Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Zhuge Liang

Zhuge Liang
諸葛亮
Ilustrasi Zhuge Liang
Kanselir Kekaisaran Shu Han
Masa jabatan
229 (229) – September atau Oktober 234
Penguasa monarkiLiu Shan
Pengganti
Jabatan dihapus
Sebelum
Masa jabatan
May 221 – 228 (228)
Penguasa monarkiLiu Bei / Liu Shan
Jenderal Kanan
Masa jabatan
228 (228) – 229 (229)
Penguasa monarkiLiu Shan
Gubernur Provinsi Yi
Masa jabatan
223 (223) – September or October 234
Penguasa monarkiLiu Shan
Pengganti
Jiang Wan (sebagai Inspektur)
Sebelum
Kolonel-Direktur Pengawal
Masa jabatan
221 (221) – September or October 234
Penguasa monarkiLiu Bei / Liu Shan
Sebelum
Pendahulu
Zhang Fei
Pengganti
Jabatan dihapus
Sebelum
Wakil Ketua Sekretariat
Masa jabatan
221 (221) – September or October 234
Penguasa monarkiLiu Bei / Liu Shan
Pengganti
Jiang Wan
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir181
Yinan, Shandong
MeninggalSeptember atau Oktober 234 (usia 53)[a][1]
Dataran Wuzhang, Shaanxi
MakamGunung Dingjun, Shaanxi
Suami/istriNyonya Huang
Hubungan
Anak
Orang tua
  • Zhuge Gui (ayah)
PekerjaanNegarawan, jenderal, politikus, cedekiawan, penemu
Nama kehormatanKong Ming (孔明)
Nama anumertaMarquis Zhongwu (忠武侯)
Gelar bangsawanMarquis Distrik Wu
(武鄉侯)
Nama panggilanNaga Tidur
(臥龍 / 伏龍)
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini
Zhuge Liang
Hanzi tradisional: 諸葛亮
Hanzi sederhana: 诸葛亮
Courtesy name
Hanzi: 孔明

Zhuge Liang (Hanzi: 诸葛亮 ; Pinyin: Zhūgě Liàng) (181234 AD), juga dikenal dengan nama kehormatan Kongming, adalah seorang politikus, ahli strategi militer, dan penemu yang hidup di Tiongkok kuno yang terkenal pada periode Tiga Kerajaan (220–280 AD). Ia menjabat sebagai perdana menteri Shu Han dengan kaisarnya bernama Liu Bei. Ia bernama lengkap Zhuge Kongming dan nama julukan Wòlóng, juga dikenal sebagai Chu-Khe-Liang atau Kong Ming di kalangan Tionghoa Indonesia. Ia mengabdi kepada Liu Bei setelah tergerak oleh keteguhan tekad dan ambisi Liu Bei untuk merestorasi dinasti Han yang saat itu mendekati keruntuhan. Walaupun saat itu Liu Bei belum memiliki satu jengkal pun tanah kekuasaan, bahkan sebelumnya Liu Bei beserta pasukannya harus terus berpindah pindah karena sering kali dikalahkan dalam berbagai pertempuran melawan Cao Cao. Namun di kemudian hari berkat sumbangsih taktik dan strategi perang Zhuge Liang, terbukti mampu membantu Liu Bei menaklukkan berbagai wilayah Tiongkok secara signifikan termasuk sebagian besarnya adalah wilayah kekuasaan Cao Cao, hingga akhirnya Liu Bei berhasil mendirikan negara Shu Han dan menjadi kaisar.

Zhuge Liang memerintah dengan paham Legalisme[2] dan Konfusianisme.[3] Ia kritis terhadap pemikiran Legalis Shang Yang,[4] dan menganjurkan kebajikan dan pendidikan sebagai prinsip menjadi seorang penguasa.[5] Ia membandingkan dirinya dengan Guan Zhong[2] yang mengembangkan pertanian dan industri Shu menjadi kekuatan regional. Dia sangat mementingkan karya Shen Buhai dan Han Fei,[3] menolak memanjakan elit lokal dan mengadopsi hukum yang ketat namun adil dan jelas. Untuk mengenang pemerintahannya, masyarakat setempat memelihara tempat suci untuknya selama berabad-abad.[6]

Marga Zhuge adalah marga dua aksara yang cukup langka di kalangan masyarakat Tionghoa. Pada tahun 760, saat Kaisar Suzong dari Tang hendak membangun sebuah kuil untuk menghormati Jiang Ziya, ia memerintah untuk memahat patung 10 tokoh militer Tiongkok yang terkemuka untuk mengapit patung Jiang Ziya: Zhuge Liang, Bai Qi, Han Xin, Li Jing, Li Shiji, Zhang Liang, Sima Rangju, Sun Tzu, Wu Qi dan Yue Yi.[7]

Latar belakang keluarga

Keluarga besar Zhuge Liang berasal dari Kecamatan Yangdu di Kabupaten Langya, dekat wilayah moderen Yinan atau Yishui di Shandong.[8] Ada dua catatan lain tentang asal-usul leluhurnya di Wu Shu (吳書) dan Fengsu Tongyi (風俗同意).

Wu Shu mencatat bahwa nama keluarga leluhurnya sebenarnya adalah Ge (葛) dan leluhurnya berasal dari Kabupaten Zhu (諸縣; barat daya Zhucheng saat ini, Shandong) sebelum mereka menetap di Kabupaten Yangdu. Karena sudah ada keluarga Ge lain di Kabupaten Yangdu sebelum mereka datang, penduduk setempat menyebut pendatang baru itu sebagai Zhuge – menggabungkan Zhu (Kabupaten) dan Ge – untuk membedakan mereka dari keluarga Ge lainnya. Seiring berjalannya waktu, leluhur Zhuge Liang mengadopsi Zhuge sebagai nama keluarga mereka.[Sanguozhi zhu 1]

Fengsu Tongyi mencatat bahwa leluhur Zhuge Liang adalah Ge Ying (zh:葛嬰), yang melayani di bawah Chen Sheng, seorang pemimpin pemberontak yang memimpin pemberontakan Dazexiang terhadap dinasti Qin. Chen Sheng kemudian mengeksekusi Ge Ying.[9] Pada awal Dinasti Han Barat, Kaisar Wen menganggap bahwa Ge Ying dihukum mati secara tidak adil sehingga ia mengangkat cucu Ge Ying sebagai Marquis dari Daerah Zhu untuk menghormati Ge Ying. Seiring berjalannya waktu, keturunan Ge Ying mengadopsi Zhuge sebagai nama keluarga mereka dengan menggabungkan Zhu (Daerah) dan Ge.[Sanguozhi zhu 2]

Zhuge Liang memiliki seorang kakak laki-laki, Zhuge Jin,[Sanguozhi 1] seorang adik laki-laki, Zhuge Jun,[Sanguozhi 2] dan dua kakak perempuan. Kakak perempuan yang lebih tua menikah dengan Kuai Qi, seorang keponakan Kuai Yue dan Kuai Liang,[10] sementara yang lebih muda menikahi Pang Shanmin, sepupu Pang Tong.[Sanguozhi zhu 3]

Penampakan fisik

Penampakan fisik Zhuge Liang hanya dicatat dalam Sanguozhi yang mencatat bahwa Zhuge Liang memiliki tinggi sebesar delapan chi (kira-kira 1.84 meter) dengan "penampilan luar biasa".[Sanguozhi 3]

Di terjemahan Moss Roberts dalam karya Kisah Tiga Negara, Zhuge Liang memiliki tampang berikut:

Kongming terlihat sangat tinggi, dengan wajah berkilau seperti batu giok dan pita sutra yang dikepang di kepalanya. Berbalut bulu burung bangau, dia memiliki aura spiritual yang luar biasa.

Teks original bahasa Tionghoa mencatat bahwa Zhuge Liang selalu digambarkan memakai sebuah guanjin (semacam topi atau jilbab) dan hechang (pakaian yang dipakai oleh pendeta Taoisme).[11]

Kehidupan awal (181-207)

Lukisan Zhang Feng (1654) yang menggambarkan Zhuge Liang sedang berbaring di sofa

Zhuge Liang pada masa kecilnya hidup sebagai anak yatim piatu. Ia dibesarkan oleh salah satu sepupu ayahnya, Zhuge Xuan. Ia menemani Zhuge Xuan ke Kabupaten Yuzhang (豫章郡; di wilayah modern Nanchang, Jiangxi) saat Zhuge Xuan ditunjuk sebagai bupati pada pertengahan 190-an.[Sanguozhi 2] Setelah pemerintahan pusat Dinasti Han menunjuk Zhu Hao sebagai bupati baru, Zhuge Xuan membawa Zhuge Liang dan Zhuge Jun menuju ke Provinsi Jing untuk menetap bersama Liu Biao, yang merupakan sahabat lamanya.[Sanguozhi 4][1]

Setelah Zhuge Xuan wafat, Zhuge Liang pindah ke Kecamatan Deng (鄧縣) di Kabupaten Nanyang (南陽郡), dan menetap di Longzhong (隆中), sebuah daerah 20 li dari ibukota Provinsi Jing, Xiangyang.[Sanguozhi zhu 4] Di Longzhong, ia hidup sederhana bagaikan seorang petani dan menghabiskan waktu luangnya membaca dan berpergian. Ia sering membaca Liangfu Yin (梁父吟),[Sanguozhi 5] sebuah lagu daerah yang terkenal di daerah kampung halamannya di Shandong. Zhuge Liang memiliki hubungan persahabatan dengan berbagai cedekiawan seperti Sima Hui, Pang Tong dan Huang Chengyan.[1] Namun, sastrawan lokal lainnya mencemoohnya ketika mereka mengetahui bahwa dia sering membandingkan dirinya dengan Guan Zhong dan Yue Yi. Hanya sedikit yaitu Cui Zhouping (崔州平), Xu Shu, Shi Tao (石韜) dan Meng Jian (孟建) yang berhubungan baik dengannya dan menyetujui bahwa Zhuge Liang bisa dibandingkan dengan Guan Zhong dan Yue Yi.[Sanguozhi 6][Sanguozhi zhu 5]

