Sima Yi bekerja sebagai penasihatnya dan merupakan salah satu dari "Empat Sekawan" Cao Pi.[24] Sima Yi diduga secara rahasia membantu Cao Pi untuk menjadi ahli waris Cao Cao dan juga bertanggung jawab atas demosi dan penyingkiran Cao Zhi secara politik setelah Cao Pi menjadi kaisar. Lama setelah itu Cao Cao meninggal karena sakit yang dia derita, setelah kematian Cao Cao, anaknya Cao Pi menggantikan ayahnya menjadi Raja Wei dan kanselir agung.[20] Sima Yi tetap melayani keluarga Cao. Pada saat Cao Pi menjadi kaisar Wei, Sima Yi memberikan rancangan-rancangan strategi yang baik dan genius untuk berperang melawan Shu maupun Wu. Sima Yi diangkat menjadi Marquis Desa Hejin (河津亭侯) dan menunjuknya sebagai Ketua Panitera (長史).[25] Kemudian, saat Sun Quan sedang menyerang pasukan Cao Pi di Provinsi Jing, beberapa pejabat menolak melawan Sun Quan karena kekurangan pasokan makanan di Fancheng dan Xiangyang. Cao Ren yang ditugaskan di Xiangyang dipindahkan ke Fancheng untuk mempertahankan Wan. Sima Yi berkata, "Sun Quan baru saja mengalahkan Guan Yu. Pada saat ini, dia mungkin mau menyelesaikan pekerjaan rumahnya dan tidak mungkin mencari gaduh dengan kita. Rute darat dan air Xiangyang sangat penting untuk pertahanan melawan musuh, jadi kita tidak bisa mengabaikan kota ini." Cao Pi menghiraukan nasihat Sima Yi dan kemudian memerintah Cao Ren untuk membakar dan meninggalkan Xiangyang dan Fancheng. Seperti yang diduga Sima Yi, Sun Quan tidak menyerang dan Cao Pi menyesal tidak mendengarkannya.[26] Sima Yi kemudian menjadi salah satu suara terkemuka dalam membujuk Cao Pi untuk merebut kekuasaan[22] dan ia didukung juga oleh pejabat lainnya.[27] Pada akhir 220, Cao Pi melengserkan Kaisar Xian dari Han dan mendeklarasikan dirinya sebagai kaisar Cao Wei.[20] Cao Pi kemudian menunjuk Sima Yi sebagai Magister Penulisan (尚書) dan kemudian mengangkatnya sebagai Inspektur Tentara (督軍) dan Asisten Panitera Istana Kekaisaran (御史中丞). Pangkat bangsawannya dinaikkan menjadi Marquis Distrik dengan gelar Marquis Distrik Anguo (安國鄉侯).[28] Pada 222, saat Cao Pi mengunjungi Wan, baik karena kota tersebut tidak cukup merayakannya atau karena pasar lokal gagal memproduksi jenis obat yang diminta Cao Pi,[29] Gubernur Nanyang Yang Jun (楊俊) ditangkap karena lalai dalam tugas. Sima Yi antara semua pegawai yang memiliki hubungan baik dengan Yang Jun yang ia ketemu pada masa mudanya (kedua tokoh berasal dari Henei)[30] dan memandangnya sebagai tokoh yang kompeten dan pintar, meminta Cao Pi untuk mengampuninya; sampai memukul kepalanya ke tanah sampai berdarah. Namun, Cao Pi tidak mengizinkan. Yang Jun akhirnya bunuh diri setelah mengakui kesalahannya. Sima Yi merasa duka atas kematiannya.[31] Pada awal 225, Cao Pi mengangkatnya Jenderal Penenang Angkatan Darat (撫軍將軍) dan ditempatkan sebagai komando 5.000 tentara, dan juga memegang posisi Pejabat yang Merangkap Tugas di Istana (給事中) dan Manajer Urusan Magister Penulisan (錄尚書事), promosi dari kantor sebelumnya. Saat Sima Yi menolak promosi tersebut, Cao Pi berkata kepadanya: "Saya mengurus negara sepanjang hari dan malam tanpa istirahat. Ini bukanlah penghargaan, sekadar cuma berbagi beban."[32] Saat Cao Pi hendak memimpin pasukan untuk menyerang Sun Quan, ia memberikan titah kepada Sima Yi untuk menjaga ibukota dan memberikan pasokan bala bantuan dan persediaan kepadanya jika diperlukan. Sebelum berangkat, ia bertitah: "Saya sangat khawatir dengan kemakmuran saya. Inilah kenapa saya memercayakan anda dengan tanggung jawab ini. Walaupun Cao Shen melakukan banyak kontribusi di medan pertempuran, Xiao He memainkan peran yang lebih penting darinya. Seandainya aku bisa bebas melihat ke belakang dari balik bahuku ke arah barat (mengacu pada Shu Han)!". Cao Pi kemudian kembali dari Guangling menuju Luoyang dan kemudian berkata kepada Sima Yi, "Jika saya berada di timur, kamu pergi ke barat; jika saya berada di barat, kamu pergi ke timur." Sima Yi tetap berada di Xuchang.[33] Pada pertengahan 226, Cao Pi sakit kritis dan berada di ambang kematian. Ia memanggil Sima Yi, Cao Zhen, Chen Qun, dan Cao Xiu untuk menemuinya di aula selatan Istana Chonghua (崇華殿) dimana ia memerintah mereka untuk membantu putranya Cao Rui dalam pemerintahan setelah ia meninggal. Cao Pi memberi wasiat kepada Cao Rui, "Ada mungkin mereka yang ingin menjauhkan Sangong dari kamu, tetapi hati-hati dan jangan meragukan mereka."[34] Mengabdi kepada Cao RuiMelawan WuSetelah Cao Rui naik taktha, ia mengangkat Sima Yi dari marquis distrik menjadi marquis county dengan gelar "Marquis Wuyang".[35] Pada saat itu, Sun Quan menyerang Jiangxia dan mengirimkan jenderalnya Zhuge Jin dan Zhang Ba (張霸) untuk menyerang Xiangyang. Sima Yi memimpin pasukan Wei untuk melawan Wu, berhasil memukul mundur Zhuge Jin dan membunuh Zhang Ba serta lebih dari 1,000 pasukan Wu.[36] Atas jasa di pertempuran, Cao Rui mengangkat Sima Yi untuk menjadi Jenderal Kavaleri Tegas (驃騎將軍).[37] Menumpas pemberontakan Meng Da![]() Pada Juli 227, Cao Rui memerintah Sima Yi untuk bersiaga di Wan dan menunjuknya untuk mengurus urusan militer di Provinsi Jing dan Provinsi Yu.[38] Pada masa pemerintah Cao Pi, Sima Yi pernah memeringati Cao Pi mengenai Meng Da, jenderal Shu Han yang membelot ke Cao Wei. Menurutnya, Meng Da tidak bisa dipercaya, namun Cao Pi menghiraukan peringatan tersebut.[15] Kata-kata Sima Yi menjadi benar setelah Cao Pi meninggal saat pada akhir 227, ia menerima kabar bahwa Meng Da ingin memberontak terhadap Wei dan ingin membelot kembali ke Shu; menurut Weilüe, ia mengirimkan penasihatnya Liang Ji (梁幾) untuk menyelidiki kasus Meng Da dan saat bersamaan mengundang Meng Da ke Luoyang untuk menghadiri pemerintahan, membuat Meng Da terperingati dan membujuknya memberontak.[39] Menurut Kitab Jin dan Zizhi Tongjian, setelah mendengarkan keinginan Meng Da untuk memberontak, Sima Yi menulis sebuah surat yang memujinya untuk mengecohnya sementara ia sendiri mempersiapkan diri untuk menumpas pemberontakan tersebut. Saat Meng Da sedang memikirkan apakah ia akan berkomitmen untuk memberontak, Sima Yi dengan cepat mengumpulkan pasukan dan secara rahasia memimpin pasukan untuk menyerang Meng Da di Kabupaten Shangyong (上庸郡; dekat Kecamatan Zhushan, Hubei masa kini).