Zhuge Liang
Zhuge Liang (Hanzi: 诸葛亮 ; Pinyin: Zhūgě Liàng) (181–234 AD), juga dikenal dengan nama kehormatan Kongming, adalah seorang politikus, ahli strategi militer, dan penemu yang hidup di Tiongkok kuno yang terkenal pada periode Tiga Kerajaan (220–280 AD). Ia menjabat sebagai perdana menteri Shu Han dengan kaisarnya bernama Liu Bei. Ia bernama lengkap Zhuge Kongming dan nama julukan Wòlóng, juga dikenal sebagai Chu-Khe-Liang atau Kong Ming di kalangan Tionghoa Indonesia. Ia mengabdi kepada Liu Bei setelah tergerak oleh keteguhan tekad dan ambisi Liu Bei untuk merestorasi dinasti Han yang saat itu mendekati keruntuhan. Walaupun saat itu Liu Bei belum memiliki satu jengkal pun tanah kekuasaan, bahkan sebelumnya Liu Bei beserta pasukannya harus terus berpindah pindah karena sering kali dikalahkan dalam berbagai pertempuran melawan Cao Cao. Namun di kemudian hari berkat sumbangsih taktik dan strategi perang Zhuge Liang, terbukti mampu membantu Liu Bei menaklukkan berbagai wilayah Tiongkok secara signifikan termasuk sebagian besarnya adalah wilayah kekuasaan Cao Cao, hingga akhirnya Liu Bei berhasil mendirikan negara Shu Han dan menjadi kaisar. Zhuge Liang memerintah dengan paham Legalisme[2] dan Konfusianisme.[3] Ia kritis terhadap pemikiran Legalis Shang Yang,[4] dan menganjurkan kebajikan dan pendidikan sebagai prinsip menjadi seorang penguasa.[5] Ia membandingkan dirinya dengan Guan Zhong[2] yang mengembangkan pertanian dan industri Shu menjadi kekuatan regional. Dia sangat mementingkan karya Shen Buhai dan Han Fei,[3] menolak memanjakan elit lokal dan mengadopsi hukum yang ketat namun adil dan jelas. Untuk mengenang pemerintahannya, masyarakat setempat memelihara tempat suci untuknya selama berabad-abad.[6] Marga Zhuge adalah marga dua aksara yang cukup langka di kalangan masyarakat Tionghoa. Pada tahun 760, saat Kaisar Suzong dari Tang hendak membangun sebuah kuil untuk menghormati Jiang Ziya, ia memerintah untuk memahat patung 10 tokoh militer Tiongkok yang terkemuka untuk mengapit patung Jiang Ziya: Zhuge Liang, Bai Qi, Han Xin, Li Jing, Li Shiji, Zhang Liang, Sima Rangju, Sun Tzu, Wu Qi dan Yue Yi.[7] Latar belakang keluargaKeluarga besar Zhuge Liang berasal dari Kecamatan Yangdu di Kabupaten Langya, dekat wilayah moderen Yinan atau Yishui di Shandong.[8] Ada dua catatan lain tentang asal-usul leluhurnya di Wu Shu (吳書) dan Fengsu Tongyi (風俗同意). Wu Shu mencatat bahwa nama keluarga leluhurnya sebenarnya adalah Ge (葛) dan leluhurnya berasal dari Kabupaten Zhu (諸縣; barat daya Zhucheng saat ini, Shandong) sebelum mereka menetap di Kabupaten Yangdu. Karena sudah ada keluarga Ge lain di Kabupaten Yangdu sebelum mereka datang, penduduk setempat menyebut pendatang baru itu sebagai Zhuge – menggabungkan Zhu (Kabupaten) dan Ge – untuk membedakan mereka dari keluarga Ge lainnya. Seiring berjalannya waktu, leluhur Zhuge Liang mengadopsi Zhuge sebagai nama keluarga mereka.[Sanguozhi zhu 1] Fengsu Tongyi mencatat bahwa leluhur Zhuge Liang adalah Ge Ying (zh:葛嬰), yang melayani di bawah Chen Sheng, seorang pemimpin pemberontak yang memimpin pemberontakan Dazexiang terhadap dinasti Qin. Chen Sheng kemudian mengeksekusi Ge Ying.[9] Pada awal Dinasti Han Barat, Kaisar Wen menganggap bahwa Ge Ying dihukum mati secara tidak adil sehingga ia mengangkat cucu Ge Ying sebagai Marquis dari Daerah Zhu untuk menghormati Ge Ying. Seiring berjalannya waktu, keturunan Ge Ying mengadopsi Zhuge sebagai nama keluarga mereka dengan menggabungkan Zhu (Daerah) dan Ge.[Sanguozhi zhu 2] Zhuge Liang memiliki seorang kakak laki-laki, Zhuge Jin,[Sanguozhi 1] seorang adik laki-laki, Zhuge Jun,[Sanguozhi 2] dan dua kakak perempuan. Kakak perempuan yang lebih tua menikah dengan Kuai Qi, seorang keponakan Kuai Yue dan Kuai Liang,[10] sementara yang lebih muda menikahi Pang Shanmin, sepupu Pang Tong.[Sanguozhi zhu 3] Penampakan fisikPenampakan fisik Zhuge Liang hanya dicatat dalam Sanguozhi yang mencatat bahwa Zhuge Liang memiliki tinggi sebesar delapan chi (kira-kira 1.84 meter) dengan "penampilan luar biasa".[Sanguozhi 3] Di terjemahan Moss Roberts dalam karya Kisah Tiga Negara, Zhuge Liang memiliki tampang berikut:
Teks original bahasa Tionghoa mencatat bahwa Zhuge Liang selalu digambarkan memakai sebuah guanjin (semacam topi atau jilbab) dan hechang (pakaian yang dipakai oleh pendeta Taoisme).[11] Kehidupan awal (181-207)![]() Zhuge Liang pada masa kecilnya hidup sebagai anak yatim piatu. Ia dibesarkan oleh salah satu sepupu ayahnya, Zhuge Xuan. Ia menemani Zhuge Xuan ke Kabupaten Yuzhang (豫章郡; di wilayah modern Nanchang, Jiangxi) saat Zhuge Xuan ditunjuk sebagai bupati pada pertengahan 190-an.[Sanguozhi 2] Setelah pemerintahan pusat Dinasti Han menunjuk Zhu Hao sebagai bupati baru, Zhuge Xuan membawa Zhuge Liang dan Zhuge Jun menuju ke Provinsi Jing untuk menetap bersama Liu Biao, yang merupakan sahabat lamanya.[Sanguozhi 4][1] Setelah Zhuge Xuan wafat, Zhuge Liang pindah ke Kecamatan Deng (鄧縣) di Kabupaten Nanyang (南陽郡), dan menetap di Longzhong (隆中), sebuah daerah 20 li dari ibukota Provinsi Jing, Xiangyang.[Sanguozhi zhu 4] Di Longzhong, ia hidup sederhana bagaikan seorang petani dan menghabiskan waktu luangnya membaca dan berpergian. Ia sering membaca Liangfu Yin (梁父吟),[Sanguozhi 5] sebuah lagu daerah yang terkenal di daerah kampung halamannya di Shandong. Zhuge Liang memiliki hubungan persahabatan dengan berbagai cedekiawan seperti Sima Hui, Pang Tong dan Huang Chengyan.[1] Namun, sastrawan lokal lainnya mencemoohnya ketika mereka mengetahui bahwa dia sering membandingkan dirinya dengan Guan Zhong dan Yue Yi. Hanya sedikit yaitu Cui Zhouping (崔州平), Xu Shu, Shi Tao (石韜) dan Meng Jian (孟建) yang berhubungan baik dengannya dan menyetujui bahwa Zhuge Liang bisa dibandingkan dengan Guan Zhong dan Yue Yi.[Sanguozhi 6][Sanguozhi zhu 5] Antara akhir tahun 190an dan awal tahun 200an, Zhuge Liang sering belajar dan bepergian bersama Xu Shu, Shi Guangyuan, dan Meng Gongwei. Setiap kali dia membaca, dia hanya mengambil poin-poin penting dan melanjutkan. Sebaliknya, ketiga temannya fokus pada detail dan terkadang bahkan menghafalkannya.[Sanguozhi zhu 5] Sepanjang berada di Longzhong, dia menjalani kehidupan tanpa beban dan meluangkan waktunya untuk melakukan sesuatu. Dia sering duduk dengan tangan melingkari lutut, sesekali menghela nafas sambil berpikir keras. Ia pernah bercerita kepada ketiga temannya bahwa mereka akan menjadi administrator komando atau gubernur provinsi jika mereka bertugas di pemerintahan. Ketika ditanya apa ambisinya, dia hanya tertawa dan tidak memberikan jawaban.[Sanguozhi zhu 6] Bertemu Liu Bei (207-208)Rekomendasi Xu Shu dan Sima HuiSaat itu, Liu Bei menetap di Xinye sebagai tamu bagi Liu Biao, Gubernur Provinsi Jing. Saat itu, Liu Bei bertemu dengan Sima Hui, seorang petapa, dan berkonsultasi dengannya mengenai kondisi politik negara. Sima Hui berpesan kepada Liu Bei: "Apa cedekiawan Konfusius dan pelajar tahu mengenai situasi negara sekarang? Hanya orang yang hebat dapat mengetahuinya. Di wilayah ini terdapat dua orang hebat: Naga Tidur dan Burung Phoenix Muda". Liu Bei menanyakan siapakah kedua orang tokoh itu dan Sima Hui menjawab bahwa keduanya adalah Zhuge Liang dan Pang Tong.[Sanguozhi zhu 7] Xu Shu yang sangat dihormati Liu Bei juga merekomendasikan Zhuge Liang dengan menyatakan bahwa Zhuge Liang adalah Naga Tidur yang dimaksud Sima Hui.[Sanguozhi 7] Liu Bei meminta kepada Xu Shu untuk mengadakan pertemuan dengan Zhuge Liang namun Xu Shu menyarankan bahwa Liu Bei harus bertemu dengannya secara pribadi.[Sanguozhi 8] Tiga Kunjungan Liu Bei![]() Sanguozhi mencatat bahwa Liu Bei mengunjungi Zhuge Liang sebanyak tiga kali.[Sanguozhi 9] Zizhi Tongjian mencatat bahwa tiga kunjungan tersebut terjadi pada tahun 207.[12] Chen Shou juga mencatat tiga kunjungan tersebut dalam biografi tentang Zhuge Liang yang ditambahkan ke memoar yang disusun Chen Shou.[Sanguozhi 10] Dalam tiga pertemuan tersebut, Liu Bei dan Zhuge Liang mendiskusikan mengenai kondisi politik Dinasti Han dan Liu Bei meminta saran dari Zhuge Liang mengenai bagaimana caranya untuk mengalahkan para penguasa dan membangkitkan kembali Dinasti Han yang sekarat.[Sanguozhi 11] Zhuge Liang menjelaskan Rencana Longzhong kepada Liu Bei, dimana ia menerawang visi dimana Dinasti Han akan terbagi menjadi tiga di antara Liu Bei, Cao Cao dan Sun Quan. Menurut rencana tersebut, Liu Bei harus merebut kekuasaan Provinsi Jing (sekarang wilayah Hubei dan Hunan modern) dari Liu Biao dan Provinsi Yi (yang mencakupi wilayah Sichuan dan Chongqing) dari Liu Zhang untuk membentuk sebuah pondasi kokoh untuk membangkitkan kembali Dinasti Han di barat daya. Liu Bei kemudian harus membentuk aliansi dengan Sun Quan yang memerintah Tiongkok Timur untuk melawan Cao Cao yang menguasai wilayah utara dan ibukota Han, Luoyang dan Chang'an.[Sanguozhi 12] Setelah pertemuan itu, Liu Bei memohon Zhuge Liang untuk bergabung kepadanya dan memintanya untuk merealisasikan rencana tersebut bersama-sama demi menegakkan kembali Dinasti Han. Zhuge Liang yang terharu kepada keikhlasan dan kemurnian hati Liu Bei yang setiap kali terus memikirkan nasib rakyat pada zaman peperangan tersebut menyatakan ketersediaannya untuk menghambakan diri kepada Liu Bei. Sejak itu, keduanya sering rapat bersama dan menjadi teman dekat, membuat Guan Yu dan Zhang Fei kecewa. Liu Bei menyadari dan menasihati kedua saudara angkatnya "Sekarang karena saya memiliki Kongming, saya merasa seperti seekor ikan yang menemukan air. Saya harap kalian berdua tidak melontarkan komentar yang tidak menyenangkan". Guan Yu dan Zhang Fei berhenti mengeluh sejak itu.