Antara akhir tahun 190an dan awal tahun 200an, Zhuge Liang sering belajar dan bepergian bersama Xu Shu, Shi Guangyuan, dan Meng Gongwei. Setiap kali dia membaca, dia hanya mengambil poin-poin penting dan melanjutkan. Sebaliknya, ketiga temannya fokus pada detail dan terkadang bahkan menghafalkannya.[Sanguozhi zhu 5] Sepanjang berada di Longzhong, dia menjalani kehidupan tanpa beban dan meluangkan waktunya untuk melakukan sesuatu. Dia sering duduk dengan tangan melingkari lutut, sesekali menghela nafas sambil berpikir keras. Ia pernah bercerita kepada ketiga temannya bahwa mereka akan menjadi administrator komando atau gubernur provinsi jika mereka bertugas di pemerintahan. Ketika ditanya apa ambisinya, dia hanya tertawa dan tidak memberikan jawaban.[Sanguozhi zhu 6]

Bertemu Liu Bei (207-208)

Rekomendasi Xu Shu dan Sima Hui

Saat itu, Liu Bei menetap di Xinye sebagai tamu bagi Liu Biao, Gubernur Provinsi Jing. Saat itu, Liu Bei bertemu dengan Sima Hui, seorang petapa, dan berkonsultasi dengannya mengenai kondisi politik negara. Sima Hui berpesan kepada Liu Bei: "Apa cedekiawan Konfusius dan pelajar tahu mengenai situasi negara sekarang? Hanya orang yang hebat dapat mengetahuinya. Di wilayah ini terdapat dua orang hebat: Naga Tidur dan Burung Phoenix Muda". Liu Bei menanyakan siapakah kedua orang tokoh itu dan Sima Hui menjawab bahwa keduanya adalah Zhuge Liang dan Pang Tong.[Sanguozhi zhu 7] Xu Shu yang sangat dihormati Liu Bei juga merekomendasikan Zhuge Liang dengan menyatakan bahwa Zhuge Liang adalah Naga Tidur yang dimaksud Sima Hui.[Sanguozhi 7] Liu Bei meminta kepada Xu Shu untuk mengadakan pertemuan dengan Zhuge Liang namun Xu Shu menyarankan bahwa Liu Bei harus bertemu dengannya secara pribadi.[Sanguozhi 8]

Tiga Kunjungan Liu Bei

Lukisan Kongming Meninggalkan Pegunungan (detail, dinasti Ming), menggambarkan Zhuge Liang (kiri, menunggang kuda) meninggalkan tempat peristirahatan pedesaannya untuk mengabdi pada Liu Bei (kanan, menunggang kuda)

Sanguozhi mencatat bahwa Liu Bei mengunjungi Zhuge Liang sebanyak tiga kali.[Sanguozhi 9] Zizhi Tongjian mencatat bahwa tiga kunjungan tersebut terjadi pada tahun 207.[12] Chen Shou juga mencatat tiga kunjungan tersebut dalam biografi tentang Zhuge Liang yang ditambahkan ke memoar yang disusun Chen Shou.[Sanguozhi 10]

Dalam tiga pertemuan tersebut, Liu Bei dan Zhuge Liang mendiskusikan mengenai kondisi politik Dinasti Han dan Liu Bei meminta saran dari Zhuge Liang mengenai bagaimana caranya untuk mengalahkan para penguasa dan membangkitkan kembali Dinasti Han yang sekarat.[Sanguozhi 11] Zhuge Liang menjelaskan Rencana Longzhong kepada Liu Bei, dimana ia menerawang visi dimana Dinasti Han akan terbagi menjadi tiga di antara Liu Bei, Cao Cao dan Sun Quan. Menurut rencana tersebut, Liu Bei harus merebut kekuasaan Provinsi Jing (sekarang wilayah Hubei dan Hunan modern) dari Liu Biao dan Provinsi Yi (yang mencakupi wilayah Sichuan dan Chongqing) dari Liu Zhang untuk membentuk sebuah pondasi kokoh untuk membangkitkan kembali Dinasti Han di barat daya. Liu Bei kemudian harus membentuk aliansi dengan Sun Quan yang memerintah Tiongkok Timur untuk melawan Cao Cao yang menguasai wilayah utara dan ibukota Han, Luoyang dan Chang'an.[Sanguozhi 12]

Setelah pertemuan itu, Liu Bei memohon Zhuge Liang untuk bergabung kepadanya dan memintanya untuk merealisasikan rencana tersebut bersama-sama demi menegakkan kembali Dinasti Han. Zhuge Liang yang terharu kepada keikhlasan dan kemurnian hati Liu Bei yang setiap kali terus memikirkan nasib rakyat pada zaman peperangan tersebut menyatakan ketersediaannya untuk menghambakan diri kepada Liu Bei. Sejak itu, keduanya sering rapat bersama dan menjadi teman dekat, membuat Guan Yu dan Zhang Fei kecewa. Liu Bei menyadari dan menasihati kedua saudara angkatnya "Sekarang karena saya memiliki Kongming, saya merasa seperti seekor ikan yang menemukan air. Saya harap kalian berdua tidak melontarkan komentar yang tidak menyenangkan". Guan Yu dan Zhang Fei berhenti mengeluh sejak itu.[Sanguozhi 13]

Pembentukan Aliansi Sun-Liu (208-209)

Evakuasi Liu Bei ke Xiakou

Peta pertempuran Changban

Pada musim gugur 208,[12] tidak lama sebelum Liu Biao wafat, Cao Cao melancarkan kampanye selatan untuk menguasai Provinsi Jing. Saat ia mencapai Xiangyang, putra bungsu Liu Biao, Liu Cong yang menggantikan ayahnya sebagai gubernur, menyerah tanpa perlawanan kepada Cao Cao. Setelah mendengarkan berita penyerahan tersebut, Liu Bei melakukan evakuasi pasukan berserta rakyat dari Fancheng menuju Xiakou yang diduduki oleh putra sulung Liu Biao, Liu Qi. Sepanjang perjalanan, pasukan Cao Cao berhasil mengejar pengungsi Liu Bei dan mengalahkannya di Pertempuran Changban. Dengan hanya beberapa pengikut, Liu Bei berhasil kabur dan selamat sampai di Xiakou. Sesampai disana, Liu Bei mengutus Zhuge Liang untuk bertemu dengan Sun Quan untuk membahas aliansi melawan Cao Cao.[12][Sanguozhi 14]

Bertemu Sun Quan

Saat itu, Sun Quan berada di Chaisang (柴桑; barat daya dari kota Jiujiang, Jiangxi moderen) dan mengamati secara dekat mengenai apa yang terjadi di Provinsi Jing.[Sanguozhi 15] Saat Zhuge Liang bertemu dengan Sun Quan, ia berkata:

Negara sedang mengalami kekacauan. Jenderal, Anda mengangkat tentaramu dan menguasai Jiangdong, sementara Liu Bei mengumpulkan pasukan di bagian selatan Sungai Han. Kalian berdua sedang bersiap untuk bersaing dengan Cao Cao untuk menguasai seluruh Tiongkok. Sekarang, Cao Cao telah menyelesaikan ancaman internalnya, kurang lebih sudah mengamankan wilayahnya, dan sekarang memimpin pasukannya selatan untuk menguasai Provinsi Jing. Kekaisaran gemetar karena kekuatannya. Seorang pahlawan tanpa kesempatan untuk menunjukkan kehebatannya, Liu Bei telah mundur ke sini. Saya harap Anda, Jenderal, menilai kekuatan Anda dengan cermat dan memutuskan tindakan selanjutnya. Jika Anda memutuskan untuk memimpin pasukan Anda dari wilayah Wu dan Yue untuk melawan kekuatan pusat, Anda harus cepat memutuskan hubungan [dengan Cao Cao]. Jika Anda tidak bisa melawannya, kenapa tidak Anda meletakkan senjatamu, lepaskan baju bajamu, posisikan dirimu sebagai bawahan, dan layani dia? Jendral, walaupun dari penampilanmu Anda tampak siap untuk berjanji setia pada Cao Cao, dalam hatimu kau masih menyimpan pemikiran tentang kebebasan. Jika Anda tidak bisa mengambil keputusan pada saat genting seperti itu, tidak akan ada waktu lagi sampai Anda menemui bencana![Sanguozhi 16]

Saat Sun Quan bertanya kenapa Liu Bei tidak menyerah kepada Cao Cao, Zhuge Liang menjelaskan:[Sanguozhi 17]

Tian Heng hanyalah seorang prajurit dari negara Qi, tetapi ia tetap setia kepada negaranya dan tidak menyerah. Bukankah kita seharusnya berharap lebih kepada Liu Bei, seorang keturunan keluarga kekaisaran Han? Heroisme dan bakatnya sudah dikenal sedunia. Tuan-tuan dan rakyat jelata semuanya menghormati dan mengaguminya. Seperti aliran sungai yang kembali ke laut; Seperti pergolakan dalam urusan zaman kita, inilah kehendakan Tuhan. Bagaimana dia bisa mengabaikan hal itu dan melayani Cao Cao?