[36] Sembari menuju ke lokasi, bawahan Sima Yi mengusulkan untuk mengobservasi aksi Meng Da terlebih dahulu sebelum menyerang, namun Sima Yi menjawab "Meng Da bukanlah seseorang yang bisa dipercaya. Sekarang karena dia sedang ragu-ragu karena curiga, kita harus mengambil kesempatan untuk menyingkirkannya." Gerakan pasukan Sima Yi dipercepat dan mencakupi 2,200 li dan mereka sampai setelah 8 hari[36] dan memerintah bawahannya untuk memimpin detasemen terpisah untuk mencegat dan memblokir bala bantuan Meng Da dalam bentuk pasukan Shu dan Wu yang baru saja tiba di Anqiao (安橋) dan Benteng Mulan (木闌塞) di Xicheng (西城).[40] Meng Da terkejut, karena tidak menyangka Sima Yi akan muncul begitu cepat di Shangyong Commandery. Meng Da dikelilingi oleh sungai di tiga sisi sehingga ia mendirikan penghalang kayu untuk mempertahankan dirinya. Pasukan Sima Yi menyeberangi sungai, menghancurkan penghalang, dan tiba tepat di luar Shangyong. Sima Yi membagi pasukannya dan menyerang kota dari delapan arah selama lebih dari dua minggu. Pada hari keenam belas, keponakan Meng Da, Deng Xian (鄧賢) dan bawahan Li Fu (李輔) membuka gerbang kota dan menyerah kepada Sima Yi. Meng Da ditangkap dan dieksekusi,[36] dan kepalanya dikirim ke ibu kota Luoyang; lebih dari 10.000 tawanan ditangkap dan Sima Yi kembali ke Wan dengan kemenangan.[41] Pertempuran Dataran WuzhangPada saat Pertempuran Wuzhang, Sima Yi berulang kali diajak bertempur Zhuge Liang. Sima Yi yang sebelumnya tidak mengetahui bahwa Zhuge Liang mati segera mundur, setelah sebelumnya dikepung oleh Shu dan dikira siasat agar ia mau bertempur. Menyerang LiaodongPada 236, Sima Yi berburu dan menangkap seekor rusa putih, sebuah binatang yang dipercaya memiliki aura keberuntungan, dan mempersembahkannya kepada Cao Rui yang berkata, "Saat Zhou Gong membantu Raja Cheng dalam memerintah, ia mempersembahkan burung pegar putih kepada raja. Sekarang kamu mempersembahkan seekor rusa putih ke saya, bukankah ini tanda kesetiaan, kerja sama, stabilitas lama dan perdamaian?".[42] Kemudian Cao Rui meminta Sima Yi untuk merekomendasi orang yang bijak dan mampu kepadanya, Sima Yi merekomendasi Wang Chang.[43] Gongsun Yuan, seorang panglima perang di Liaodong yang secara nominal bertekuk lutut kepada Cao Wei tiba-tiba memberontak dan mendirikan Yan, mengalahkan Guanqiu Jian di sebuah pertempuran.[43] Pada 238, Cao Rui memanggil Sima Yi untuk membahas mengenai Gongsun Yuan dan bertanya bagaimana Gongsun Yuan akan merespon, Sima Yi menjawab ia bisa kabur, melawan, atau mempertahankan ibukotanya; Pilihan terakhir adalah pilihan terburuk, dan kemungkinan besar akan digunakan melawan Sima Yi setelah beberapa perlawanan awal. Ketika kaisar bertanya berapa lama waktu yang dibutuhkan, Sima Yi berkata bahwa ia membutuhkan waktu satu tahun untuk memimpin pasukan ke Liaodong, untuk menekan pemberontakan, dan kemudian kembali dan beristirahat.[44] Pemerintah Wei telah merekrut banyak orang untuk menjadi tentara atau pekerja kasar untuk mengerjakan proyek pembangunan dan renovasi istana Cao Rui. Sima Yi merasa hal itu akan menambah beban rakyat dan membuat mereka membenci pemerintah Wei, jadi dia menyarankan Cao Rui untuk menghentikan proyek dan fokus pada masalah yang lebih mendesak.[45] Sima Yi kemudian diberi titah untuk menyerang Liaodong dan Niu Jin dan Hu Zun (胡遵) ditunjuk sebagai bawahannya. Mereka berangkat dengan 40,000 tentara dari Luoyang untuk menyerang Liaodong.[46] Cao Rui mengirimnya pergi dari Gerbang Ximing (西明門) dimana ia memerintah adiknya Sima Fu dan putra sulungnya Sima Shi beserta pejabat penting lainnya untuk hadir dalam acara tersebut.[47] Saat perayaan yang meriah tersebut, dimana Sima Yi dikelilingi oleh rekan lama dan teman dekat, ia mulai mendesah, merasa emosional dan tidak puas. Sima Yi kemudian memimpin pasukan, kemudian diperkuat dengan pasukan Guanqiu Jian di Provinsi You,[48] termasuk satuan pembantu dari Xianbei yang dipimpin oleh Mohuba (莫護跋), kakek moyang klan Murong.[49] Pasukan Wei mencapai Liaodong pada Juni 238[43] dan seperti yang diantisipasi oleh Sima Yi, Gongsun Yuan mengirimkan Jenderal Agung Bei Yan (卑衍) dan Yang Zuo (楊祚) untuk melawannya. Mereka mendirikan benteng mereka di Sungai Liao dan menunggu Sima Yi. Para jenderal ingin berperang namun Sima Yi berkata menyerang musuh secara langsung akan membuat mereka capek dan menghabiskan sumber daya yang penting; karena sebagian besar pasukan Yan berada di Sungai Liao, markas Gongsun Yuan di Xiangping, ibukota Liaodong,[50] secara komparatif kosong dan pasukan Wei akan dengan leluasa menguasai kota tersebut.[51] Sima Yi memutuskan untuk menerjunkan Hu Zun dengan sebuah kontingen menuju ke selatan dengan bendera dan genderang perang untuk memberi tanda bahwa ia akan menyerang dengan jumlah pasukan yang besar.[43] Taktik ini berhasil menipu Bei Yan dan pasukannya yang kemudian mengejar Hu Zun sementara Hu Zun telah mengarungi sungai dan bertempur di garis pertahanan Bei Yan.[52] Sima Yi secara rahasia mengarungi sungai dari utara, membakar perahu, membangun barikade panjang sepanjang sungai dan bergerak ke Xiangping.[43] Ketika jenderal musuh menyadari bahwa mereka telah ditipu oleh musuh, mereka langsung ke utara dan mengejar Sima Yi seperti yang telah ia antisipasi,[53] mereka mengejarnya di Gunung Shou (首山, sebuah gunung di sebelah barat Xiangping), dimana Bei Yan diberi perintah untuk melawan Sima Yi namun dikalahkan.[54] Sima Yi kemudian bergerak ke Xiangping tanpa perlawanan dan mulai mengepung kota.[55] Bulan Juli membawa musim hujan, yang setahun sebelumnya telah menghambat kampanye Guanqiu Jian. Hujan deras turun selama lebih dari sebulan sehingga kapal-kapal pun dapat berlayar di sepanjang Sungai Liao yang banjir dari muaranya di Teluk Liaodong hingga ke tembok Xiangping. Meskipun air setinggi beberapa kaki di tanah datar, Sima Yi bertekad untuk mempertahankan pengepungan tanpa menghiraukan teriakan para perwiranya, yang mengusulkan untuk pindah kamp. Sima Yi mengancam akan mengeksekusi mereka yang mendukung gagasan itu, seperti perwira Zhang Jing, yang melanggar perintah tersebut. Para perwira lainnya kemudian terdiam.