[Sanguozhi 13] Pembentukan Aliansi Sun-Liu (208-209)Evakuasi Liu Bei ke Xiakou![]() Pada musim gugur 208,[12] tidak lama sebelum Liu Biao wafat, Cao Cao melancarkan kampanye selatan untuk menguasai Provinsi Jing. Saat ia mencapai Xiangyang, putra bungsu Liu Biao, Liu Cong yang menggantikan ayahnya sebagai gubernur, menyerah tanpa perlawanan kepada Cao Cao. Setelah mendengarkan berita penyerahan tersebut, Liu Bei melakukan evakuasi pasukan berserta rakyat dari Fancheng menuju Xiakou yang diduduki oleh putra sulung Liu Biao, Liu Qi. Sepanjang perjalanan, pasukan Cao Cao berhasil mengejar pengungsi Liu Bei dan mengalahkannya di Pertempuran Changban. Dengan hanya beberapa pengikut, Liu Bei berhasil kabur dan selamat sampai di Xiakou. Sesampai disana, Liu Bei mengutus Zhuge Liang untuk bertemu dengan Sun Quan untuk membahas aliansi melawan Cao Cao.[12][Sanguozhi 14] Bertemu Sun QuanSaat itu, Sun Quan berada di Chaisang (柴桑; barat daya dari kota Jiujiang, Jiangxi moderen) dan mengamati secara dekat mengenai apa yang terjadi di Provinsi Jing.[Sanguozhi 15] Saat Zhuge Liang bertemu dengan Sun Quan, ia berkata:
Saat Sun Quan bertanya kenapa Liu Bei tidak menyerah kepada Cao Cao, Zhuge Liang menjelaskan:[Sanguozhi 17]
Sun Quan yang geram mendengarkan pernyataan Zhuge Liang kemudian menyatakan bahwa ia tidak akan membiarkan siapapun selain dirinya untuk menguasai wilayah dan rakyat Wu. Sun Quan kembali bertanya bagaimana cara Liu Bei mengalahkan Cao Cao walaupun dengan kekalahan berat di Pertempuran Changban. Zhuge Liang kembali menjawab:[Sanguozhi 18]
Rekomendasi Zhang ZhaoYuanzi karya Yuan Zhun mencatat bahwa ketika Zhuge Liang berada di Chaisang, Zhang Zhao merekomendasikan agar dia mengalihkan kesetiaan dari Liu Bei ke Sun Quan, tetapi Zhuge Liang menolak. Ketika Zhang Zhao menanyakan alasannya, Zhuge Liang berkata, "[Sun Quan] adalah pemimpin yang baik. Namun, dari apa yang saya amati tentang karakternya, dia akan memanfaatkan kemampuan saya dengan baik tetapi tidak sepenuhnya. Itu adalah kenapa aku tidak ingin mengabdi di bawahnya."[Sanguozhi zhu 8] Pei Songzhi mencatat betapa berbedanya episode ini menggambarkan hubungan khusus dan sui generis Zhuge Liang dengan Liu Bei, dan menunjukkan bahwa kesetiaannya kepada Liu Bei begitu kuat sehingga tidak ada yang akan membuatnya beralih kesetiaan kepada Sun Quan— bahkan jika Sun Quan dapat mewujudkannya sepenuhnya. penggunaan kemampuannya. Pei Songzhi kemudian mengutip contoh serupa tentang bagaimana Guan Yu, selama pelayanan singkatnya di bawah Cao Cao, mempertahankan kesetiaan yang tak tergoyahkan kepada Liu Bei meskipun Cao Cao memperlakukannya dengan sangat murah hati.[Sanguozhi zhu 9] Pertempuran Chibi![]() Sun Quan yang awalnya tidak setuju dengan proposal aliansi dengan Liu Bei kemudian melakukan serangkaian konsultasi dengan Zhou Yu dan Lu Su yang condong pro-aliansi. Sun Quan akhirnya menyetujui proposal Zhuge Liang dan mengerahkan 30,000 pasukan yang dipimpin Zhou Yu, Lu Su dan Cheng Pu untuk bergabung dengan Liu Bei dan Liu Qi untuk melawan invasi Cao Cao.[Sanguozhi 19] Sun Quan dan Liu Bei berhasil memenangkan pertempuran yang penting tersebut di Pertempuran Chibi. Cao Cao kemudian mundur ke Ye (sekarang Handan, Hebei) setelah kekalahannya. Konsolidasi wilayah Provinsi Jing bagian selatan (209-211)Setelah Pertempuran Tebing Merah, Liu Bei menominasikan Liu Qi sebagai Inspektur Provinsi Jing dan mengirim pasukannya untuk menaklukkan empat kabupaten di selatan Provinsi Jing: Wuling (武陵; dekat Changde, Hunan), Changsha, Guiyang (桂陽; dekat Chenzhou, Hunan) dan Lingling (零陵; dekat Yongzhou, Hunan). Para bupati keempat kabupaten tersebut menyerah kepada Liu Bei. Setelah Liu Qi meninggal pada tahun 209, atas saran Lu Su, Sun Quan setuju untuk "meminjamkan" wilayah di Provinsi Jing kepada Liu Bei dan mencalonkannya untuk menggantikan Liu Qi sebagai Gubernur Provinsi Jing. Setelah menjadi gubernur Provinsi Jing selatan pada tahun 209, Liu Bei menunjuk Zhuge Liang sebagai Penasihat Militer Jenderal Rumah Tangga (軍師中郎將) dan menugaskannya untuk mengumpulkan pendapatan pajak dari komando Lingling, Guiyang, dan Changsha untuk pasukan militernya.[Sanguozhi 20] Selama masa ini, Zhuge Liang ditempatkan di Kabupaten Linzheng (臨烝縣; sekarang Hengyang, Hunan) di Changsha.[Sanguozhi zhu 10] Penobatan Liu Bei (214-223)![]() Pada akhir tahun 220, beberapa bulan setelah kematian Cao Cao, putra dan penerusnya Cao Pi merebut tahta Kaisar Xian, mengakhiri Dinasti Han Timur, dan mendirikan negara Wei dengan dirinya sebagai kaisar baru. Peristiwa ini menandai dimulainya periode Tiga Kerajaan di Tiongkok.[13] Pengikut Liu Bei meminta agar Liu Bei mendeklarasikan dirinya sebagai Kaisar untuk melawan legitimasi Cao Pi, tetapi Liu Bei sering kali menolak.[Sanguozhi 21]