Sun Quan yang geram mendengarkan pernyataan Zhuge Liang kemudian menyatakan bahwa ia tidak akan membiarkan siapapun selain dirinya untuk menguasai wilayah dan rakyat Wu. Sun Quan kembali bertanya bagaimana cara Liu Bei mengalahkan Cao Cao walaupun dengan kekalahan berat di Pertempuran Changban. Zhuge Liang kembali menjawab:[Sanguozhi 18]

Pasukan Liu Bei mungkin saja kalah di Changban, tetapi sekarang banyak prajurit yang ditelantarkan pada pertempuran itu perlahan-lahan kembali ke dia, dan juga 10,000 pasukan elit marinir yang dipimpin Guan Yu, bergabung dengan pasukan bawahan Liu Qi sebesar 10,000 di Jiangxia. Pasukan Cao Cao telah berjalan jauh dan sudah lelah. Saya dengar bahwa kavaleri ringannya telah berjalan sebanyak 300 li dalam 24 jam untuk mengejar Liu Bei. Ini cocok dengan pepatah: 'bahkan sebuah panah kuat di akhir penerbangannya tidak bisa tembus sebuah kain sutra dari Lu'. Pertempuran seperti ini seharusnya dihindari menurut strategi militer yang menyatakan bahwa "ini akan menghasilkan kekalahan yang pasti untuk komandannya". Orang utara juga tidak begitu familiar dengan perang di perairan. Walaupun rakyat Provinsi Jing telah menyerah kepada Cao Cao, mereka dipaksa untuk bertekuk lutut dan tidak sepenuhnya loyal kepada Cao Cao. Sekarang, Jenderal, jika Anda mengirimkan jenderal-jenderal hebatmu untuk memimpin barisan depanmu yang luas agar dapat satukan tujuan dan bergabung dengan Liu Bei, maka kekalahan Cao Cao bisa dipastikan. Begitu kalah, Cao Cao akan terpaksa kembali ke utara, dan Provinsi Jing dan Wu akan bertahan kokoh seperti kaki tungku perunggu raksasa. Pemicu kemenangan dan kekalahan bergantung kepada Anda hari ini.

Rekomendasi Zhang Zhao

Yuanzi karya Yuan Zhun mencatat bahwa ketika Zhuge Liang berada di Chaisang, Zhang Zhao merekomendasikan agar dia mengalihkan kesetiaan dari Liu Bei ke Sun Quan, tetapi Zhuge Liang menolak. Ketika Zhang Zhao menanyakan alasannya, Zhuge Liang berkata, "[Sun Quan] adalah pemimpin yang baik. Namun, dari apa yang saya amati tentang karakternya, dia akan memanfaatkan kemampuan saya dengan baik tetapi tidak sepenuhnya. Itu adalah kenapa aku tidak ingin mengabdi di bawahnya."[Sanguozhi zhu 8]

Pei Songzhi mencatat betapa berbedanya episode ini menggambarkan hubungan khusus dan sui generis Zhuge Liang dengan Liu Bei, dan menunjukkan bahwa kesetiaannya kepada Liu Bei begitu kuat sehingga tidak ada yang akan membuatnya beralih kesetiaan kepada Sun Quan— bahkan jika Sun Quan dapat mewujudkannya sepenuhnya. penggunaan kemampuannya. Pei Songzhi kemudian mengutip contoh serupa tentang bagaimana Guan Yu, selama pelayanan singkatnya di bawah Cao Cao, mempertahankan kesetiaan yang tak tergoyahkan kepada Liu Bei meskipun Cao Cao memperlakukannya dengan sangat murah hati.[Sanguozhi zhu 9]

Pertempuran Chibi

Pertempuran Tebing Merah, dan mundurnya Cao Cao. Lokasi medan perang ditandai di lokasi dekat Kota Chibi; lihat Lokasi Tebing Merah.

Sun Quan yang awalnya tidak setuju dengan proposal aliansi dengan Liu Bei kemudian melakukan serangkaian konsultasi dengan Zhou Yu dan Lu Su yang condong pro-aliansi. Sun Quan akhirnya menyetujui proposal Zhuge Liang dan mengerahkan 30,000 pasukan yang dipimpin Zhou Yu, Lu Su dan Cheng Pu untuk bergabung dengan Liu Bei dan Liu Qi untuk melawan invasi Cao Cao.[Sanguozhi 19] Sun Quan dan Liu Bei berhasil memenangkan pertempuran yang penting tersebut di Pertempuran Chibi. Cao Cao kemudian mundur ke Ye (sekarang Handan, Hebei) setelah kekalahannya.

Konsolidasi wilayah Provinsi Jing bagian selatan (209-211)

Setelah Pertempuran Tebing Merah, Liu Bei menominasikan Liu Qi sebagai Inspektur Provinsi Jing dan mengirim pasukannya untuk menaklukkan empat kabupaten di selatan Provinsi Jing: Wuling (武陵; dekat Changde, Hunan), Changsha, Guiyang (桂陽; dekat Chenzhou, Hunan) dan Lingling (零陵; dekat Yongzhou, Hunan). Para bupati keempat kabupaten tersebut menyerah kepada Liu Bei. Setelah Liu Qi meninggal pada tahun 209, atas saran Lu Su, Sun Quan setuju untuk "meminjamkan" wilayah di Provinsi Jing kepada Liu Bei dan mencalonkannya untuk menggantikan Liu Qi sebagai Gubernur Provinsi Jing.

Setelah menjadi gubernur Provinsi Jing selatan pada tahun 209, Liu Bei menunjuk Zhuge Liang sebagai Penasihat Militer Jenderal Rumah Tangga (軍師中郎將) dan menugaskannya untuk mengumpulkan pendapatan pajak dari komando Lingling, Guiyang, dan Changsha untuk pasukan militernya.[Sanguozhi 20] Selama masa ini, Zhuge Liang ditempatkan di Kabupaten Linzheng (臨烝縣; sekarang Hengyang, Hunan) di Changsha.[Sanguozhi zhu 10]

Penobatan Liu Bei (214-223)

Liu Bei mendeklarasikan dirinya sebagai raja, portret di Galeri Panjang di Istana Musim Panas, Beijing

Pada akhir tahun 220, beberapa bulan setelah kematian Cao Cao, putra dan penerusnya Cao Pi merebut tahta Kaisar Xian, mengakhiri Dinasti Han Timur, dan mendirikan negara Wei dengan dirinya sebagai kaisar baru. Peristiwa ini menandai dimulainya periode Tiga Kerajaan di Tiongkok.[13] Pengikut Liu Bei meminta agar Liu Bei mendeklarasikan dirinya sebagai Kaisar untuk melawan legitimasi Cao Pi, tetapi Liu Bei sering kali menolak.[Sanguozhi 21]


Zhuge Liang menulis kepada Liu Bei untuk membujuknya:

Di masa lalu, saat Wu Han, Geng Yan dan yang lain membujuk Kaisar Guangwu untuk menduduki tahta kaisar, ia menolak sebanyak empat kali. Geng Chun kemudian berkata kepadanya: "Pata pahlawan dunia ini membutuhkan udara segar, mengharapkan apapun yang bisa diharapkan. Jika anda tidak mendengarkan pengikutmu, maka mereka akan mencari majikan lain dan tidak ada yang akan mengikutimu." Kaisar Guangwu merasa pernyataan Geng Chun sebagai pernyataan yang benar jadi ia akhirnya menerima tahta kaisar. Sekarang, keluarga Cao telah merebut tahta kaisar secara tidak sah, dan Tiongkok tidak memiliki kepala negara. Yang Mulia[b], dari keluarga kekaisaran Liu yang agung, Anda telah bangkit untuk mengatasi zaman. Tindakan yang tepat bagimu adalah mengambil posisi sebagai Kaisar. Pengikutmu akan mengikuti Yang Mulia di saat yang sangat sulit dan usaha yang besar karena mereka juga mengharapkan kesuksesan kecil, seperti apa yang dikatakan Geng Chun.[Sanguozhi 22]

Pada 221, Liu Bei akhirnya mendeklarasikan dirinya sebagai Kaisar Zhaolie dan membentuk Shu Han sebagai penerus Dinasti Han. Ia menunjuk Zhuge Liang sebagai kanselir agung (丞相) melalui titah berikut:

Karena kemalangan keluarga kami yang bangkrut, kami telah diangkat ke jabatan yang memiliki otoritas besar. Dengan hati-hati kita mendekati upaya besar ini, tidak pernah berani menganggap enteng atau tenteram, memikirkan kebutuhan masyarakat, tetapi kita takut diri kita sendiri tidak mampu membawa kedamaian bagi mereka. Maka! Kanselir Kekaisaran Zhuge Liang akan memahami niat kami, tanpa kenal lelah memperbaiki kekurangan kami, dan membantu menyebarkan cahaya kebajikan kami, sehingga dapat menerangi seluruh Tiongkok. Tuan, karena itu Anda diperintahkan untuk melakukannya![Sanguozhi 23]

Zhuge Liang juga memegang penunjukan tambahan Lu Shangshu Shi (錄尚書事), Pengawas Sekretariat Kekaisaran, dan memiliki wewenang penjabat penuh kekaisaran. Setelah kematian Zhang Fei pada pertengahan tahun 221,[13] Zhuge Liang mendapat penunjukan tambahan sebagai Kolonel-Direktur Pengikut (司隷校尉), yang sebelumnya dipegang oleh Zhang Fei.[Sanguozhi 24]

Penunjukkan sebagai Wali Penguasa (223)

Setelah kekalahannya di Pertempuran Xiaoting di 222,[13] Liu Bei mundur ke Kecamatan Yong'an dan menderita sakit kronis pada awal 223.[Sanguozhi 25] Ia memanggil Zhuge Liang dari Chengdu dan berkata; "Tuan, Anda 10 kali lebih hebat dibandingkan Cao Pi. Kamu tentu bisa membawa perdamaian di seluruh kekaisaran dan menyelesaikan misi hebat kita. Jika penerus saya bisa dibantu, maka bantulah dia; Jika ia ternyata bodoh, kamu boleh menentukan apa yang akan kamu lakukan."[Sanguozhi 26]

Zhuge Liang dengan air mata yang berlinang menjawab: "Saya akan melakukan apapun yang bisa saya lakukan dengan kesetiaan penuh hingga wafat". [Sanguozhi 27] Liu Bei kemudian berpesan kepada Pangeran Mahkota Liu Shan, putra dan penerusnya: "Jika kamu bekerja sama dengan Kanselir Kekaisaran Zhuge Liang, perlakukanlah dia seperti Ayahmu".[Sanguozhi 28] Liu Bei kemudian menunjuk Zhuge Liang sebagai wali Liu Shan, dan Li Yan sebagai wakil wali. Liu Bei wafat pada 10 Juni 223.[Sanguozhi 29]

Perintah terakhir Liu Bei terhadap Zhuge Liang diterjemah secara literal sebagai "kamu boleh mengambil keputusan sendiri" (君可自取) kedengaran ambigu. Chen Shou berkomentar bahwa Liu Bei memercayai Zhuge Liang sepenuhnya dan memperbolehkan dia untuk mengasumsi kekuasaan. Yi Zhongtian dalam "Analisis Tiga Kerajaan" menyajikan beberapa interpretasi atas pesan Liu Bei. Beberapa interpretasi menyatakan bahwa perintah ini adalah ujian kepada Zhuge Liang karena kakaknya Zhuge Jin bekerja untuk Sun Quan. Yang lain berkomentar bahwa frasa ambigu tersebut tidak berarti Zhuge Liang diizinkan naik takhta untuk dirinya sendiri, tetapi ia diizinkan, ketika situasinya menuntut, untuk menggantikan Liu Shan dengan di antara dua anak Liu Bei lainnya, yakni Liu Yong dan Liu Li.