[43] Karena banjir, pengepungan Xiangping tidak berjalan lancar dan musuh menggunakan banjir tersebut sebagai sebuah kesempatan untuk mencari makan dan merumput ternak mereka. Sima Yi melarang jenderalnya untuk menjarah wilayah musuh dan ketika ia dipertanyakan oleh seorang bawahan atas perintah tersebut, ia menjawab: "Jumlah besar Meng Da sangat kecil, namun ia memiliki pasokan makanan dan persediaan untuk setahun. Jenderal dan pasukan saya lebih besar empat kali lipat dibandingkan Da, namun dengan persediaan tidak cukup untuk sebulan. Menggunakan sebulan untuk merencanakan setahun, gimana caranya saya tidak bisa cepat? Menggunakan empat orang untuk menyerang satu orang, jika itu hanya membuat separuhnya tersingkir, saya akan tetap melakukannya. Dalam kasus ini, saya tidak mempertimbangkan perhitungan kematian dan cedera, saya bersaing dengan perbekalan. Sekarang, para pemberontak banyak jumlahnya dan kita sedikit; para pemberontak lapar dan kita kenyang. Dengan banjir dan hujan seperti ini, kita tidak dapat mengerahkan tenaga kita. Bahkan jika kita merebutnya, apa gunanya? Sejak saya meninggalkan ibu kota, saya tidak khawatir tentang para pemberontak yang menyerang kita, tetapi takut mereka akan melarikan diri. Sekarang, para pemberontak hampir mencapai titik terlemah mereka dalam hal perbekalan, dan pengepungan kita terhadap mereka belum selesai. Dengan menjarah ternak dan kuda mereka atau menangkap para pengumpul bahan bakar mereka, kita hanya akan memaksa mereka untuk melarikan diri. Perang adalah seni penipuan; kita harus pandai menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah. Mengandalkan keunggulan jumlah mereka dan dibantu oleh hujan, para pemberontak, yang lapar dan tertekan seperti mereka, tidak mau menyerah. Kita harus menunjukkan ketidakmampuan untuk membuat mereka tenang; membuat mereka khawatir dengan mengambil keuntungan kecil bukanlah rencananya sama sekali."[56] Pemerintahan Wei di Luoyang juga sempat meminta Cao Rui untuk menarik Sima Yi mundur namun Cao Rui yang memahami bakat Sima Yi menolak permintaan untuk memanggil kembali Sima Yi.[57] Saat yang sama, raja Goguryeo mengirimkan seorang bangsawan (大加; taeka), dan pencatat rekor (jubu) dari pemerintahan Goguryeo dengan serdadu pasukan untuk membantu Sima Yi.[58] Pada 3 September, sebuah komet melintasi langit Xiangping dan Gongsun Yuan mengamatinya sebagai pertanda buruk. Ketakutan, Gongsun Yuan mengirimkan kanselirnya Wang Jian (王建) dan penasihat kekaisaran Liu Fu (柳甫) untuk merunding syarat menyerah. Namun Sima Yi yang mengetahui sejarah pembelotan Gongsun Yuan membunuh kedua utusannya dan menulis kepada Gongsun Yuan: "Pada masa kuno, negara Chu dan Zheng adalah dua negara yang sejajar derajatnya, Earl Zheng namun bertemu dengan Pangeran Chu dengan telanjang dada dan menuntun seekor domba. Saya adalah menteri adipati agung dari Sang Putra Langit, namun Wang Jian dan pengikutnya ingin aku menghentikan pengepungan dan menarik mundur pasukanku. Apakah ini pantas? Kedua orang ini adalah orang-orang pikun yang pasti gagal menyampaikan maksudmu; aku telah membunuh mereka (atas namamu). Jika kau masih memiliki sesuatu untuk dikatakan, kirimkanlah seorang pria muda yang cerdas dan cermat."[59] Saat Gongsun Yuan mengirimkan Wei Yan (衛演) dalam rangka melanjutkan perundingan, kali ini dengan permintaan untuk mengirim sandera ke pemerintahan Wei, Sima Yi mengusirnya dan menyatakan perundingan itu hanya membuang waktu: "Di urusan militer, ada lima hal penting. Jika bisa melawan, maka kamu harus melawan. Jika tidak bisa melawan, kamu harus bertahan. Jika tidak bisa bertahan, kamu harus lari. Sisa dua hal tersebut berkaitan dengan menyerah atau mati. Sekarang karena kamu tidak berniat untuk menyerah, maka kamu telah memilih untuk mati; tidak perlu kirim sandera."[60] Saran Sima Yi sebelumnya untuk melanjutkan perundingan hanyalah tindakan kedengkian dan memberi harapan palsu kepada Gongsun Yuan sambil memperpanjang pengepungan dan memberikan tekanan lebih lanjut pada pasokan di dalam kota.[61] Ditunjuk sebagai waliSelepas menguasai Xiangping, Sima Yi bermimpi bahwa ia berada di hadapan Cao Rui yang memintanya untuk menatap mukanya, namun penampilan Cao Rui menjadi lain dan membuat Sima Yi menduga ada yang salah.[62] Kemudian saat Sima Yi berada di Ji (sekarang Xinxiang, Henan), Cao Rui mengeluarkan dekret memintanya pulang ke Luoyang melalui jalur yang lebih cepat melalui wilayah Guanzhong. Saat ia sampai di Baiwu (白屋) ia menerima lima perintah dalam waktu tiga hari.[3] Merasakan urgensi situasi, Sima Yi menaikki sebuah zhuifengche dan melakukan perjalanan semalam melintasi wilayah Baiwu sejauh lebih dari 400 li, berhenti hanya sekali untuk beristirahat sebentar, dan tiba di Luoyang keesokan harinya. Setibanya di sana, Sima Yi dibawa ke kamar tidur Aula Jiaf u (嘉福殿) di istana kekaisaran untuk menemui Cao Rui dan melihat kaisar dalam keadaan sakit kritis. Dengan air mata yang berlinang, Sima Yi bertanya kabar kaisar. Cao Rui kemudian memegang tangan Sima Yi dan berkata: "Saya memiliki urusan yang akan saya serahkan ke kamu. Sekarang saya bertemu denganmu satu kali lagi sebelum saya meninggal, saya tidak punya lagi penyesalan." Cao Rui kemudian memanggil Cao Xun, Pangeran Qin dan Cao Fang, Pangeran Qi masuk dan kemudian menunjuk Cao Fang dan berkata kepada Sima Yi, "Inilah dia. Lihatlah dia dengan cermat dan jangan melakukan kesalahan apapun". Cao Rui kemudian memerintah Cao Fang untuk memeluk Sima Yi layaknya seperti ayahnya sendiri.[63] Sima Yi menekuk kepalanya sampai memukul tanah dan mulai menangis.[3] Sima Yi kemudian ditunjuk sebagai wali penguasa mendampingi Cao Shuang yang sudah ditunjuk pada awalnya.[64] Sebelum mangkat, Cao Rui awalnya ingin mengucilkan Sima Yi dan meminta Cao Yu, Cao Shuang, Xiahou Xian (夏侯獻), Cao Zhao dan Qin Lang sebagai wali. Dua orang pembantu dekatnya, Liu Fang (劉放) dan Sun Zi (孫資), yang tidak memiliki hubungan baik dengan Xiahou Xian dan Cao Zhao, membujuk Cao Rui untuk mengecualikan kedua orang tersebut, dan Qin Lang dan Cao Yu, sehingga mengangkat Cao Shuang dan Sima Yi sebagai wali penguasa.[65] Masa Cao FangPada awal 239, saat Cao Fang menjadi kaisar, pemerintah Wei mengangkat Sima Yi sebagai Pelayan Istana (侍中) dan Manajer Urusan Sekretariat Kekaisaran (錄尚書事), memberinya wewenang kekaisaran, dan memerintahkannya untuk mengawasi urusan militer di dalam dan luar Luoyang. Ia bersama Cao Shuang masing-masing diberi komando 3,000 tentara dan diangkat menjadi wali penguasa bagi Cao Fang yang masih dibawah umur. Karena Cao Shuang ingin para Master Penulisan (atau Sekretariat Kekaisaran) melapor kepadanya terlebih dahulu, ia mengusulkan kepada istana kekaisaran untuk menugaskan kembali Sima Yi menjadi Marsekal Agung (大司馬). Walaupun biasanya pengangkatan ini dianggap sebagai anugerah karena posisi tersebut ada di Sangong, seluruh Marsekal Agung Wei meninggal saat menjabat jadi pemerintah Wei merasa Sima Yi lebih bagus menjadi Guru Agung (太傅). Sima Yi juga diberi anugerah tambahan yang mirip seperti apa yang Liu Bang berikan kepada Xiao He pada masa awal Dinasti Han Barat dan Kaisar Xian dari Han kepada Cao Cao pada masa akhir Dinasti Han Timur; Dia tidak harus berjalan cepat saat memasuki istana kekaisaran, tidak harus dipanggil namanya saat masuk, dan diperbolehkan memakai sepatu dan memegang pedang di dalam istana. Putra sulungnya Sima Shi diangkat sebagai Prajurit Berkuda Reguler (散騎常侍) sementara tiga kerabatnya dilantik sebagai marquise dan empat lainnya diangkat sebagai Komandan Kavaleri (騎都尉). Sima Yi memerintahkan kerabatnya untuk menolak penghormatan dan pengangkatan tersebut.