Zhuge Liang menulis kepada Liu Bei untuk membujuknya:
Pada 221, Liu Bei akhirnya mendeklarasikan dirinya sebagai Kaisar Zhaolie dan membentuk Shu Han sebagai penerus Dinasti Han. Ia menunjuk Zhuge Liang sebagai kanselir agung (丞相) melalui titah berikut:
Zhuge Liang juga memegang penunjukan tambahan Lu Shangshu Shi (錄尚書事), Pengawas Sekretariat Kekaisaran, dan memiliki wewenang penjabat penuh kekaisaran. Setelah kematian Zhang Fei pada pertengahan tahun 221,[13] Zhuge Liang mendapat penunjukan tambahan sebagai Kolonel-Direktur Pengikut (司隷校尉), yang sebelumnya dipegang oleh Zhang Fei.[Sanguozhi 24] Penunjukkan sebagai Wali Penguasa (223)Setelah kekalahannya di Pertempuran Xiaoting di 222,[13] Liu Bei mundur ke Kecamatan Yong'an dan menderita sakit kronis pada awal 223.[Sanguozhi 25] Ia memanggil Zhuge Liang dari Chengdu dan berkata; "Tuan, Anda 10 kali lebih hebat dibandingkan Cao Pi. Kamu tentu bisa membawa perdamaian di seluruh kekaisaran dan menyelesaikan misi hebat kita. Jika penerus saya bisa dibantu, maka bantulah dia; Jika ia ternyata bodoh, kamu boleh menentukan apa yang akan kamu lakukan."[Sanguozhi 26] Zhuge Liang dengan air mata yang berlinang menjawab: "Saya akan melakukan apapun yang bisa saya lakukan dengan kesetiaan penuh hingga wafat". [Sanguozhi 27] Liu Bei kemudian berpesan kepada Pangeran Mahkota Liu Shan, putra dan penerusnya: "Jika kamu bekerja sama dengan Kanselir Kekaisaran Zhuge Liang, perlakukanlah dia seperti Ayahmu".[Sanguozhi 28] Liu Bei kemudian menunjuk Zhuge Liang sebagai wali Liu Shan, dan Li Yan sebagai wakil wali. Liu Bei wafat pada 10 Juni 223.[Sanguozhi 29] Perintah terakhir Liu Bei terhadap Zhuge Liang diterjemah secara literal sebagai "kamu boleh mengambil keputusan sendiri" (君可自取) kedengaran ambigu. Chen Shou berkomentar bahwa Liu Bei memercayai Zhuge Liang sepenuhnya dan memperbolehkan dia untuk mengasumsi kekuasaan. Yi Zhongtian dalam "Analisis Tiga Kerajaan" menyajikan beberapa interpretasi atas pesan Liu Bei. Beberapa interpretasi menyatakan bahwa perintah ini adalah ujian kepada Zhuge Liang karena kakaknya Zhuge Jin bekerja untuk Sun Quan. Yang lain berkomentar bahwa frasa ambigu tersebut tidak berarti Zhuge Liang diizinkan naik takhta untuk dirinya sendiri, tetapi ia diizinkan, ketika situasinya menuntut, untuk menggantikan Liu Shan dengan di antara dua anak Liu Bei lainnya, yakni Liu Yong dan Liu Li. Setelah kematian Liu Bei, Liu Shan naik takhta dan menggantikan ayahnya sebagai kaisar Shu. Setelah penobatannya, Liu Shan mengangkat Zhuge Liang sebagai Marquis Distrik Wu (武鄉侯) dan membentuk staf pribadi untuk membantunya. Kemudian, Zhuge Liang mendapat penunjukan tambahan sebagai Gubernur Provinsi Yi (益州牧). Dia secara pribadi mengawasi semua urusan negara dan mengambil keputusan terakhir dalam semua keputusan kebijakan. Ketika pemberontakan pecah di wilayah Nanzhong di Shu selatan, Zhuge Liang tidak segera mengambil tindakan militer untuk menekan pemberontakan tersebut karena menurutnya hal itu tidak pantas dilakukan mengingat kematian Liu Bei baru-baru ini. Pada akhir tahun 223, ia mengirim Deng Zhi sebagai duta besar Shu ke Wu Timur untuk berdamai dan membangun kembali aliansi Wu–Shu melawan Cao Wei. Pada masa pemerintahannya, Zhuge Liang menetapkan tujuan Shu sebagai pemulihan Dinasti Han, melanjutkan tujuan Liu Bei. Dia menunjuk sejumlah besar elit lokal sebagai pejabat tingkat rendah, meningkatkan hubungan antara birokrasi penaklukan Liu Bei, elit lokal, dan masyarakat Shu. Menolak tunduk kepada Wei (223-225)Tidak lama setelah menjadi penjaga bagi Liu Shan, Zhuge Liang menerima beberapa surat dari pejabat Cao Wei, termasuk dari Hua Xin, Wang Lang, Chen Qun, Xu Zhi dan Zhuge Zhang yang meminta agar Shu menyerah dan menjadi bagian dari Dinasti Wei. Zhuge Liang mengeluarkan sebuah pesan yang bernama Zheng Yi (正議; "Dorongan untuk Bertindak Perbaikan") yang bernada berikut:
Kampanye Selatan (225-227)![]() Zhuge Liang ingin memimpin pasukan Shu secara pribadi dalam kampanye selatan ke wilayah Nanzhong untuk menumpas pemberontakan yang meletus pada tahun 223, sekaligus untuk menenangkan dan mendapatkan kesetiaan suku-suku Nanman yang tinggal di sana. Wang Lian, kepala juru tulis Zhuge Liang, sangat menentang keikutsertaan atasannya dalam kampanye tersebut karena terlalu berbahaya. Ia berpendapat bahwa mengingat status penting Zhuge Liang di Shu, ia seharusnya tidak melakukan usaha berisiko seperti itu. Namun, Zhuge Liang bersikeras untuk memimpin kampanye tersebut secara pribadi karena ia khawatir tidak ada jenderal Shu yang cukup kompeten untuk menghadapi para pemberontak sendirian.[Sanguozhi 30] Penasehatnya, Ma Su, menyarankan Zhuge Liang untuk berperang mengunakan peperangan psikologis dengan memenangkan hati rakyat di Nanzhong agar tidak ada pemberontakan yang meletus pada kedepannya. Zhuge Liang menerima saran Ma Su.[14] Pada musim semi 225, Zhuge Liang memimpin pasukan ke Nanzhong. Ia mengalahkan pemimpin pemberontak Yong Kai (雍闓), Gao Ding (高定) dan Zhu Bao (朱褒), serta mengamankan tiga komando Jianning (建寧; sekitar Qujing, Yunnan), Yuexi/Yuesui (越巂; sekitar Xichang, Sichuan) dan Zangke (牂柯; sekitar Guiyang atau Fuquan, Guizhou).[14] Setelah itu, Zhuge Liang mengambil perhatian ke Meng Huo, seorang kepala suku lokal yang mendukung para pemberontak. Zhuge Liang mengetahui bahwa Meng Huo adalah tokoh adat yang sangat dihormati warga pribumi serta warga Han lokal disana, jadi Zhuge Liang memutuskan hanya menangkapnya hidup-hidup dan melepaskannya setiap kali Meng Huo ditangkap. Pada penangkapan pertamanya, Zhuge Liang memperlakukan Meng Huo seperti tamu dan mengajaknya berkeliling di bentengnya. Saat melepaskannya, Zhuge Liang bertanya kepada Meng Huo mengenai pasukannya. Meng Huo menjawab, "Sebelum ini, saya tidak tahu apa-apa mengenai pasukanmu makanya saya kalah. Sekarang karena kamu membawa saya melihat pasukanmu, saya mengetahui kondisi pasukanmu dan saya yakin saya akan menang dengan mudah". Zhuge Liang ketawa, melepaskan Meng Huo dan mempersilakannya kembali berperang melawannya. Meng Huo ditangkap sebanyak tujuh kali. Pada kali ketujuh, Meng Huo menyerah kepada Zhuge Liang dan berkata kepadanya, "Tuanku, dengan Surga sebagai saksi, rakyat selatan bersumpah tidak akan memberontak kembali." Zhuge Liang kemudian menuntun pasukannya ke Danau Dian dalam kemenangan.[Sanguozhi zhu 12] Wilayah Nanzhong secara keseluruhan telah diamankan pada musim gugur 225.[Sanguozhi 31] Sebelum menarik pasukan, Zhuge Liang berkata kepada Meng Huo dan pemimpin lokal lainnya bahwa ia hanya ingin mereka membayar upeti berupa emas, perak, sapi, kuda perang, dan lain-lain. Ia juga menunjuk penduduk setempat seperti Li Hui dan Lü Kai untuk bertugas sebagai administrator komando yang baru, sementara para pemimpin lokal dan kepala suku diizinkan untuk terus memerintah rakyat dan suku mereka masing-masing.[14] Setelah kampanye selatan, negara Shu menjadi lebih makmur karena wilayah Nanzhong menjadi sumber pendanaan dan pasokan yang stabil bagi militer Shu. Di bawah arahan Zhuge Liang, militer Shu juga mulai melatih tentara, menimbun senjata dan sumber daya, dll., sebagai persiapan untuk kampanye mendatang melawan musuh mereka, Wei.[Sanguozhi 32] Ekspedisi UtaraMemberikan Chu Shi Biao![]() Pada tahun 227, Zhuge Liang memerintahkan pasukan dari seluruh Shu untuk dimobilisasi dan berkumpul di Komando Hanzhong dalam persiapan untuk kampanye militer skala besar melawan Cao Wei. Sebelum berangkat, ia menulis sebuah memorabilia, yang disebut Chu Shi Biao ("memorial tentang alasan untuk berperang"), dan menyerahkannya kepada Liu Shan. Memorabilia tersebut, antara lain, berisi alasan Zhuge Liang untuk melakukan kampanye melawan Wei dan nasihat pribadinya kepada Liu Shan tentang masalah pemerintahan.[Sanguozhi 33] Setelah Liu Shan menyetujuinya, Zhuge Liang memerintahkan pasukan Shu untuk ditempatkan di Mianyang (沔陽; sekarang Kabupaten Mian, Shaanxi).[Sanguozhi 34] Dataran WuzhangTahun 229, Zhuge Liang kembali mengambil alih komando perang, kali ini di Chen Cang. Chen Cang yang merupakan daerah Wei yang dilindungi oleh Sima Yi. Lagi-lagi perang antara Zhuge Liang dan Sima Yi terjadi. Alhasil, walaupun Chen Cang yang terutama gerbang utamanya itu sangat terlindungi, tetapi dengan segala perlengkapan berat Shu, Chen Cang akhirnya jatuh ke tangan Zhuge Liang. Perang besar utara ini tak berakhir sampai di Chen Cang, tetapi Zhuge Liang meneruskannya sampai ke dataran Wu Zhang. Pada awal kedatangan Shu ke daerah ini, Zhuge Liang sudah jatuh sakit dan berita ini sampai ke Sima Yi. Sebelum mulai perang terbuka, Zhuge Liang mengirimkan surat kepada kaisar Wu, Sun Quan, meminta untuk menyerang Wei dengan harapan Wei akan kekurangan pasukan ketika melawan Shu di Wu Zhang nanti. Kerajaan Wu