Setelah kematian Liu Bei, Liu Shan naik takhta dan menggantikan ayahnya sebagai kaisar Shu. Setelah penobatannya, Liu Shan mengangkat Zhuge Liang sebagai Marquis Distrik Wu (武鄉侯) dan membentuk staf pribadi untuk membantunya. Kemudian, Zhuge Liang mendapat penunjukan tambahan sebagai Gubernur Provinsi Yi (益州牧). Dia secara pribadi mengawasi semua urusan negara dan mengambil keputusan terakhir dalam semua keputusan kebijakan.

Ketika pemberontakan pecah di wilayah Nanzhong di Shu selatan, Zhuge Liang tidak segera mengambil tindakan militer untuk menekan pemberontakan tersebut karena menurutnya hal itu tidak pantas dilakukan mengingat kematian Liu Bei baru-baru ini. Pada akhir tahun 223, ia mengirim Deng Zhi sebagai duta besar Shu ke Wu Timur untuk berdamai dan membangun kembali aliansi Wu–Shu melawan Cao Wei.

Pada masa pemerintahannya, Zhuge Liang menetapkan tujuan Shu sebagai pemulihan Dinasti Han, melanjutkan tujuan Liu Bei. Dia menunjuk sejumlah besar elit lokal sebagai pejabat tingkat rendah, meningkatkan hubungan antara birokrasi penaklukan Liu Bei, elit lokal, dan masyarakat Shu.

Menolak tunduk kepada Wei (223-225)

Tidak lama setelah menjadi penjaga bagi Liu Shan, Zhuge Liang menerima beberapa surat dari pejabat Cao Wei, termasuk dari Hua Xin, Wang Lang, Chen Qun, Xu Zhi dan Zhuge Zhang yang meminta agar Shu menyerah dan menjadi bagian dari Dinasti Wei. Zhuge Liang mengeluarkan sebuah pesan yang bernama Zheng Yi (正議; "Dorongan untuk Bertindak Perbaikan") yang bernada berikut:

Pada masa lalu, Xiang Yu tidak tidak bertindak berdasarkan kebajikan, jadi meskipun ia mendominasi Huaxia dan memiliki kekuatan untuk menjadi kaisar, ia meninggal dan direbus menjadi sup. Kejatuhannya telah menjadi kisah peringatan bagi banyak generasi. Wei tidak belajar dari contoh ini dan telah mengikuti jejaknya. Bahkan jika mereka memiliki keberuntungan untuk menghindarinya secara pribadi, malapetaka akan menimpa putra dan cucu mereka. Banyak dari mereka yang meminta saya untuk menyerah kepada Wei sudah berusia tua, mendorong kertas-kertas untuk melayani seorang penipu.

Mereka seperti Chen Chong dan Sun Song, yang menjilat Wang Mang, bahkan mendukungnya dalam perebutan tahta, namun berusaha menghindari hukuman mereka. Ketika Kaisar Guangwu membabat habis akar mereka, beberapa ribu prajuritnya yang lemah bangkit untuk menghancurkan pasukan ekspedisi Wang Mang yang berjumlah 400.000 orang di luar Kunyang. Ketika menegakkan Jalan dan menghukum orang jahat, jumlah tidaklah penting.

Begitu pula dengan Cao Cao, dengan segala kelicikan dan kekuatannya. Ia mengerahkan ratusan ribu pasukan untuk menyelamatkan Zhang He di Yanping, yang kekuatannya telah menyusut dan pilihan-pilihannya patut disesalkan. Setelah hampir tidak dapat melarikan diri, Cao Cao mempermalukan pasukannya yang gagah berani, dan menyerahkan wilayah Hanzhong kepada Liu Bei. Baru pada saat itulah Cao Cao menyadari bahwa Bejana Ilahi dari otoritas kekaisaran bukanlah sesuatu yang dapat diambil sesuka hati. Sebelum ia dapat menyelesaikan perjalanan pulang, niat jahatnya membunuhnya dari dalam. Cao Pi sangat ahli dalam kejahatan, yang ia tunjukkan dengan merebut takhta.

Andaikan mereka yang meminta penyerahanku sama fasih dan persuasifnya seperti Su Qin dan Zhang Yi, bahkan sampai memiliki kefasihan seperti Huan Dou yang dapat menipu Langit itu sendiri. Jika mereka ingin memfitnah Kaisar Tang dan mengkritisi Yu dan Hou Ji, mereka hanya akan menyia-nyiakan kemampuan mereka dengan meneteskan tinta yang tidak berguna dari kuas yang terlalu banyak digunakan. Ini adalah sesuatu yang tidak akan dilakukan oleh pria sejati atau pria Konfusianis.

Perintah Militer mengatakan: "Dengan 10.000 orang yang rela mati, Anda dapat menaklukkan dunia." Jika di masa lalu Huang Di – seluruh pasukannya berjumlah sekitar 50.000 orang – menguasai setiap wilayah dan menstabilkan seluruh dunia, betapa lebih hebat lagi jika dibandingkan dengan jumlah sepuluh kali lipatnya, yang memegang Jalan yang benar, berdiri di atas para penjahat ini?[Sanguozhi zhu 11]

Kampanye Selatan (225-227)

Kampanye Selatan Zhuge Liang

Zhuge Liang ingin memimpin pasukan Shu secara pribadi dalam kampanye selatan ke wilayah Nanzhong untuk menumpas pemberontakan yang meletus pada tahun 223, sekaligus untuk menenangkan dan mendapatkan kesetiaan suku-suku Nanman yang tinggal di sana. Wang Lian, kepala juru tulis Zhuge Liang, sangat menentang keikutsertaan atasannya dalam kampanye tersebut karena terlalu berbahaya. Ia berpendapat bahwa mengingat status penting Zhuge Liang di Shu, ia seharusnya tidak melakukan usaha berisiko seperti itu. Namun, Zhuge Liang bersikeras untuk memimpin kampanye tersebut secara pribadi karena ia khawatir tidak ada jenderal Shu yang cukup kompeten untuk menghadapi para pemberontak sendirian.[Sanguozhi 30] Penasehatnya, Ma Su, menyarankan Zhuge Liang untuk berperang mengunakan peperangan psikologis dengan memenangkan hati rakyat di Nanzhong agar tidak ada pemberontakan yang meletus pada kedepannya. Zhuge Liang menerima saran Ma Su.[14]

Pada musim semi 225, Zhuge Liang memimpin pasukan ke Nanzhong. Ia mengalahkan pemimpin pemberontak Yong Kai (雍闓), Gao Ding (高定) dan Zhu Bao (朱褒), serta mengamankan tiga komando Jianning (建寧; sekitar Qujing, Yunnan), Yuexi/Yuesui (越巂; sekitar Xichang, Sichuan) dan Zangke (牂柯; sekitar Guiyang atau Fuquan, Guizhou).[14] Setelah itu, Zhuge Liang mengambil perhatian ke Meng Huo, seorang kepala suku lokal yang mendukung para pemberontak. Zhuge Liang mengetahui bahwa Meng Huo adalah tokoh adat yang sangat dihormati warga pribumi serta warga Han lokal disana, jadi Zhuge Liang memutuskan hanya menangkapnya hidup-hidup dan melepaskannya setiap kali Meng Huo ditangkap. Pada penangkapan pertamanya, Zhuge Liang memperlakukan Meng Huo seperti tamu dan mengajaknya berkeliling di bentengnya. Saat melepaskannya, Zhuge Liang bertanya kepada Meng Huo mengenai pasukannya. Meng Huo menjawab, "Sebelum ini, saya tidak tahu apa-apa mengenai pasukanmu makanya saya kalah. Sekarang karena kamu membawa saya melihat pasukanmu, saya mengetahui kondisi pasukanmu dan saya yakin saya akan menang dengan mudah". Zhuge Liang ketawa, melepaskan Meng Huo dan mempersilakannya kembali berperang melawannya. Meng Huo ditangkap sebanyak tujuh kali. Pada kali ketujuh, Meng Huo menyerah kepada Zhuge Liang dan berkata kepadanya, "Tuanku, dengan Surga sebagai saksi, rakyat selatan bersumpah tidak akan memberontak kembali." Zhuge Liang kemudian menuntun pasukannya ke Danau Dian dalam kemenangan.[Sanguozhi zhu 12] Wilayah Nanzhong secara keseluruhan telah diamankan pada musim gugur 225.[Sanguozhi 31]

Sebelum menarik pasukan, Zhuge Liang berkata kepada Meng Huo dan pemimpin lokal lainnya bahwa ia hanya ingin mereka membayar upeti berupa emas, perak, sapi, kuda perang, dan lain-lain. Ia juga menunjuk penduduk setempat seperti Li Hui dan Lü Kai untuk bertugas sebagai administrator komando yang baru, sementara para pemimpin lokal dan kepala suku diizinkan untuk terus memerintah rakyat dan suku mereka masing-masing.[14] Setelah kampanye selatan, negara Shu menjadi lebih makmur karena wilayah Nanzhong menjadi sumber pendanaan dan pasokan yang stabil bagi militer Shu. Di bawah arahan Zhuge Liang, militer Shu juga mulai melatih tentara, menimbun senjata dan sumber daya, dll., sebagai persiapan untuk kampanye mendatang melawan musuh mereka, Wei.[Sanguozhi 32]

Ekspedisi Utara

Memberikan Chu Shi Biao

Chu Shi Biao Lama, diukir di Kuil Marquis Wu di Chengdu, Sichuan

Pada tahun 227, Zhuge Liang memerintahkan pasukan dari seluruh Shu untuk dimobilisasi dan berkumpul di Komando Hanzhong dalam persiapan untuk kampanye militer skala besar melawan Cao Wei. Sebelum berangkat, ia menulis sebuah memorabilia, yang disebut Chu Shi Biao ("memorial tentang alasan untuk berperang"), dan menyerahkannya kepada Liu Shan. Memorabilia tersebut, antara lain, berisi alasan Zhuge Liang untuk melakukan kampanye melawan Wei dan nasihat pribadinya kepada Liu Shan tentang masalah pemerintahan.[Sanguozhi 33] Setelah Liu Shan menyetujuinya, Zhuge Liang memerintahkan pasukan Shu untuk ditempatkan di Mianyang (沔陽; sekarang Kabupaten Mian, Shaanxi).[Sanguozhi 34]

Dataran Wuzhang

Tahun 229, Zhuge Liang kembali mengambil alih komando perang, kali ini di Chen Cang. Chen Cang yang merupakan daerah Wei yang dilindungi oleh Sima Yi. Lagi-lagi perang antara Zhuge Liang dan Sima Yi terjadi. Alhasil, walaupun Chen Cang yang terutama gerbang utamanya itu sangat terlindungi, tetapi dengan segala perlengkapan berat Shu, Chen Cang akhirnya jatuh ke tangan Zhuge Liang.