[66] Sima Yi diangkat sebagai Perdana Menteri Wei yang terbaik dan diberi mahkota berbentuk Limas Segitiga berwarna biru tua yang terbuat dari batu safir dan ditengahnya terdapat batu permata berwarna biru tua yang sangat indah. Melawan Cao ShuangPada awal masa jabatan Cao Shuang dan Sima Yi sebagai wali penguasa, yang pertama berusaha untuk mengkonsolidasikan pengaruh politiknya sementara hanya memberi penghormatan singkat kepada Sima Yi berdasarkan status dan senioritasnya. Cao Shuang menempatkan saudara-saudaranya sebagai panglima militer, mempromosikan para pembantu dekatnya ke posisi yang lebih tinggi di istana kekaisaran, dan membuat perubahan pada struktur politik untuk menguntungkan dirinya dan kelompoknya. Dia juga membungkam mereka yang menentangnya, rekan-rekannya, dan kepentingan bersama mereka.[3] Selama rangkaian peristiwa ini, Cao Shuang mengangkat Sima Yi ke posisi Guru Besar dengan kedok promosi; meskipun posisi tersebut terhormat, posisi tersebut hampir tidak memiliki otoritas nyata dan mencopot Sima Yi dari posisi Manajer Urusan Sekretariat Kekaisaran, sebagai gantinya memberikan otoritas atas Sekretariat kepada Cao Shuang. Namun, melalui pengangkatan beberapa ajudan Sima Yi ke posisi tertentu, Sima Yi secara efektif mempertahankan sebagian besar pengaruh politiknya dan upaya Cao Shuang untuk memperkuat cengkeramannya di panggung politik agak berkurang. Misalnya, Deng Ai yang Sima Yi sendiri mengagumi bakatnya dan menjadikannya sebagai muridnya dipekerjakan ke kantornya akhirnya diangkat ke posisi Prefek Sekretariat Kekaisaran (尚書郎) pada tahun 241,[3][67] memberi Deng Ai pangkat Prefek Master Penulisan, yang memungkinkan Sima Yi untuk tetap mengawasi dekrit dan peringatan. Setelah kematian Man Chong pada 242, salah satu kolega lama Sima Yi Jiang Ji diangkat sebagai Marsekal Agung.[3][68] Pada 244, Deng Yang dan Li Sheng menyarankan Cao Shuang untuk melancarkan serangan militer ke Shu Han untuk meningkatkan pamornya di pemerintahan. Namun, Sima Yi melawan usulan tersebut tetapi Cao Shuang tetap melancarkan kampanye militer di Shu. Pada April 244, Cao Shuang kalah melawan pasukan Shu pimpinan Fei Yi di Pertempuran Xingshi.[69] Sima Yi memberikan surat kepada rekan Cao Shuang sekaligus paman Cao Shuang Xiahou Xuan menegur tindakan sembrono kelompoknya karena dapat menyebabkan kehancuran, merujuk pada preseden historis dengan menyatakan Cao Cao hampir mengalami kekalahan total dalam perang melawan Liu Bei untuk Hanzhong. Surat itu juga mengatakan pasukan Shu sudah menduduki Gunung Xingshi (興勢山; utara Kabupaten Yang, Shaanxi), dan jika kelompok Cao Shuang gagal menguasai daerah tersebut, rute mundur mereka dapat diputus dan pasukan mereka dapat dihancurkan. Xiahou Xuan kemudian menjadi cemas dan menyarankan Cao Shuang untuk memimpin kembali pasukannya, yang akhirnya dia lakukan pada bulan Juni atau Juli tahun yang sama, mengalami kerugian lebih lanjut selama mundurnya.[3] Pada bulan September 245, Cao Shuang ingin mengubah struktur militer sehingga ia dapat menempatkan saudara-saudaranya Cao Xi (曹羲) dan Cao Xun (曹訓) sebagai komandan pasukan. Sima Yi menentang perubahan ini tetapi Cao Shuang mengabaikannya dan terus maju.[70] Pada Januari 246, Cao Fang memperbolehkan Sima Yi untuk datang ke istana dengan sejenis kereta yang secara tradisi hanya boleh dipakai oleh kaisar.[71] Pada bulan Februari 246, ketika pasukan Wu menyerang Zhazhong, lebih dari 10.000 rumah tangga yang tinggal di sana mengungsi ke utara menyeberangi Sungai Mian (沔水, nama historis untuk Sungai Han). Ketika berita tentang invasi Wu sampai ke istana kekaisaran Wei, Sima Yi berpendapat bahwa mereka harus membiarkan warga sipil tetap berada di sisi utara sungai karena sisi selatan dekat dengan wilayah musuh dan karenanya terlalu berbahaya bagi mereka. Namun, Cao Shuang berkata: "Tidak ada kepentingan jangka panjang bagi kita untuk membiarkan warga sipil tetap di sini dan menyerah dalam upaya mengamankan bagian selatan Sungai Mian". Sima Yi tidak setuju: "Tidak. Dalam setiap kasus, tempat yang aman adalah aman, dan tempat yang berbahaya adalah berbahaya. Oleh karena itu, buku petunjuk militer menyatakan: 'Kemenangan dan kekalahan adalah manifestasi; keselamatan dan bahaya adalah energi.' Manifestasi energi, dari kaisar ke bawah, ini memengaruhi semua orang. Kita tidak bisa tidak peduli tentang hal itu. Misalkan musuh mengirim 20.000 pasukan untuk memotong jalur menyeberangi Sungai Mian, mengirim 30.000 pasukan lagi untuk melawan pasukan kita di selatan Mian, dan mengirim 10.000 pasukan lagi untuk menduduki Zhazhong. Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan warga sipil itu?" Cao Shuang menolak dan memerintahkan para pengungsi untuk kembali ke sisi selatan Sungai Mian. Seperti yang diramalkan Sima Yi, pasukan Wu menduduki Zhazhong, menangkap warga sipil, dan memindahkan mereka ke wilayah Wu.[72] Pangeran Qinghe dan Pingyuan yang dekat dengan Cao Shuang berdebat dengan Sun Li atas sengketa tanah selama delapan tahun terakhir, setelah berkonsultasi dengan Sima Yi, dengan alasan bahwa peta dari arsip istana yang dibuat pada masa pemerintahan pangeran terakhir harus digunakan. Peta ini akan menguntungkan klaim Pingyuan tetapi Cao Shuang lebih menyukai gugatan Pangeran Qinghe dan menolak banding tersebut. Sun Li mengirim peringatan dengan nada yang tegas dan Cao Shuang, dengan marah, mengusirnya dari jabatannya selama lima tahun. Ia akhirnya diangkat kembali sebagai gubernur Provinsi Bing, dan mengunjungi Sima Yi sebelum berpamitan. Sima Yi melihat ada yang salah dengan Sun Li dan dia bertanya apakah menurutnya itu hal kecil untuk diangkat menjadi gubernur Provinsi Bing, atau apakah dia malah merasa menyesal karena telah melibatkan dirinya dalam seluruh urusan ini. Sun Li didepan Sima Yi berkata, "Tuanku, bagaimana Tuan bisa berkata begitu? Meskipun saya bukan seseorang yang budi luhur, mengapa saya harus peduli dengan urusan dan dendam lama? Saya pikir tuanku dapat mengikuti contoh Yi Yin dan Lu Wang, dan membantu Dinasti Wei dengan baik, sehingga dapat membayar kembali kepercayaan Kaisar Ming (mengacu pada Cao Rui) dan membangun jasa abadi Anda sendiri. Sekarang negara ini sangat tidak stabil dan dunia masih kacau. Inilah alasan sebenarnya mengapa saya tidak bahagia sekarang!". Sun Li kemudian menangis tersedu-sedu dihadapan Sima Yi yang kemudian menenangkannya, "Janganlah menangis. Untuk sementara waktu ini bertahanlah."