meluluskan permintaan tersebut namun tidak dengan sepenuh hati dikarenakan hanya untuk menghargai aliansi Wu-Shu. Wu yang akhirnya menyerang istana He Fei milik Wei malah mengalami kekalahan. Tapi bagaimanapun perang di Wu Zhang harus tetap dimulai. Akhirnya pada tahun 234 AD Zhuge Liang mengumumkan perang terbuka terhadap Wei yang dikomandani oleh Sima Yi. Walaupun sakit, Zhuge Liang tetap mengomando pasukan Shu sampai akhirnya dia wafat ketika perang belum berakhir. Komando pasukan Shu diambil alih oleh Jiang Wei. Jiang Wei memerintahkan untuk menutupi kematian Zhuge Liang dari Wei. Namun Sima Yi yang merasakan keganjilan akan strategi yang Shu pakai berkesimpulan kalau Zhuge Liang sudah wafat. Dengan kesimpulan tersebut, dia membuat tentara Wei makin bersemangat dan membuat Jiang Wei harus mundur kembali ke Shu Han. Dan setelah perang berakhir, Sima Yi pergi ke sisa-sisa perkemahan Shu dan menganugerahi Zhuge Liang sebagai ’the greatest mind under heaven’ Kematian Zhuge Liang menjadi awal kemunduran bangsa Shu yang akhirnya menyerah kepada Wei pada tahun 263 AD (sekitar 30 tahun setelah Zhuge Liang wafat). Pada tahun 265 AD menteri negara Wei bernama Sima Yan (cucu dari Sima Yi) merebut kekuasaan dari keluarga Cao dan mendirikan negara Jin. Akhirnya pada tahun 280 AD Cina resmi dipersatukan di bawah Dinasti Jin yang akan berkuasa selama lebih dari 150 tahun berikutnya. Kebesaran Zhuge Liang menyebabkannya digelari salah satu dari 6 perdana menteri terbesar dalam sejarah Tiongkok. Penguburan dan penghargaan anumertaSebelum kematiannya, Zhuge Liang menyatakan bahwa ia ingin jasadnya dikubur secara sederhana di Gunung Dingjun dan kuburannya hanya cukup besar untuk peti matinya. Ia ingin dikubur dengan pakaian yang ia pakai saat ia wafat dan tidak mau dikubur dengan ornamen atau barang dekoratif apapun.[Sanguozhi 35] Liu Shan menerbitkan sebuah dekrit dan memuliakan Zhuge Liang, memberikan gelar kehormatan "Marquis Zhongwu" (忠武侯).[Sanguozhi 36] Zhuge Liang pernah menulis sebuah pesan wasiat kepada Liu Shan dan berpegang teguh kepada janjinya hingga saat ia meninggal:[Sanguozhi 37]
Pada musim gugur 263 saat Penaklukan Shu oleh Wei, jenderal Wei Zhong Hui melewati kuil Zhuge Liang di Mianyang di perjalanan dan memberi hormat kepada kuburan Zhuge Liang. Ia memerintah pasukannya untuk tidak bertani dan menebang pohon disekitar kuburan Zhuge Liang di Gunung Dingjun.[Sanguozhi 39] Keluarga Zhuge Liang
Zhuge Luo IstriZhuge Liang menikah dengan Huang Yueying, putri dari Huang Chengyan, seorang sarjana penyendiri yang tinggal di selatan Sungai Han. Xiangyang Ji (襄陽記) mencatat bahwa Huang Chengyan pernah bertanya kepada Zhuge Liang, "saya dengar Anda sedang mencari seorang istri. Saya memiliki seorang putri yang jelek dengan rambut kuning dan kulit gelap, tetapi bakatnya cocok dengan Anda". Saat itu, ada pepatah di desa tersebut, "Jangan seperti Kongming saat memilih istri. Ia berakhir dengan putri jelek [Huang Chengyan]".[Sanguozhi zhu 13] Huang Yueying hanya sebuah nama budaya populer, nama aslinya tidak dicatat dalam sejarah. Anak
Cucu dan cicit
Sepupu lainnya
Di Kisah Tiga NegaraDalam Kisah Tiga Negara karya Luo Guanzhong, Zhuge Liang diwatak sebagai seorang strategis yang brilian yang bisa melakukan hal fantastis yang mirip seperti sihir seperti memanggil angin atau membuat labirin batu. Ada beberapa bagian di cerita dimana kisah nyatanya tidak bisa dibedakan dengan kisah fiksi. Secara minimal, Siasat Pengosongan Kota didasarkan pada catatan sejarah, meskipun tidak dikaitkan dengan Zhuge Liang secara historis. Bagi masyarakat Tiongkok, pertanyaan ini sebagian besar tidak relevan, karena pengetahuan Zhuge Liang dipandang sebagai dalang, yang teladannya terus mempengaruhi banyak lapisan masyarakat Tiongkok. Mereka juga berpendapat, bersama dengan The Art of War karya Sun Tzu, masih sangat mempengaruhi pemikiran strategis, militer, dan keseharian Tiongkok modern.[16] Di karya terjemahan oleh Moss Roberts, deskripsi fisik Zhuge Liang dideskripsikan sebagai berikut:
Teks asli Tiongkok dalam novel tersebut menyebutkan bahwa Zhuge Liang mengenakan guanjin (綸巾; sejenis topi) dan hechang (鶴氅; jubah yang biasa dikenakan oleh penganut Tao).[17] Pertempuran BowangSecara historis Zhuge Liang tidak terlibat dalam pertempuran ini, namun di Kisah Tiga Negara pertempuran ini adalah sebuah perkenalan bagi pembaca terhadap sebagaimana pintarnya Zhuge Liang di bidang militer. Saat mendengarkan bahwa Cao Cao mengirimkan 100,000 pasukan dibawah komando Xiahou Dun untuk menyerang Liu Bei. Zhuge Liang memberikan siasat namun Zhang Fei dan Guan Yu enggan menuruti rencana Zhuge Liang. Maka Zhuge Liang meminta kepada Liu Bei untuk meminjam pedang dan stempel resminya sebagai simbol otoritas dan kemudian memerintah Guan Yu dan Zhang Fei untuk masing-masing membawa 1,000 pasukan untuk melakukan penyergapan sementara memerintah Guan Ping dan Liu Feng untuk membakar kemah musuh di Bowang. Zhao Yun diperintah untuk melawan Xiahou Dun dan mengelabuinya, sementara Liu Bei diberi perintah untuk membawa pasukan bala bantuan. Zhuge Liang juga meminta Liu Bei untuk menyiapkan jamuan makanan untuk merayakan kemenangan. Strategi Zhuge Liang mujur dan bekerja dengan baik, Xiahou Dun menang melawan Zhao Yun tetapi ia juga dibawa Zhao Yun jauh dari pasukannya sendiri. Meskipun Yu Jin dan Li Dian memeringati Xiahou Dun untuk tidak terjebak dalam siasat musuh, Xiahou Dun dengan nada egois mengejar Zhao Yun dan Liu Bei yang tidak lama kemudian membantu Zhao Yun. Ini kemudian menyebabkan Xiahou Dun terjebak karena Zhang Fei dan Guan Yu melakukan serangan api terhadap gerbong persediaan Xiahou Dun, memaksanya mundur. Setelah pertempuran tersebut, Zhang Fei dan Guan Yu berubah sikap dan mulai menghormati Zhuge Liang secara penuh. Misi diplomatik ke JiangdongZhuge Liang diutus Liu Bei untuk berunding dengan Sun Quan untuk membentuk aliansi bersamanya untuk melawan Cao Cao. Ia ditemani oleh Lu Su yang pulang membawanya ke Wu. Sampai di Jiangdong, Lu Su memperkenalkan pegawai-pegawai Sun Quan kepada Zhuge Liang. Kebanyakan dari mereka mendukung untuk menyerah kepada Cao Cao dan mereka mulai berdebat dengan Zhuge Liang yang mendiamkan mereka satu persatu. Mereka yang berdebat antara lain adalah Zhang Zhao, Yu Fan, Bu Zhi, Xue Zong, Lu Ji, Yan Jun, dan Cheng Bing. Zhang Wen dan Luo Tong juga ingin berdebat namun mereka dihentikan oleh Huang Gai yang datang menyambutnya.[18] Lu Su kemudian memperkenalkan Zhou Yu dan ketiganya berbincang di kediaman Zhou Yu. Zhuge Liang berkata kepada Zhou Yu bahwa ia ada rencana untuk menghentikan perang dengan Cao Cao: Kirimkanlah Qiao bersaudara. Ia juga berpura-pura tidak tahu bahwa Da Qiao adalah janda Sun Ce dan Xiao Qiao adalah istri Zhou Yu. Zhou Yu menanyakan bukti kepada Zhuge Liang dan Zhuge Liang membacakan sebuah puisi yang ditulis oleh Cao Zhi dan menjelaskan dimana bait puisi yang membuktikan hasrat nafsu Cao Cao terhadap Qiao bersaudara. Hal ini menyulut emosi Zhou Yu dan mengeraskan hasratnya untuk ganyang Cao Cao.[19] Meminjam anak panah dengan perahu jeramiZhou Yu merasa iri dengan bakat Zhuge Liang dan ia merasa bahwa Zhuge Liang akan menjadi ancaman besar bagi Sun Quan, maka ia memikirkan cara untuk membunuh Zhuge Liang agar ia tidak menahan hasrat ambisi Sun Quan. Saat ia meminta Zhuge Liang untuk membuat sebanyak 100,000 anak panah dalam 10 hari, Zhuge Liang dengan lugu berkata bahwa ia bisa membuatnya dalam 3 hari dan berjanji ia akan dihukum mati jika gagal menunaikan janji tersebut. Zhou Yu setuju dan Zhuge Liang mengambil sumpah, tetapi sebenarnya Zhou Yu sangat bahagia karena ia merasa Zhuge Liang tidak bisa menyelesaikan tugas itu dan berharap ia akan gagal. Pada hari ketiga, Zhuge Liang dengan bantuan Lu Su menyiapkan 20 kapal yang ditutupi oleh jerami dan dilengkapi dengan manusia jerami. Pada dini hari, mereka berlayar menuju ke kamp Cao Cao pada saat kabut tebal. Ia kemudian memerintah awak kapal untuk membunyikan gendang perang dan pasukan Cao Cao menembak anak panah menuju ke kapal jerami tersebut karena mereka tidak bisa melihat posisi musuh di kabut yang tebal ini. Anak panah yang mendarat ke tutupan jerami tersebut membuat kapal mulai karam sebelah, maka Zhuge Liang memerintah awak kapal untuk berpindah sisi agar pasukan Cao Cao dapat menstabilkan kapal jerami Zhuge Liang dengan menembak sisi yang tidak tersentuh. Di dalam kapal, Zhuge Liang dan Lu Su menikmati teh mereka dan mereka berlayar kembali saat kabut mulai menghilang. Saat mereka kembali ke kamp, Zhuge Liang berhasil mengumpulkan lebih dari 100,000 anak panah, jadi Zhou Yu tidak bisa menghukumnya mati.[20] Penilaian dan warisanReformasi hukum dan moralZhuge Liang adalah seorang penganut supremasi hukum di Shu Han. Sejarahwan Yi Zhongtian mengomentari bahwa supremasi hukum dan "pemerintahan nominal oleh raja dan pemerintahan langsung oleh kanselir" adalah dua peninggalan Zhuge Liang yang "sayangnya tidak banyak orang yang mengetahuinya".[21] Setelah Liu Bei menaklukkan Provinsi Yi, Zhuge Liang bersama Fa Zheng, Liu Ba, Li Yan dan Yi Ji menulis norma hukum untuk Shu.