Perang besar utara ini tak berakhir sampai di Chen Cang, tetapi Zhuge Liang meneruskannya sampai ke dataran Wu Zhang. Pada awal kedatangan Shu ke daerah ini, Zhuge Liang sudah jatuh sakit dan berita ini sampai ke Sima Yi. Sebelum mulai perang terbuka, Zhuge Liang mengirimkan surat kepada kaisar Wu, Sun Quan, meminta untuk menyerang Wei dengan harapan Wei akan kekurangan pasukan ketika melawan Shu di Wu Zhang nanti. Kerajaan Wu meluluskan permintaan tersebut namun tidak dengan sepenuh hati dikarenakan hanya untuk menghargai aliansi Wu-Shu. Wu yang akhirnya menyerang istana He Fei milik Wei malah mengalami kekalahan. Tapi bagaimanapun perang di Wu Zhang harus tetap dimulai. Akhirnya pada tahun 234 AD Zhuge Liang mengumumkan perang terbuka terhadap Wei yang dikomandani oleh Sima Yi. Walaupun sakit, Zhuge Liang tetap mengomando pasukan Shu sampai akhirnya dia wafat ketika perang belum berakhir. Komando pasukan Shu diambil alih oleh Jiang Wei. Jiang Wei memerintahkan untuk menutupi kematian Zhuge Liang dari Wei. Namun Sima Yi yang merasakan keganjilan akan strategi yang Shu pakai berkesimpulan kalau Zhuge Liang sudah wafat. Dengan kesimpulan tersebut, dia membuat tentara Wei makin bersemangat dan membuat Jiang Wei harus mundur kembali ke Shu Han. Dan setelah perang berakhir, Sima Yi pergi ke sisa-sisa perkemahan Shu dan menganugerahi Zhuge Liang sebagai ’the greatest mind under heaven’

Kematian Zhuge Liang menjadi awal kemunduran bangsa Shu yang akhirnya menyerah kepada Wei pada tahun 263 AD (sekitar 30 tahun setelah Zhuge Liang wafat). Pada tahun 265 AD menteri negara Wei bernama Sima Yan (cucu dari Sima Yi) merebut kekuasaan dari keluarga Cao dan mendirikan negara Jin. Akhirnya pada tahun 280 AD Cina resmi dipersatukan di bawah Dinasti Jin yang akan berkuasa selama lebih dari 150 tahun berikutnya.

Kebesaran Zhuge Liang menyebabkannya digelari salah satu dari 6 perdana menteri terbesar dalam sejarah Tiongkok.

Penguburan dan penghargaan anumerta

Patung Zhuge Liang di Kuil Marquis Wu di Chengdu, Sichuan

Sebelum kematiannya, Zhuge Liang menyatakan bahwa ia ingin jasadnya dikubur secara sederhana di Gunung Dingjun dan kuburannya hanya cukup besar untuk peti matinya. Ia ingin dikubur dengan pakaian yang ia pakai saat ia wafat dan tidak mau dikubur dengan ornamen atau barang dekoratif apapun.[Sanguozhi 35] Liu Shan menerbitkan sebuah dekrit dan memuliakan Zhuge Liang, memberikan gelar kehormatan "Marquis Zhongwu" (忠武侯).[Sanguozhi 36]

Zhuge Liang pernah menulis sebuah pesan wasiat kepada Liu Shan dan berpegang teguh kepada janjinya hingga saat ia meninggal:[Sanguozhi 37]

(Saya memiliki) 800 pohon murbai dan 15 qing lahan pertanian di Chengdu, dan keluarga saya hidup bercukupan untuk makan dan berpakaian. Saat saya sedang keluar (dari Chengdu) untuk menjalankan tugas, saya tidak memakai biaya lebih. Saya hanya bergantung pada gaji saya untuk pengeluaran pribadi. Saya tidak mendirikan sebuah perusahaan sendiri untuk menambahkan pendapatan tambahan. Jika pada saya meninggal saya masih memiliki kain sutra dan uang lebih, maka saya benar benar mengecewakan Yang Mulia.[Sanguozhi 38]

Pada musim gugur 263 saat Penaklukan Shu oleh Wei, jenderal Wei Zhong Hui melewati kuil Zhuge Liang di Mianyang di perjalanan dan memberi hormat kepada kuburan Zhuge Liang. Ia memerintah pasukannya untuk tidak bertani dan menebang pohon disekitar kuburan Zhuge Liang di Gunung Dingjun.[Sanguozhi 39]

Keluarga Zhuge Liang

  • Zhuge Gui
    • Zhuge Jin
      • Zhuge Ke
        • Zhuge Zhuo
        • Zhuge Song
        • Zhuge Jian
      • Zhuge Qiao
      • Zhuge Rong
    • Zhuge Liang
      • Zhuge Qiao (adopsi)
        • Zhuge Pan
          • Zhuge Xian
      • Zhuge Zhan
        • Zhuge Shang
        • Zhuge Jing
    • Zhuge Jun
  • Zhuge Xuan

Zhuge Luo

Istri

Zhuge Liang menikah dengan Huang Yueying, putri dari Huang Chengyan, seorang sarjana penyendiri yang tinggal di selatan Sungai Han. Xiangyang Ji (襄陽記) mencatat bahwa Huang Chengyan pernah bertanya kepada Zhuge Liang, "saya dengar Anda sedang mencari seorang istri. Saya memiliki seorang putri yang jelek dengan rambut kuning dan kulit gelap, tetapi bakatnya cocok dengan Anda". Saat itu, ada pepatah di desa tersebut, "Jangan seperti Kongming saat memilih istri. Ia berakhir dengan putri jelek [Huang Chengyan]".[Sanguozhi zhu 13] Huang Yueying hanya sebuah nama budaya populer, nama aslinya tidak dicatat dalam sejarah.

Anak

  • Zhuge Qiao (諸葛喬; 199–223), keponakan dan anak angkat Zhuge Liang. Karena awalnya Zhuge Liang tidak mempunyai anak kandung, ia mengadopsi anak kedua dari kakaknya Zhuge Jin sebagai anaknya sendiri. Zhuge Qiao mengabdi sebagai perwira militer Shu Han dan meninggal muda.[Sanguozhi 40]
  • Zhuge Zhan (諸葛瞻; 227–263), putra pertama Zhuge Liang yang bekerja sebagai perwira militer Shu Han dan menikahi putri Kaisar Liu Shan. Ia gugur di pertempuran pada 263 saat Invasi Wei ke Shu.[Sanguozhi 41]
  • Zhuge Huai (諸葛懷), putra ketiga Zhuge Liang. Ia hanya disebutkan dalam Silsilah Keluarga Zhuge (諸葛氏譜) yang dikutip dalam terbitan tahun 1960 Kumpulan Karya Zhuge Liang (諸葛亮集). Pada 269 saat Dinasti Jin, Kaisar Wu memanggil seluruh keturunan pejabat terkemuka Dinasti Han (seperti Xiao He dan Cao Shen dsb) untuk diberikan gelar kehormatan untuk mereka. Saat keturunan Zhuge Liang tidak hadir, Kaisar Wu memerintah pejabat untuk mencari keturunan Zhuge Liang. Mereka menemukan Zhuge Huai di Chengdu dan membawanya ke hadapan Kaisar Wu. Zhuge Huai menolak gelar bangsawan yang diberikan oleh Kaisar Wu karena ia merasa puas dengan harta kekayaan yang dimilikinya saat itu. Kaisar Wu tersentuh mendengarkan alasan Zhuge Huai dan tidak memaksanya untuk menerima gelar kehormatan tersebut.[15]

Cucu dan cicit

Sepupu lainnya

  • Zhuge Dan (諸葛誕; wafat 258), sepupu Zhuge Liang, bertugas di Cao Wei sebagai jenderal militer berpangkat tinggi pada pertengahan periode Tiga Kerajaan. Antara tahun 257 dan 258, ia memulai pemberontakan di Shouchun melawan Bupati Wei, Sima Zhao, tetapi akhirnya dikalahkan dan dibunuh.[Sanguozhi 44]

Di Kisah Tiga Negara

Dalam Kisah Tiga Negara karya Luo Guanzhong, Zhuge Liang diwatak sebagai seorang strategis yang brilian yang bisa melakukan hal fantastis yang mirip seperti sihir seperti memanggil angin atau membuat labirin batu.