[4] Pada bulan April atau Mei 248, Zhang Dang (張當), seorang kasim istana, secara ilegal memindahkan sebelas wanita dari harem kekaisaran dan mempersembahkan mereka kepada Cao Shuang untuk dijadikan selirnya. Cao Shuang dan para pembantu dekatnya mengira Sima Yi sakit parah dan tidak dapat berbuat apa-apa lagi, jadi mereka bersekongkol dengan Zhang Dang untuk menggulingkan kaisar Cao Fang dan mengangkat Cao Shuang ke atas takhta. Namun, mereka tetap waspada terhadap Sima Yi dan tidak menurunkan kewaspadaan mereka terhadapnya.[73] Pada akhir 248, Sima Yi, Sima Shi dan kemungkinan juga Sima Zhao mulai berencana untuk menggulingkan Cao Shuang.[4][d] Bertemu Li ShengLi Sheng, salah satu pendukung Cao Shuang baru saja ditugaskan sebagai Inspektur Provinsi Jing. Cao Shuang secara rahasia memerintahnya untuk menemui Sima Yi untuk memeriksa keadaannya apakah ia beneran sakit seperti yang dikatakan Sima Yi sendiri. Jadi Li Sheng menjenguk Sima Yi sebelum pergi ke Provinsi Jing. Sima Yi mengetahui bahwa Li Sheng bukan datang menjenguknya jadi ia berpura-pura sakit parah di hadapan Li Sheng.[74] Li mengamati bahwa Sima Yi tidak bisa bergerak atau memakai pakaiannya tanpa bantuan pelayan dan bahkan tidak bisa memakan bubur tanpa mengotori pakaiannya. Ia kemudian berkata kepada Sima Yi, "Semuanya mengira penyakitmu masih ringan; namun, siapa yang sangka kamu bisa sakit seperti ini?" Sima Yi kemudian pura-pura batuk dan membalas, "Saya sudah tua dan sakit dan mungkin saya akan meninggal. Saat kamu pergi ke Provinsi Bing, kamu harus hati-hati karena tempat itu dekat wilayah barbar. Kita mungkin tidak akan bertemu lagi, jadi saya harap kamu bisa menjaga Shi dan Zhao." Li Sheng kemudian berkata, "Saya akan pulang ke provinsi kampung saya, bukan Provinsi Bing." Sima Yi berpura-pura salah dengar, "Bukankah kamu akan ke Provinsi Bing?", Li Sheng kembali menjawab, "Kampung saya berada di Provinsi Jing". Sima Yi kemudian berkata, "Saya sangat tua dan lemah, bahkan saya tidak dapat mendengarkan ucapanmu. Jadi sekarang kamu pulang ke provinsimu, sudah saatnya kamu melakukan pencapaian yang hebat!" Li Sheng kembali melapor kepada Cao Shuang dan berkata, "Sima Yi akan segera meninggal dan pikirannya sudah tidak waras. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan." Kemudian ia berkata, "Sangat sedih bahwa Guru Agung tidak lagi dalam keadaan sehat untuk mengabdi." Cao Shuang kemudian menurunkan siaga melawan Sima Yi.[75] Saat yang sama, Sima Yi dan Sima Shi secara diam-diam menyiapkan kudeta dan Sima Shi bahkan mengerahkan 3,000 tentara dalam upaya tersebut.[76] Kudeta melawan Cao ShuangMenurut Kitab Jin pada malam 4 Februari, hari sebelum hari kudeta, Sima Yi mengirimkan mata-mata untuk mengawasi keadaan kedua anaknya. Pada masa awal hari esoknya, mata-mata melaporkan kembali ke Sima Yi bahwa Sima Shi ke tempat tidur seperti biasa dan tidur pulas sementara Sima Zhao yang diberitahu tentang rencana kudeta tersebut secara mendadak pada sore semalam berguling-guling di tempat tidurnya.[77] Pada 5 Februari 249,[78] Cao Shuang, saudaranya dan rekan-rekan terdekat menemani Kaisar Cao Fang berziarah menuju ke Makam Gaoping (高平陵) untuk memberi hormat kepada ayah angkat dan kaisar sebelumnya, Cao Rui. Pada hari itu, Sima Yi mengambil kesempatan untuk melakukan kudeta melawan koleganya. Sima Yi pergi ke Istana Yongning untuk bertemu dengan Janda Permaisuri Guo dan memohonnya untuk mencopot Cao Shuang dari kekuasaan serta memerintah Sima Shi berserta 3,000 pasukan berkumpul di Gerbang Sima di istana dan pergi menuju ke gudang senjata. Sima Yi kemudian memuji Sima Shi: "Putra ini memang bekerja keras!". Melewati gerbang rumah besar Cao Shuang, Yan Shi, seorang perwira di bawah tenda Cao Shuang, naik ke atas dan mengarahkan panah ke Sima Yi. Namun, Sun Qian, seorang pengikut Cao Shuang, menarik siku Yan Shi untuk menghentikannya dan berkata, "Dunia ini tidak dapat diprediksi!" Akibatnya, Yan Shi tidak dapat menyerang. Proses ini terjadi tiga kali.[79] Setelah Sima Yi mengambil alih kendali gudang senjata, dia menutup gerbang Luoyang atas perintah Janda Permaisuri Guo dan memimpin pasukannya untuk menduduki Jembatan Luoshui. Kemudian dia menunjuk Menteri Dalam Negeri (司徒) Gao Rou sebagai jenderal sementara untuk mengambil alih kekuasaan militer Cao Shuang sebagai pejabat Panglima Tertinggi (大將軍); dan menunjuk Huan Fan sebagai panglima tertinggi, namun Huan Fan menolak setelah dibujuk oleh putranya.[80] Sebagai gantinya, Wang Guan ditunjuk sebagai panglima tertinggi untuk mengambil alih pasukan Cao Xi.[81] Menteri Keuangan (大司農) Huan Fan kabur dari Luoyang menuju ke perkemahan Cao Shuang di makam Gaoping. Saat Jiang Ji, sang Marsekal Agung (太尉), berkata kepada Sima Yi bahwa "kantong bijak" (sebuah julukan bagi Huan Fan) telah hilang, Sima Yi berkata bahwa mereka tidak perlu khawatir karena Cao Shuang tidak akan mendengarkan Huan Fan.[82] Setelah mengangkat Gao Rou sebagai pejabat Panglima Tertinggi, Sima Yi berkata kepadanya, "kamu sekarang akan menjadi Zhou Bo". Sima Yi bersama dengan Marsekal Agung Jiang Ji dan lainnya memimpin pasukan keluar dari Luoyang dan menduduki Jembatan Luoshui. Ia kemudian mengutus seseorang untuk melapor kepada Kaisar Cao Fang, dengan menyatakan bahwa ia mengikuti perintah Janda Permaisuri untuk memecat Cao Shuang dan saudara-saudaranya, mendaftarkan dosa-dosanya (seperti menyingkari pekerjaannya sebagai wali penguasa, korupsi, dan ingin makar).