[Sanguozhi 45] Demi mengekang korupsi dan dekadensi yang menyertainya di kalangan bangsawan Yi setempat, Zhuge Liang menerapkan kebijakan Legalis dengan hukum yang ketat, adil, dan transparan, serta membatasi kekuasaan keluarga kaya. Zhuge Liang bersedia menghukum hakim-hakim berpangkat tinggi seperti Li Yan, rekan-rekan dekatnya sendiri seperti Ma Su, dan bahkan rela menurunkan jabatannya demi menjaga ketertiban hukum. Namun, ia juga menghindari penyalahgunaan hukuman dan menuntut kehati-hatian yang ekstrem dalam penegakan hukum. Xi Zuochi memuji kebijakan hukum Zhuge Liang, bahwa "sejak era Qin dan Han, tak ada yang setara." Bahkan hakim-hakim yang dihukum seperti Li Yan dan Liao Li sangat menghormati Zhuge Liang dan sangat yakin bahwa ia akan mempekerjakan mereka kembali setelah hukumannya cukup.[Sanguozhi 46][22] Pendidikan dan meritokrasiZhuge Liang sangat mementingkan pendidikan, jadi ia sangat memperhatikan sistem pendidikan negara agar ia dapat mencari bakat unggul untuk bekerja dalam pemerintahan Shu Han. Ia mendirikan posisi Asisten Dorongan Pembelajaran (勸斈從事), yang dipegang oleh banyak kaum intelektual lokal terkemuka seperti Qiao Zhou, yang memegang jabatan ini dalam waktu yang sangat lama dan sangat berpengaruh. Chen Shou merupakan salah satu muridnya. Kemudian, Zhuge Liang mendirikan Great Education Residence (太斈府), sebuah fasilitas pelatihan yang menggunakan literatur Konfusianisme sebagai buku teks. Ia juga membangun banyak "tempat tinggal buku bacaan" baik di Chengdu maupun di perkemahannya selama ekspedisi utara; fasilitas-fasilitas tersebut berfungsi sebagai tempat di mana orang-orang berbakat dapat ditemukan dan direkrut. Yao Tian, gubernur distrik Guanghan di bawah Shu Han, berhasil merekomendasikan banyak orang berbakat kepada pemerintah, yang disambut dengan pujian meriah dari Zhuge Liang.[23] Zhuge Liang juga membuat mekanisme "Biro Diskusi" yang berfungsi untuk mengumpulkan semua diskusi mengenai suatu kebijakan, mendorong para hakim untuk menerima kritik dari bawahannya, dan memanfaatkan bakat seluruh pegawai untuk mencapai keputusan terbaik. Zhuge Liang menerapkan sistem promosi meritokratis, yang mempromosikan dan menilai seseorang berdasarkan prestasi dan kemampuan, alih-alih ketenaran atau latar belakang.[23] PenemuanZhuge Liang kerap dipercayai oleh masyarakat luas sebagai penemu makanan mantou, ranjau darat dan alat transportasi otomatis yang misterius namun efisien (awalnya digunakan untuk biji-bijian) yang disebut sebagai "sapi kayu dan kuda terbang" (木牛流馬), yang terkadang diidentikkan dengan gerobak dorong. Ia juga dikenal sebagai penemu senjata Chu-Ko-Nu (諸葛弩) yang memiliki kemampuan memanah semi otomatis, namun sebenarnya versi yang dibuat oleh Zhuge Liang adalah sebuah perbaikan dari panah berulang yang dipakai di zaman Negara-negara Berperang. Ada sebuah perdebatan mengenai versi yang dibuat saat zaman negara berperang mengenai pertanyaan apakah panah berulang tersebut memiliki kemampuan semi otomatis atau bisa menembak beberapa anak panah dengan waktu yang sama. Namun secara jelas, versi yang dibuat Zhuge Liang dapat menembak lebih jauh dan lebih cepat.[24] Kutipan pentingFrasa "Han dan bandit tidak berdiri bersama" (Han sederhana: 汉贼不两立; Han tradisional: 漢賊不兩立; pinyin: Hàn zéi bù liǎng lì) dari karya tulisnya Chu Shi Biao Baru sering digunakan untuk menarik garis di pasir dan menyatakan situasi di mana seseorang tidak tahan terhadap kejahatan. Kerap kali frasa ini digunakan oleh Generalissimo Chiang Kai-shek sebagai frasa favoritnya untuk menegaskan ideologi antikomunisme yang dianutnya. Ungkapan lainnya, "penghormatan dan kehati-hatian, sampai pada titik yang menipis, tidak akan pernah berakhir sampai mati" (鞠躬尽瘁,死而后已; 鞠躬盡瘁,死而後已; jū gōng jìn cuì, sǐ ér hòu yǐ) yang berasal dari Chu Shi Biao Baru diartikan sebagai komitmen dan kegigihan untuk mencapai hasil kerja yang maksimal. Penyembahan Zhuge LiangAda banyak kuil dan tempat suci yang dibangun untuk mengenang Zhuge Liang. Beberapa yang paling terkenal antara lain Kuil Marquis Wu di Chengdu, dan Kuil Marquis Wu di Baidicheng. Selain itu, Zhuge Liang juga disembah sebagai Men Shen. Ia biasanya dipasangkan dengan musuh buyutannya, Sima Yi dari Wei. Di budaya populerVideo gameZhuge Liang bisa dimainkan sebagai seorang karakter di series Dynasty Warriors, Warriors Orochi, dan Kessen II. Ia juga muncul sebagai seorang karakter di Fate/Grand Order sebagai seorang karakter kelas Caster. KomikDi manga dan serial anime Jepang Ya Boy Kongming!, Zhuge Liang direinkarnasi ke jaman modern dan membantu Eiko Tsukimi untuk menjadi penyanyi terkenal sebagai "ahli strateginya" dan juga bekerja paruh waktu sebagai seorang bartender di BB Lounge. Catatan kaki
ReferensiSanguozhi
Sanguozhi zhu
Referensi lain
Bacaan lanjut
|