Ada beberapa bagian di cerita dimana kisah nyatanya tidak bisa dibedakan dengan kisah fiksi. Secara minimal, Siasat Pengosongan Kota didasarkan pada catatan sejarah, meskipun tidak dikaitkan dengan Zhuge Liang secara historis. Bagi masyarakat Tiongkok, pertanyaan ini sebagian besar tidak relevan, karena pengetahuan Zhuge Liang dipandang sebagai dalang, yang teladannya terus mempengaruhi banyak lapisan masyarakat Tiongkok. Mereka juga berpendapat, bersama dengan The Art of War karya Sun Tzu, masih sangat mempengaruhi pemikiran strategis, militer, dan keseharian Tiongkok modern.[16]

Di karya terjemahan oleh Moss Roberts, deskripsi fisik Zhuge Liang dideskripsikan sebagai berikut:

Kongming terlihat luar biasa tingginya, dengan wajah seperti batu giok berkilauan dan pita sutra yang dianyam di sekeliling kepalanya. Dengan mengenakan jubah bangau, dia memiliki aura spiritual yang transenden.

Teks asli Tiongkok dalam novel tersebut menyebutkan bahwa Zhuge Liang mengenakan guanjin (綸巾; sejenis topi) dan hechang (鶴氅; jubah yang biasa dikenakan oleh penganut Tao).[17]

Pertempuran Bowang

Secara historis Zhuge Liang tidak terlibat dalam pertempuran ini, namun di Kisah Tiga Negara pertempuran ini adalah sebuah perkenalan bagi pembaca terhadap sebagaimana pintarnya Zhuge Liang di bidang militer. Saat mendengarkan bahwa Cao Cao mengirimkan 100,000 pasukan dibawah komando Xiahou Dun untuk menyerang Liu Bei. Zhuge Liang memberikan siasat namun Zhang Fei dan Guan Yu enggan menuruti rencana Zhuge Liang. Maka Zhuge Liang meminta kepada Liu Bei untuk meminjam pedang dan stempel resminya sebagai simbol otoritas dan kemudian memerintah Guan Yu dan Zhang Fei untuk masing-masing membawa 1,000 pasukan untuk melakukan penyergapan sementara memerintah Guan Ping dan Liu Feng untuk membakar kemah musuh di Bowang. Zhao Yun diperintah untuk melawan Xiahou Dun dan mengelabuinya, sementara Liu Bei diberi perintah untuk membawa pasukan bala bantuan. Zhuge Liang juga meminta Liu Bei untuk menyiapkan jamuan makanan untuk merayakan kemenangan.

Strategi Zhuge Liang mujur dan bekerja dengan baik, Xiahou Dun menang melawan Zhao Yun tetapi ia juga dibawa Zhao Yun jauh dari pasukannya sendiri. Meskipun Yu Jin dan Li Dian memeringati Xiahou Dun untuk tidak terjebak dalam siasat musuh, Xiahou Dun dengan nada egois mengejar Zhao Yun dan Liu Bei yang tidak lama kemudian membantu Zhao Yun. Ini kemudian menyebabkan Xiahou Dun terjebak karena Zhang Fei dan Guan Yu melakukan serangan api terhadap gerbong persediaan Xiahou Dun, memaksanya mundur. Setelah pertempuran tersebut, Zhang Fei dan Guan Yu berubah sikap dan mulai menghormati Zhuge Liang secara penuh.

Misi diplomatik ke Jiangdong

Zhuge Liang diutus Liu Bei untuk berunding dengan Sun Quan untuk membentuk aliansi bersamanya untuk melawan Cao Cao. Ia ditemani oleh Lu Su yang pulang membawanya ke Wu. Sampai di Jiangdong, Lu Su memperkenalkan pegawai-pegawai Sun Quan kepada Zhuge Liang. Kebanyakan dari mereka mendukung untuk menyerah kepada Cao Cao dan mereka mulai berdebat dengan Zhuge Liang yang mendiamkan mereka satu persatu. Mereka yang berdebat antara lain adalah Zhang Zhao, Yu Fan, Bu Zhi, Xue Zong, Lu Ji, Yan Jun, dan Cheng Bing. Zhang Wen dan Luo Tong juga ingin berdebat namun mereka dihentikan oleh Huang Gai yang datang menyambutnya.[18]

Lu Su kemudian memperkenalkan Zhou Yu dan ketiganya berbincang di kediaman Zhou Yu. Zhuge Liang berkata kepada Zhou Yu bahwa ia ada rencana untuk menghentikan perang dengan Cao Cao: Kirimkanlah Qiao bersaudara. Ia juga berpura-pura tidak tahu bahwa Da Qiao adalah janda Sun Ce dan Xiao Qiao adalah istri Zhou Yu. Zhou Yu menanyakan bukti kepada Zhuge Liang dan Zhuge Liang membacakan sebuah puisi yang ditulis oleh Cao Zhi dan menjelaskan dimana bait puisi yang membuktikan hasrat nafsu Cao Cao terhadap Qiao bersaudara. Hal ini menyulut emosi Zhou Yu dan mengeraskan hasratnya untuk ganyang Cao Cao.[19]

Meminjam anak panah dengan perahu jerami

Zhou Yu merasa iri dengan bakat Zhuge Liang dan ia merasa bahwa Zhuge Liang akan menjadi ancaman besar bagi Sun Quan, maka ia memikirkan cara untuk membunuh Zhuge Liang agar ia tidak menahan hasrat ambisi Sun Quan. Saat ia meminta Zhuge Liang untuk membuat sebanyak 100,000 anak panah dalam 10 hari, Zhuge Liang dengan lugu berkata bahwa ia bisa membuatnya dalam 3 hari dan berjanji ia akan dihukum mati jika gagal menunaikan janji tersebut. Zhou Yu setuju dan Zhuge Liang mengambil sumpah, tetapi sebenarnya Zhou Yu sangat bahagia karena ia merasa Zhuge Liang tidak bisa menyelesaikan tugas itu dan berharap ia akan gagal.

Pada hari ketiga, Zhuge Liang dengan bantuan Lu Su menyiapkan 20 kapal yang ditutupi oleh jerami dan dilengkapi dengan manusia jerami. Pada dini hari, mereka berlayar menuju ke kamp Cao Cao pada saat kabut tebal. Ia kemudian memerintah awak kapal untuk membunyikan gendang perang dan pasukan Cao Cao menembak anak panah menuju ke kapal jerami tersebut karena mereka tidak bisa melihat posisi musuh di kabut yang tebal ini. Anak panah yang mendarat ke tutupan jerami tersebut membuat kapal mulai karam sebelah, maka Zhuge Liang memerintah awak kapal untuk berpindah sisi agar pasukan Cao Cao dapat menstabilkan kapal jerami Zhuge Liang dengan menembak sisi yang tidak tersentuh. Di dalam kapal, Zhuge Liang dan Lu Su menikmati teh mereka dan mereka berlayar kembali saat kabut mulai menghilang. Saat mereka kembali ke kamp, Zhuge Liang berhasil mengumpulkan lebih dari 100,000 anak panah, jadi Zhou Yu tidak bisa menghukumnya mati.[20]

Penilaian dan warisan

Reformasi hukum dan moral

Zhuge Liang adalah seorang penganut supremasi hukum di Shu Han. Sejarahwan Yi Zhongtian mengomentari bahwa supremasi hukum dan "pemerintahan nominal oleh raja dan pemerintahan langsung oleh kanselir" adalah dua peninggalan Zhuge Liang yang "sayangnya tidak banyak orang yang mengetahuinya".[21] Setelah Liu Bei menaklukkan Provinsi Yi, Zhuge Liang bersama Fa Zheng, Liu Ba, Li Yan dan Yi Ji menulis norma hukum untuk Shu.[Sanguozhi 45]

Demi mengekang korupsi dan dekadensi yang menyertainya di kalangan bangsawan Yi setempat, Zhuge Liang menerapkan kebijakan Legalis dengan hukum yang ketat, adil, dan transparan, serta membatasi kekuasaan keluarga kaya. Zhuge Liang bersedia menghukum hakim-hakim berpangkat tinggi seperti Li Yan, rekan-rekan dekatnya sendiri seperti Ma Su, dan bahkan rela menurunkan jabatannya demi menjaga ketertiban hukum. Namun, ia juga menghindari penyalahgunaan hukuman dan menuntut kehati-hatian yang ekstrem dalam penegakan hukum. Xi Zuochi memuji kebijakan hukum Zhuge Liang, bahwa "sejak era Qin dan Han, tak ada yang setara." Bahkan hakim-hakim yang dihukum seperti Li Yan dan Liao Li sangat menghormati Zhuge Liang dan sangat yakin bahwa ia akan mempekerjakan mereka kembali setelah hukumannya cukup.[Sanguozhi 46][22]

Pendidikan dan meritokrasi

Zhuge Liang sangat mementingkan pendidikan, jadi ia sangat memperhatikan sistem pendidikan negara agar ia dapat mencari bakat unggul untuk bekerja dalam pemerintahan Shu Han. Ia mendirikan posisi Asisten Dorongan Pembelajaran (勸斈從事), yang dipegang oleh banyak kaum intelektual lokal terkemuka seperti Qiao Zhou, yang memegang jabatan ini dalam waktu yang sangat lama dan sangat berpengaruh. Chen Shou merupakan salah satu muridnya. Kemudian, Zhuge Liang mendirikan Great Education Residence (太斈府), sebuah fasilitas pelatihan yang menggunakan literatur Konfusianisme sebagai buku teks. Ia juga membangun banyak "tempat tinggal buku bacaan" baik di Chengdu maupun di perkemahannya selama ekspedisi utara; fasilitas-fasilitas tersebut berfungsi sebagai tempat di mana orang-orang berbakat dapat ditemukan dan direkrut. Yao Tian, ​​gubernur distrik Guanghan di bawah Shu Han, berhasil merekomendasikan banyak orang berbakat kepada pemerintah, yang disambut dengan pujian meriah dari Zhuge Liang.[23]

Zhuge Liang juga membuat mekanisme "Biro Diskusi" yang berfungsi untuk mengumpulkan semua diskusi mengenai suatu kebijakan, mendorong para hakim untuk menerima kritik dari bawahannya, dan memanfaatkan bakat seluruh pegawai untuk mencapai keputusan terbaik. Zhuge Liang menerapkan sistem promosi meritokratis, yang mempromosikan dan menilai seseorang berdasarkan prestasi dan kemampuan, alih-alih ketenaran atau latar belakang.[23]

Penemuan

Zhuge Liang kerap dipercayai oleh masyarakat luas sebagai penemu makanan mantou, ranjau darat dan alat transportasi otomatis yang misterius namun efisien (awalnya digunakan untuk biji-bijian) yang disebut sebagai "sapi kayu dan kuda terbang" (木牛流馬), yang terkadang diidentikkan dengan gerobak dorong.