[83] Dekrit kekaisaran pertama kali disampaikan kepada Cao Shuang, yang begitu panik sehingga tidak tahu harus berbuat apa dan tidak berani memberikannya kepada Cao Fang. Ia meninggalkan keretanya di selatan Sungai Yi, memotong kayu untuk membuat tanduk rusa, dan menempatkan ribuan tentara untuk membela diri. Sima Yi memberi tahu Sima Fu bahwa kaisar tidak bisa tidur di luar ruangan, jadi ia mengirimkan tenda dan makanan kekaisaran ke kediaman sementara. Saat yang sama, Huan Fan mengusul agar Cao Shuang membawa kaisar ke Xuchang, mengecam Sima Yi sebagai pengkhianat bangsa, dan menyerukan seluruh elemen militer Wei untuk menyerang Sima Yi. Cao Shuang ragu-ragu, dan Huan Fan mencoba membujuk Cao Xi lagi, tetapi Cao Xi tidak mendengarkan. Akhirnya, Cao Shuang tidak mendengarkan saran tersebut dan pada malam hari, Huan Fan mengirimkan Xu Yun (許允) dan Chen Tai untuk menemui Sima Yi. Sima Yi menjelaskan kepada mereka bahwa ia hanya ingin Cao Shuang mundur. Sima Yi berturut-turut mengirim Xu Yun, Chen Tai, Yin Damu (尹大目), orang kepercayaan Cao Shuang, dan yang lainnya untuk membujuk Cao Shuang agar menyerah, dan berjanji bahwa selama Cao Shuang menghentikan pasukannya dan menyerahkan kekuatan militernya, dia masih dapat mempertahankan gelarnya.[84] Cao Shuang ragu-ragu semalaman, dan akhirnya berpikir bahwa meskipun menyerah berarti kehilangan kekuasaan, ia masih bisa menikmati kekayaan dan kemuliaan sebagai seorang bangsawan. Jadi ia menyerah, meminta kaisar untuk memecatnya, dan mengakui kesalahannya kepada Sima Yi. Setelah diberhentikan dari jabatannya, Cao Shuang dan saudaranya kembali ke kediaman mereka dan diawasi oleh Sima Yi.[85] Saat Huan Fan mencoba menghentikan Cao Shuang dari menyetujui kesepakatan ini, Cao Shuang berkata "Sima Yi hanya ingin melucuti kekuatan saya. Saya masih bisa pulang sebagai seorang marquis dan hidup kaya." Huan Fan menegur Cao Shuang, "Cao Zhen merupakan orang baik, tetapi ia memiliki kamu dan adikmu sebagai anaknya, babi dan anak sapi kecil seperti kalian! Aku tidak pernah menyangka akan terlibat denganmu dan membuat keluargaku hancur."[4] Pada 9 Februari 249,[86] kasim istana Zhang Dang ditangkap karena secara ilegal menyelundupkan keluar seorang pelayan istana kepada Cao Shuang. Di bawah tekanan siksaan, Zhang Dang menyatakan bahwa Cao Shuang dan He Yan ingin makar pada bulan Maret, menyebabkan Cao Shuang dan pendukungnya ditangkap.[87] Atas tindakan makar, Cao Shuang, Zhang Dang, beserta He Yan, Ding Mi, Deng Yang, Bi Gui, dan Li Sheng dieksekusi mati bersama dengan keluarga dan kerabat. Jiang Ji telah mencoba memohon kepada Sima Yi agar mengampuni Cao Shuang karena jasa ayahnya, Cao Zhen, namun Sima Yi menolak.[88] Awalnya, saat Huan Fan melarikan diri keluar dari Luoyang untuk bergabung dengan Cao Shuang, ia bertemu dengan Si Fan (司蕃) yang menjaga Gerbang Changping. Karena Si Fan sebelumnya bekerja dibawah Huan Fan, ia percaya kepada Huan Fan dan memperbolehkannya lewat. Huan Fan kemudian berbalik arah setelah keluar dari Luoyang dan berkata kepada Si Fan, "Guru Agung (Sima Yi) berencana ingin melakukan makar, kamu harus ikut saya!". Si Fan mengikuti Huan Fan namun tidak bisa mengikuti Huan Fan maka ia berhenti dan berbalik arah. Setelah kudeta, Si Fan menyerahkan diri kepada Sima Yi dan menceritakan apa yang terjadi. Sima Yi kemudian bertanya, "Apa hukumannya untuk mereka yang salah menuding orang untuk makar?". Sebuah jawaban kemudian bergema, "Menurut hukum, mereka yang salah menuding orang untuk makar harus dihukum atas melakukan makar". Huan Fan dan keluarganya juga dibantai bersama Cao Shuang dan pendukungnya.[89] Sepupu Cao Shuang yang lebih muda, Cao Wenshu telah tewas dan keluarga dari istrinya yang janda, Xiahou Lingnü ingin menikahkannya lagi dengan orang lain, sebagai tanggapan, Xiahou Lingnü memotong telinganya dan kemudian hidungnya.[4] Keluarganya menegaskan bahwa klan Cao telah dimusnahkan, tetapi dia membalas dengan mengatakan: "Saya telah mendengar bahwa orang yang bermartabat tidak akan melepaskan prinsipnya karena perubahan nasib, dan orang yang saleh tidak akan mengubah pikirannya dengan tujuan untuk melestarikan atau menghancurkan. Sementara Cao berkembang, saya bertekad untuk menjaga kesucian saya. Sekarang setelah mereka menurun dan binasa, dapatkah saya tega melepaskan mereka? Bahkan hewan tidak bertindak seperti ini; bagaimana saya bisa?" Ketika Sima Yi mendengar hal ini, dia mengizinkannya untuk mengadopsi seorang putra sebagai pewaris klan Cao.[4] Pejabat dan wali penguasa Shu pada masa itu, Fei Yi, memberikan komentarnya sendiri mengenai kudeta tersebut:
Pada Maret 249, Cao Fang menunjuk Sima Yi sebagai kanselir agung (丞相), meningkatkan ukuran marquisate Sima Yi dan memberinya hak istimewa tambahan. Namun, Sima Yi menolak pengangkatan Kanselir Kekaisaran.[91] Pada Januari atau Februari 250, ketika Cao Fang memberinya sembilan anugerah, dia menolak untuk menerimanya lagi.[92] Pada bulan Februari atau Maret 250, Cao Fang membangun kuil leluhur untuk keluarga Sima di Luoyang, meningkatkan ukuran staf pribadi Sima Yi, mempromosikan beberapa staf pribadi Sima Yi, dan memberikan gelar bangsawan kepada putra-putra Sima Yi, Sima Rong (司馬肜) dan Sima Lun sebagai marquis desa.[93] Karena Sima Yi menderita sakit kronis, ia tidak dapat menghadiri sidang istana kekaisaran secara teratur sehingga Cao Fang sering mengunjunginya di kediamannya untuk berkonsultasi tentang masalah kebijakan.[94] Menumpas pemberontakan Wang LingPada 251, Marsekal Agung Wang Ling dan keponakannya Linghu Yu (令狐愚), Inspektur Provinsi Yan menjadi khawatir atas pengaruh Sima Yi terhadap kaisar Cao Fang, jadi mereka merencanakan untuk menggulingkan Cao Fang dengan Cao Biao, Pangeran Chu dan memindahkan ibukota ke Xuchang dan kemudian menggulingkan Sima Yi.[95] Namun, Linghu Yu meninggal pada Desember 249 atau Januari 250.[4] Pada bulan Februari 251, Wang Ling berbohong dengan menyatakan pasukan Wu sedang mendekati Sungai Tu (塗水) dan meminta pemerintah Wei memberinya pasukan untuk melawan penjajah atau mengatakan yang sebenarnya bahwa mereka menghalangi sungai, tetapi ingin menggunakan pasukan tersebut untuk tujuan jahatnya sendiri. Sima Yi curiga dengan niat Wang Ling sehingga ia menolak untuk menyetujui permintaan tersebut.[96] Pada tanggal 7 Juni 251, setelah menerima intelijen tentang rencana Wang Ling dari pejabat Yang Hong (楊弘) dan Huang Hua (黃華), Sima Yi segera memobilisasi pasukan untuk menyerang Wang Ling dan melakukan perjalanan menyusuri sungai sambil memberikan otoritas tambahan kepada Zhuge Dan dan memerintahkannya untuk memimpin pasukannya sendiri untuk menyerbu posisi Wang Ling.[97] Sima Yi memberikan pengampunan kepada Wang Ling dan mengirim seorang sekretaris untuk menyerukan penyerahan dirinya. Pasukan Sima Yi mencapai Gancheng (甘城) dalam beberapa hari dan maju hingga 100 chi dari markas Wang Ling untuk menekannya. Wang Ling tahu Sima Yi mengetahui rencananya untuk memberontak dan bahwa pasukannya sendiri terlalu lemah sehingga ia menyerah, mengirim bawahannya Wang Yu (王彧) untuk meminta maaf atas namanya, dan menyerahkan stempel resmi dan kapak seremonialnya kepada Sima Yi. Ketika pasukan Sima Yi mencapai Qiutou (丘頭), Wang Ling mengikat dirinya sendiri tetapi Sima Yi, bertindak atas perintah kekaisaran, mengirim seorang Panitera (主簿) untuk melepaskan Wang Ling, meyakinkannya akan keselamatannya, dan mengembalikan stempel resmi dan kapak seremonialnya kepadanya.[4] Wang Ling bertemu dengan Sima Yi di Wuqiu (武丘) dengan jarak lebih dari sepuluh zhang di antara mereka berdua. Wang Ling berkata kepada Sima Yi: "Jika aku bersalah, kau dapat memanggilku untuk menemuimu. Mengapa kau perlu datang ke sini?" Sima Yi menjawab: "Itu karena kau tidak menanggapi panggilan." Wang Ling berkata: "Kau telah mengecewakanku!" Sima Yi menjawab: "Lebih baik aku mengecewakanmu daripada mengecewakan negara."[4] Wang Ling kemudian dikawal sebagai tahanan kembali ke Luoyang. Untuk mengetahui niat sebenarnya Sima Yi, Wang Ling bertanya apakah dia bisa menerima paku untuk peti matinya. Sima Yi meminta paku itu diberikan kepadanya. Dalam perjalanan ke Luoyang, ketika Wang Ling melewati sebuah kuil yang menghormati jenderal Wei, Jia Kui, dia berkata; "Jia Liangdao! Hanya para dewa yang tahu Wang Ling benar-benar setia kepada Wei." Wang Ling bunuh diri pada tanggal 15 Juni 251 dengan meminum racun di Kabupaten Xiang (項縣; sekitar Kabupaten Shenqiu saat ini, Henan). Sima Yi memerintahkan para konspirator Wang Ling untuk ditangkap dan dieksekusi bersama dengan keluarga mereka.[4] Cao Fang mengirim Wei Dan (韋誕) sebagai utusan untuk menemui Sima Yi di Wuchi (五池) dan memberi selamat kepadanya atas keberhasilannya dalam menekan pemberontakan Wang Ling. Ketika Sima Yi tiba di Gancheng, Cao Fang mengirim Yu Ni (庾嶷) sebagai utusan untuk mengangkat Sima Yi sebagai Kanselir Negara, dan mempromosikannya dari seorang marquis menjadi seorang adipati dengan gelar "Adipati Komando Anping". Salah satu cucu Sima Yi dan salah satu saudaranya juga dianugerahkan hak sebagai marquis. Pada saat itu, keluarga Sima memiliki 19 marquis dan 50.000 rumah tangga kena pajak di semua marquisat gabungan mereka. Sima Yi menolak pengangkatan Kanselir Negara dan menolak untuk menerima pemberian haknya sebagai seorang adipati.[98] Wang Ling memiliki seorang adik perempuan yang menikah dengan Guo Huai. Saat pemberontakan Wang Ling gagal, Pemerintahan Wei memerintah agar seluruh keluarganya dieksekusi. Saat sensor kekaisaran hendak ingin menangkap istrinya (karena istrinya adalah adik Wang Ling), banyak bawahan Guo Huai dan ribuan Qiang, Di dan Xiongnu meminta Guo Huai untuk memohon ampun kepada pemerintahan pusat, namun Guo Huai dengan berat hati menolak. Setelah istrinya ditangkap, banyak rakyat jelata berbaris untuk melihatnya sambil berlinang air mata, menarik tangannya, dan bahkan ingin menyerang pengawal. Kelima putra Guo Huai bertemu dengan ayahnya dan memohon-mohon sampai dahi mereka berdarah agar ayahnya dapat menyelamatkan ibunya. Guo Huai melunak setelah melihat kebaktian anaknya kepada ibu dan kemudian memerintah bawahannya untuk mengejar para pengawal. Mereka berhasil menemui pengawal itu dalam beberapa hari. Guo Huai kemudian menulis surat kepada wali penguasa Sima Yi: "Kelima putra saya siap mengorbankan diri demi ibunya. Jika ibunya tidak ada, maka mereka juga tidak ada. Tanpa kelima putra saya, saya juga tidak akan ada. Jika saya melanggar hukum karena memerintah bawahan saya untuk merebut istri saya dari pengawal, saya bersedia untuk menemui Kaisar dan bertanggung jawab atas tindakan saya!". Sima Yi kagum terhadap surat Guo Huai dan kemudian mengubah perintah, seluruh keluarga Wang Ling dihukum mati dengan pengecualian istri Guo Huai dan Sima Yi mengampuni istrinya.[99] Weilüe mengisahkan seorang pria bernama Yang Kang (楊康), mantan ajudan pribadi Linghu Yu yang membocorkan konspirasi Linghu Yu, yang ingin terlibat dalam pemberontakan pada tahun 249 atau 250. Sima Yi, saat bertugas di Shouchun, bertanya kepada Shan Gu (單固), mantan ajudan lainnya: "Apakah Linghu Yu merencanakan pemberontakan?" Shan Gu menyangkalnya tetapi Sima Yi meragukannya karena Yang Kang sebelumnya mengatakan Shan Gu juga terlibat dalam rencana tersebut. Shan Gu dan keluarganya ditangkap, dan dia disiksa dan diinterogasi. Shan Gu tetap teguh dalam penyangkalannya sehingga Sima Yi memanggil Yang Kang untuk membandingkan kesaksian mereka. Yang Kang tidak dapat membela retorikanya sendiri sehingga Shan Gu mulai mengumpat Yang Kang. Yang Kang mengira dia akan dibebaskan sebagai hadiah tetapi karena kesaksiannya sendiri tidak konsisten, dia dijatuhi hukuman mati bersama dengan Shan Gu, dan keduanya diseret keluar dan dieksekusi.[4] Saat itu juga, mayat Wang Ling dan Linghu Yu diseret keluar dari makam mereka dan mayat mereka diperlihatkan selama tiga hari di pasar terdekat.[4] Pada 251, Cao Biao dipaksa untuk membunuh diri. Sima Yi menyingkirkan pengaruh klan Cao dan Xiahou yang dipimpin oleh Cao Shuang di istana. Klan Cao menjadi semakin lemah, dan keluarga Sima berhasil merebut kekuasaan sebagai bupati dan secara bertahap mengendalikan pemerintahan, meletakkan dasar bagi Sima Yan untuk menggantikan Wei dan membangun Jin di masa depan. Lu Zhi, Xin Chang, Yang Zong, Wang Ji dan lainnya yang awalnya tergabung dalam partai Cao Shuang juga dipekerjakan oleh Sima Yi setelah ia berkuasa. Keluarga Cao dan Xiahou dipindahkan ke Ye dan ditempatkan dalam tahanan rumah.[100] Wafat dan penghargaan anumertaPada Juli 251 saat Sima Yi sedang sakit kronis, ia bermimpi bahwa arwah Jia Kui dan Wang Ling diberi hormat dan mimpi ini cukup menganggunya.[101] Sima Yi meninggal dunia di Luoyang pada usia 72 tahun. Kaisar Cao Fang menghadiri upacara pemakamannya dengan memakai baju berkabung, dan memerintah agar pemakaman Sima Yi dilakukan dengan penghormatan yang layak seperti dalam pemakaman Huo Guang pada masa Dinasti Han Barat. Ia secara anumerta juga menunjuk Sima Yi sebagai kanselir agung dan menaikkan derajatnya menjadi seorang adipati. Adiknya, Sima Fu menolak gelar adipati dan wenliangche (轀輬車) atas nama Sima Yi, beralasan bahwa Sima Yi juga akan menolak penghargaan tersebut jika ia masih hidup.