Ia juga dikenal sebagai penemu senjata Chu-Ko-Nu (諸葛弩) yang memiliki kemampuan memanah semi otomatis, namun sebenarnya versi yang dibuat oleh Zhuge Liang adalah sebuah perbaikan dari panah berulang yang dipakai di zaman Negara-negara Berperang. Ada sebuah perdebatan mengenai versi yang dibuat saat zaman negara berperang mengenai pertanyaan apakah panah berulang tersebut memiliki kemampuan semi otomatis atau bisa menembak beberapa anak panah dengan waktu yang sama. Namun secara jelas, versi yang dibuat Zhuge Liang dapat menembak lebih jauh dan lebih cepat.[24]

Kutipan penting

Frasa "Han dan bandit tidak berdiri bersama" (Han sederhana: 汉贼不两立; Han tradisional: 漢賊不兩立; pinyin: Hàn zéi bù liǎng lì) dari karya tulisnya Chu Shi Biao Baru sering digunakan untuk menarik garis di pasir dan menyatakan situasi di mana seseorang tidak tahan terhadap kejahatan. Kerap kali frasa ini digunakan oleh Generalissimo Chiang Kai-shek sebagai frasa favoritnya untuk menegaskan ideologi antikomunisme yang dianutnya.

Ungkapan lainnya, "penghormatan dan kehati-hatian, sampai pada titik yang menipis, tidak akan pernah berakhir sampai mati" (鞠躬尽瘁,死而后已; 鞠躬盡瘁,死而後已; jū gōng jìn cuì, sǐ ér hòu yǐ) yang berasal dari Chu Shi Biao Baru diartikan sebagai komitmen dan kegigihan untuk mencapai hasil kerja yang maksimal.

Penyembahan Zhuge Liang

Ada banyak kuil dan tempat suci yang dibangun untuk mengenang Zhuge Liang. Beberapa yang paling terkenal antara lain Kuil Marquis Wu di Chengdu, dan Kuil Marquis Wu di Baidicheng.

Selain itu, Zhuge Liang juga disembah sebagai Men Shen. Ia biasanya dipasangkan dengan musuh buyutannya, Sima Yi dari Wei.

Di budaya populer

Video game

Zhuge Liang bisa dimainkan sebagai seorang karakter di series Dynasty Warriors, Warriors Orochi, dan Kessen II. Ia juga muncul sebagai seorang karakter di Fate/Grand Order sebagai seorang karakter kelas Caster.

Komik

Di manga dan serial anime Jepang Ya Boy Kongming!, Zhuge Liang direinkarnasi ke jaman modern dan membantu Eiko Tsukimi untuk menjadi penyanyi terkenal sebagai "ahli strateginya" dan juga bekerja paruh waktu sebagai seorang bartender di BB Lounge.

Catatan kaki

  1. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama death date
  2. ^ Liu Bei saat itu sudah mengambil gelar Raja Hanzhong setelah Kampanye Hanzhong berlangsung

Referensi

Sanguozhi

  1. ^ Chen and Pei & 429, 52.1231–1242.
  2. ^ a b Chen and Pei & 429, 35.911: "亮早孤,從父玄為袁術所署豫章太守,玄將亮及亮弟均之官。"
  3. ^ Chen and Pei & 429, 35.911: "亮少有逸眾之才,英霸之器,身長八尺,容貌甚偉,時人異焉。"
  4. ^ Chen and Pei & 429, 35.911: "會漢朝更選朱皓代玄。玄素與荊州牧劉表有舊,往依之。"
  5. ^ Chen and Pei & 429, 35.911: "玄卒,亮躬耕隴畒,好為梁父吟。"
  6. ^ Chen and Pei & 429, 35.911: "每自比於管仲、樂毅,時人莫之許也。惟博陵崔州平、潁川徐庶元直與亮友善,謂為信然。"
  7. ^ Chen and Pei & 429, 35.912: "時先主屯新野。徐庶見先主,先主器之,謂先主曰:「諸葛孔明者,卧龍也,將軍豈願見之乎?」"
  8. ^ Chen and Pei & 429, 35.912: "先主曰:「君與俱來。」庶曰:「此人可就見,不可屈致也。將軍宜枉駕顧之。」"
  9. ^ Chen and Pei & 429, 35.912: "由是先主遂詣亮,凡三往,乃見。"
  10. ^ Chen and Pei & 429, 35.930
  11. ^ Chen and Pei & 429, 35.912: "因屏人曰:「漢室傾頹, ...君謂計將安出?」"
  12. ^ Chen and Pei & 429, 35.912: "亮荅曰:「自董卓已來,豪傑並起,跨州連郡者不可勝數。 ...誠如是,則霸業可成,漢室可興矣。」"
  13. ^ Chen and Pei & 429, 35.913: "於是與亮情好日密。關羽、張飛等不恱,先主解之曰:「孤之有孔明,猶魚之有水也。願諸君勿復言。」羽、飛乃止。"
  14. ^ Chen and Pei & 429, 35.914–915: "會黃祖死,得出,遂為江夏太守。俄而表卒,琮聞曹公來征,遣使請降。先主在樊聞之,率其衆南行,亮與徐庶並從,為曹公所追破, ...先主至于夏口,亮曰:「事急矣,請奉命求救於孫將軍。」"
  15. ^ Chen and Pei & 429, 35.915: "時權擁軍在柴桑,觀望成敗。"
  16. ^ Chen and Pei & 429, 35.915: "亮說權曰:「海內大亂,將軍起兵據有江東,劉豫州亦收衆漢南,與曹操並爭天下。今操芟夷大難,略已平矣,遂破荊州,威震四海。英雄無所用武,故豫州遁逃至此。將軍量力而處之:若能以吳、越之衆與中國抗衡,不如早與之絕;若不能當,何不案兵束甲,北面而事之!今將軍外託服從之名,而內懷猶豫之計,事急而不斷,禍至無日矣!」"
  17. ^ Chen and Pei & 429, 35.915: "權曰:「苟如君言,劉豫州何不遂事之乎?」"
  18. ^ Chen and Pei & 429, 35.915: "權勃然曰:「吾不能舉全吳之地,十萬之衆,受制於人。吾計決矣!非劉豫州莫可以當曹操者,然豫州新敗之後,安能抗此難乎?」"
  19. ^ Chen and Pei & 429, 35.915: "權大恱,即遣周瑜、程普、魯肅等水軍三萬,隨亮詣先主,幷力拒曹公。"
  20. ^ Chen and Pei & 429, 35.915–916: "先主遂收江南,以亮為軍師中郎將,使督零陵、桂陽、長沙三郡,調其賦稅,以充軍實。"
  21. ^ Chen and Pei & 429, 35.916: "二十六年,羣下勸先主稱尊號,先主未許。"
  22. ^ Chen and Pei & 429, 35.916: "亮說曰:「昔吳漢、耿弇等初勸世祖即帝位,世祖辭讓,前後數四,耿純進言曰:『天下英雄喁喁,冀有所望。如不從議者,士大夫各歸求主,無為從公也。』世祖感純言深至,遂然諾之。今曹氏篡漢,天下無主,大王劉氏苗族,紹世而起,今即帝位,乃其宜也。士大夫隨大王久勤苦者,亦欲望尺寸之功如純言耳。」"
  23. ^ Chen and Pei & 429, 35.916–917: "先主於是即帝位,策亮為丞相曰:「朕遭家不造,奉承大統,兢兢業業,不敢康寧,思盡百姓,懼未能綏。於戲!丞相亮其悉朕意,無怠輔朕之闕,助宣重光,以照明天下,君其勖哉!」"
  24. ^ Chen and Pei & 429, 35.917: "亮以丞相錄尚書事,假節。張飛卒後,領司隷校尉。"
  25. ^ Chen and Pei & 429, 35.918: "章武三年春,先主於永安病篤,召亮於成都,屬以後事。"
  26. ^ Chen and Pei & 429, 35.918: "謂亮曰:「君才十倍曹丕,必能安國,終定大事。若嗣子可輔,輔之;如其不才,君可自取。」"
  27. ^ Chen and Pei & 429, 35.918: "亮涕泣曰:「臣敢竭股肱之力,效忠貞之節,繼之以死!」"
  28. ^ Chen and Pei & 429, 35.918: "先主又為詔勑後主曰:「汝與丞相從事,事之如父。」"
  29. ^ Chen and Pei & 429, 32.891: "先主病篤,託孤於丞相亮,尚書令李嚴為副。[章武三年]夏四月癸巳,先主殂于永安宮,時年六十三。"
  30. ^ Chen and Pei & 429, 41.1009–1010, biography of Wang Lian: "時南方諸郡不賔,諸葛亮將自征之,連諫以為「此不毛之地,疫癘之鄉,不宜以一國之望,冒險而行」。亮慮諸將才不及己,意欲必往,而連言輒懇至,故停留者久之。"
  31. ^ Chen and Pei & 429, 35.919: "[建興]三年春,亮率衆南征,其秋悉平。"
  32. ^ Chen and Pei & 429, 35.919: "軍資所出,國以富饒,乃治戎講武,以俟大舉。"
  33. ^ Chen and Pei & 429, 35.919–920: "[建興]五年,率諸軍北駐漢中,臨發,上疏曰:..."
  34. ^ Chen and Pei & 429, 35.920: "遂行,屯于沔陽。"
  35. ^ Chen and Pei & 429, 35.927: "亮遺命葬漢中定軍山,因山為墳,冢足容棺,歛以時服,不須器物。"
  36. ^ Chen and Pei & 429, 35.927: "詔策曰:「惟君體資文武,明叡篤誠,受遺託孤,匡輔朕躬,繼絕興微,志存靖亂;爰整六師,無歲不征,神武赫然,威鎮八荒,將建殊功於季漢,參伊、周之巨勳。如何不弔,事臨垂克,遘疾隕喪!朕用傷悼,肝心若裂。夫崇德序功,紀行命謚,所以光昭將來,刊載不朽。今使使持節左中郎將杜瓊,贈君丞相武鄉侯印綬,謚君為忠武侯。魂而有靈,嘉茲寵榮。嗚呼哀哉!嗚呼哀哉!」"
  37. ^ Chen and Pei & 429, 35.927: "及卒,如其所言。"
  38. ^ Chen and Pei & 429, 35.927: "初,亮自表後主曰:「成都有桑八百株,薄田十五頃,子弟衣食,自有餘饒。至於臣在外任,無別調度,隨身衣食,悉仰於官,不別治生,以長尺寸。若臣死之日,不使內有餘帛,外有贏財,以負陛下。」"
  39. ^ Chen and Pei & 429, 35.928: "秋,魏鎮西將軍鍾會征蜀,至漢川,祭亮之廟,令軍士不得於亮墓所左右芻牧樵採。"
  40. ^ Chen and Pei & 429, 35.931
  41. ^ Chen and Pei & 429, 35.932
  42. ^ Chen and Pei & 429, 35.931–932
  43. ^ Chen and Pei & 429, 35.932
  44. ^ Chen and Pei & 429, 28.769–774, biography of Zhuge Dan
  45. ^ Chen and Pei & 429, 38.971, biography of Yi Ji: "[伊籍]與諸葛亮、法正、劉巴、李嚴共造《蜀科》;《蜀科》之製,由此五人焉。"
  46. ^ Chen and Pei & 429, 40.1001 n. 2, biography of Li Yan: "諸葛亮又與平[i.e. Li Yan]子豐教曰:「吾與君父子戮力以獎漢室,此神明所聞,非但人知之也。表都護典漢中,委君於東關者,不與人議也。謂至心感動,終始可保,何圖中乖乎!昔楚卿屢絀,亦乃克復,思道則福,應自然之數也。原寬慰都護,勤追前闕。今雖解任,形業失故,奴婢賓客百數十人,君以中郎參軍居府,方之氣類,猶為上家。若都護思負一意,君與公琰推心從事者,否可複通,逝可複還也。詳思斯戒,明吾用心,臨書長嘆,涕泣而已。」"