[102] Sima Yi dimakamkan pada tanggal 19 Oktober 251 di Kabupaten Heyin (河陰縣; sebelah utara Kabupaten Mengjin, Henan saat ini). Cao Fang menganugerahinya gelar anumerta "Wenzhen" (文貞), yang kemudian diubah menjadi "Wenxuan" (文宣). Akan tetapi, sebelum kematiannya, Sima Yi telah mengatur agar ia dimakamkan di Gunung Shouyang (首陽山; di Yanshi, Luoyang, Henan) tanpa penanda seperti batu nisan atau pohon di sekitar makamnya, mengenakan pakaian biasa, dan tidak membawa barang-barang mewah. Ia juga menyatakan bahwa anggota keluarganya yang meninggal setelahnya tidak boleh dimakamkan bersamanya.[103] Setelah kematian Sima Yi, Sima Shi menggantikan ayahnya dan mewarisi otoritasnya[104] sampai ia meninggal pada 23 Maret 255,[105] dimana kemudian posisi tersebut diwarisi kepada Sima Zhao.[106] Sima Zhao berhasil menaklukkan Shu Han dan pada 2 Mei 264, Cao Huan memberi gelar "Raja Jin" kepada Sima Zhao,[107] dan Sima Zhao memberi gelar anumerta kepada Sima Yi sebagai "Raja Xuan dari Jin".[108] Sima Zhao meninggal pada 6 September 265[109] dan digantikan oleh cucunya Sima Yan.[110] Pada Februari 266, Sima Yan merebut kekuasaan dari Cao Huan dan mengakhiri Cao Wei, mendeklarasikan Dinasti Jin dengan dirinya sebagai kaisar. Ia kemudian berhasil menguasai Dong Wu pada 280 dan menyatukan Tiongkok kembali. Sebagai bentuk penghormatan kepada sang kakek, Sima Yan memberi gelar anumerta Kaisar Xuan dari Jin kepada almarhum Sima Yi dengan nama kuil "Gaozu" dan menamai kuburan kakeknya sebagai "Makam Gaoyuan" (高原陵).[111] Penilaian dan peninggalanSima Yi sendiri mendapatkan predikat kurang baik dalam pandangan masyarakat Tionghoa karena pengkhianatannya kepada dinasti Wei, dalam perumpamaan "3 Naga[e] bertarung, pemenangnya seekor serigala." Zhuge Liang berkata: "Saya pikir Wu tidak akan pernah menyerah. Anda sudah berusia enam puluh tahun, mengapa repot-repot berbohong seperti ini?" Akan tetapi, pernyataan ini pertama kali terlihat dalam Tongdian yang ditulis pada Dinasti Tang.[112] Cao Zhi pernah menggambarkan Sima Yi sebagai "seorang pria berkarakter luar biasa, dengan hati yang lurus. Keagungannya ditakuti dan pengaruhnya tak tertandingi. Di istana, ia mendukung adat istiadat pada masa itu dan semua pejabat mengikuti teladannya; ketika menghadapi berbagai masalah, ia pemberani dan tegas, serta tidak takut pada kesulitan. Ia adalah Sima sang Kavaleri." Pada tahun 238 saat Gongsun Yuan mendengar kabar bahwa pasukan Cao Wei pimpinan Sima Yi hendak akan berperang melawannya di Liaodong, ia mengirim utusan ke Dong Wu untuk meminta bala bantuan. Sun Quan akhirnya menerima permintaan tersebut dan menulis kepada Gongsun Yuan: "Sima Yi sangat cakap di seni militer. Ia menggunakan siasat perang bagaikan seorang dewa. Ia mengalahkan semua yang mencoba menghadangnya. Saya prihatin terhadap kamu, saudaraku".[113] Kaisar Ming dari Jin (m. 323–325), seorang keturunan Sima Yi pernah meminta petugas istana bernama Wang Dao untuk bercerita kepadanya bagaimana Dinasti Jin terbentuk. Wang Dao menceritakan apa yang dilakukan Sima Yi untuk melangengkan kekuasaan kepada keluarganya dan kudeta Cao Mao terhadap Sima Zhao yang berakhir gagal. Setelah mendengarkan cerita Wang Dao, Kaisar Ming berhela nafas dengan kesal menyatakan "Kalau memang apa yang kamu katakan benar, bagaimana Jin (Dinasti) berekspektasi bisa berlangsung lama?".[114] Setelah runtuhnya Dinasti Jin Barat pada 316, kepercayaan tersebut mulai bergeser perlahan dari idealisme populer bahwa Wei adalah penerus sah Dinasti Han, menuju pandangan bahwa Shu mungkin memiliki legitimasi lebih besar. Sebelum 316, Sima Yi dianggap sebagai sosok yang bijak dan secara praktek diagungkan; setelah 316, ia dipandang lebih kritis sampai ke zaman modern. Sebuah komentar diberikan oleh Kaisar Taizong dari Tang di Kitab Jin terhadap Sima Yi:
Du Mu menilai bahwa Sima Yi membuat rencana berdasarkan zaman kuno dan modern, dengan rencana jangka panjang, dan strategi mereka pertama-tama dibuat secara internal dan pencapaian mereka dicapai secara eksternal. Ia menyamakan Sima Yi dengan tokoh-tokoh seperti Jiang Ziya, Wang Jian, Han Xin, Zhuge Liang, Zhou Yu, Yang Hu, Li Jing, Pei Xingjian dan Guo Yuanzhen. Mao Zedong selain mengagumi Cao Cao juga mengagumi terhadap karakter Sima Yi. Ia menilai, "Sima Yi adalah karakter yang hebat, dia selalu dikatakan jahat, dan saya pikir ada beberapa tangan yang lebih baik dari Cao Cao". Dia percaya bahwa setelah Cao Cao menaklukkan Zhang Lu, dia seharusnya mendengarkan nasihat Sima Yi dan Liu Ye dan menyerang Sichuan; dia mengomentari bahwa Sima Yi "berasal dari keluarga bangsawan, banyak akal, pandai membuat penyesuaian, dan merupakan pejabat penting Negara Wei." Dia pernah berkomentar dalam "Catatan Tiga Kerajaan: Biografi Lu Xun": "Ini adalah kebijaksanaan Sima Yi yang menyaingi Kong Ming. AnekdotAda versi berbeda bagaimana Sima Yi mulai bekerja untuk Cao Cao yang berasal dari catatan Weilüe bahwa jenderal veteran Cao Cao, Cao Hong yang ingin merekrut Sima Yi sebagai penasihatnya setelah mengetahui bakat Sima Yi. Sima Yi berpandang kecil kepada Cao Hong dan menolak menemuinya, berpura-pura sakit sampai ia tidak bisa berjalan tanpa kruk. Cao Hong sangat tidak senang dan melaporkan kepada Cao Cao yang kemudian memanggil Sima Yi. Saat Sima Yi mendengar bahwa Cao Cao ingin menemuinya, kruk tersebut dibuang dan ia bergegas ke kediaman Cao Cao.[116] Cao Cao mendengar bahwa Sima Yi sangat ambisius dan tampak seperti seekor serigala (狼顧) dan dia ingin tahu apakah Sima Yi memang seperti itu. Suatu hari, Cao Cao memerintah Sima Yi untuk datang berjalan ke depannya dan membuatnya menoleh ke belakang. Sima Yi memutar kepalanya ke belakang tanpa menggerakan badannya.[117] Cao Cao juga mengalami mimpi yakni tiga kuda sedang memakan rumput dari palung yang sama[f] dan ia merasa terganggu dari mimpi tersebut. Ia kemudian memberi peringatan kepada Cao Pi: "Sima Yi tidak mungkin puas dengan hanya sebagai pelayan; dia akan mengintervensi rumah tanggamu". Karena Cao Pi dan Sima Yi merupakan sahabat, Cao Pi kerap membelanya dari kritik. Citra Sima Yi sebagai pejabat yang rajin dan setia juga dengan hati-hati dijaga oleh Sima Yi di depan Cao Cao untuk meredamkan kecurigaannya.[119] Keluarga
Dalam budaya populerSima Yi diabadikan sebagai Dewa Pintu di klenteng Taoisme dan Tiongkok pada umumnya. Ia kerap dipasangkan dengan Zhuge Liang. Sima Yi muncul sebagai karakter yang bisa dimainkan dalam permainan Fate Grand Order, ia merupakan seorang servant kelas rider dan menjelma sebagai seorang wanita dengan nama Sima Yi (Reines). Catatan
Referensi
|