Sanguozhi zhu

  1. ^ Wei, Book of Wu: "其先葛氏,本琅邪諸縣人,後徙陽都。陽都先有姓葛者,時人謂之諸葛,因以為氏。" Cited in Chen and Pei & 429, 52.1232 n. 1, biography of Zhuge Jin.
  2. ^ Ying, Fengsu Tongyi: "葛嬰為陳涉將軍,有功而誅,孝文帝追錄,封其孫諸縣侯,因幷氏焉。此與吳書所說不同。" Cited in Chen and Pei & 429, 52.1232 n. 1, biography of Zhuge Jin.
  3. ^ Xi, Xiangyang Ji: "[龐]德公子山民,亦有令名,娶諸葛孔明小姊。" Cited in Chen and Pei & 429, 37.954 n. 1, continued from previous page, biography of Pang Tong.
  4. ^ Xi, Han–Jin Chunqiu: "亮家于南陽之鄧縣,在襄陽城西二十里,號曰隆中。" Cited in Chen and Pei & 429, 35.911 n. 2.
  5. ^ a b Yu, Weilüe: "亮在荊州,以建安初與潁川石廣元、徐元直、汝南孟公威等俱游學,三人務於精熟,而亮獨觀其大略。" Cited in Chen and Pei & 429, 35.911 n. 3.
  6. ^ Yu, Weilüe: "每晨夜從容,常抱膝長嘯,而謂三人曰:「卿諸人仕進可至郡守刺史也。」三人問其所志,亮但笑而不言。" Cited in Chen and Pei & 429, 35.911 n. 3.
  7. ^ Xi, Xiangyang Ji: "劉備訪世事於司馬德操。德操曰:「儒生俗士,豈識時務?識時務者在乎俊傑。此間自有伏龍、鳳雛。」備問為誰,曰:「諸葛孔明、龐士元也。」" Cited in Chen and Pei & 429, 35.913 n. 1.
  8. ^ Yuan, Yuanzi: "張子布薦亮於孫權,亮不肯留。人問其故,曰:「孫將軍可謂人主,然觀其度,能賢亮而不能盡亮,吾是以不留。」" Cited in Chen and Pei & 429, 35.916 n. 1.
  9. ^ Pei Songzhi, in Chen and Pei & 429, 35.916 n. 1: "臣松之以為袁孝尼著文立論,甚重諸葛之為人,至如此言則失之殊遠。觀亮君臣相遇,可謂希世一時,終始以分,誰能間之?寧有中違斷金,甫懷擇主,設使權盡其量,便當翻然去就乎?葛生行己,豈其然哉!關羽為曹公所獲,遇之甚厚,可謂能盡其用矣,猶義不背本,曾謂孔明之不若雲長乎!"
  10. ^ Lingling Xianxian Zhuan: "亮時住臨烝。" Cited in Chen and Pei & 429, 35.916 n. 2.
  11. ^ Chen Shou, Zhuge Liang ji: "亮遂不報書,作正議曰:「昔在項羽,起不由德,雖處華夏,秉帝者之勢,卒就湯鑊,為後永戒。魏不審鑒,今次之矣;免身為幸,戒在子孫。而二三子各以耆艾之齒,承偽指而進書,有若崇、竦稱莽之功,亦將偪于元禍苟免者邪!昔世祖之創迹舊基,奮羸卒數千,摧莽彊旅四十餘萬於昆陽之郊。夫據道討淫,不在衆寡。及至孟德,以其譎勝之力,舉數十萬之師,救張郃於陽平,勢窮慮悔,僅能自脫,辱其鋒銳之衆,遂喪漢中之地,深知神器不可妄獲,旋還未至,感毒而死。子桓淫逸,繼之以篡。縱使二三子多逞蘇、張詭靡之說,奉進驩兜滔天之辭,欲以誣毀唐帝,諷解禹、稷,所謂徒喪文藻煩勞翰墨者矣。夫大人君子之所不為也。又軍誡曰:『萬人必死,橫行天下。』昔軒轅氏整卒數萬,制四方,定海內,況以數十萬之衆,據正道而臨有罪,可得干擬者哉!」" Cited in Chen and Pei & 429, 35.918–919 n. 2.
  12. ^ Xi, Han–Jin Chunqiu: "亮至南中,所在戰捷。聞孟獲者,為夷、漢所服,募生致之。旣得,使觀於營陣之間,曰:「此軍何如?」獲對曰:「向者不知虛實,故敗。今蒙賜觀看營陣,若祇如此,即定易勝耳。」亮笑,縱使更戰,七縱七禽,而亮猶遣獲。獲止不去,曰:「公,天威也,南人不復反矣。」遂至滇池。" Cited in Chen and Pei & 429, 35.921 n. 2.
  13. ^ Xi, Xiangyang Ji: "黃承彥者,高爽開列,為沔南名士,謂諸葛孔明曰:「聞君擇婦;身有醜女,黃頭黑色,而才堪相配。」孔明許,即載送之。時人以為笑樂,鄉里為之諺曰:「莫作孔明擇婦,止得阿承醜女。」" Cited in Chen and Pei & 429, 35.929 n. 2.

Referensi lain

  1. ^ a b c de Crespigny (2007), hlm. 1172.
  2. ^ a b Dillon (1998), hlm. 389.
  3. ^ a b Guo & Guo (2008), hlm. 38.
  4. ^ Chen and Pei & 429, 35.916: "亮說曰:「昔吳漢、耿弇等初勸世祖即帝位,世祖辭讓,前後數四,耿純進言曰:『天下英雄喁喁,冀有所望。如不從議者,士大夫各歸求主,無為從公也。』世祖感純言深至,遂然諾之。今曹氏篡漢,天下無主,大王劉氏苗族,紹世而起,今即帝位,乃其宜也。士大夫隨大王久勤苦者,亦欲望尺寸之功如純言耳。」"
  5. ^ (故为君之道,以教令为先,诛罚为后,不教而战,是谓弃之。) Zhuge Liang ji, vol. 3.
    (君臣之政,其犹天地之象,天地之象明,则君臣之道具矣。君以施下为仁,臣以事上为义。二心不可以事君,疑政不可以授臣。上下好礼,则民易使,上下和顺,则君臣之道具矣。君以礼使臣,臣以忠事君。君谋其政,臣谋其事。政者,正名也,事者,劝功也。) Zhuge Liang ji, vol. 3.
  6. ^ Auyang (2014), hlm. 290.
  7. ^ Ouyang Xiu; Song Qi, ed. (1060). "vol. 15: treatise 5 on rites and music". Xin Tang Shu 新唐書. 上元元年,尊太公為武成王,祭典與文宣王比,以歷代良將為十哲象坐侍。秦武安君白起、漢淮陰侯韓信、蜀丞相諸葛亮、唐尚書右僕射衛國公李靖、司空英國公李勣列於左,漢太子少傅張良、齊大司馬田穰苴、吳將軍孫武、魏西河守吳起、燕晶國君樂毅列於右,以良為配。
  8. ^ Knechtges (2014), hlm. 2329.
  9. ^ Shiji, vol. 48: "葛嬰至東城,立襄彊為楚王。嬰後聞陳王已立,因殺襄彊,還報。至陳,陳王誅殺葛嬰。"
  10. ^ Xi Zuochi, Xiangyang Qijiu Ji vol. 2: "[蒯]欽從祖祺婦,卽諸葛孔明之大姊也。"
  11. ^ (玄德見孔明身長八尺,面如冠玉,頭戴綸巾,身披鶴氅,飄飄然有神仙之概。) Sanguo Yanyi ch. 38.
  12. ^ a b c Zizhi Tongjian (1084), vol. 65.
  13. ^ a b c Zizhi Tongjian (1084), vol. 69.
  14. ^ a b c Zizhi Tongjian (1084), vol. 70.
  15. ^ (《諸葛氏譜》:晋泰始五年己丑,王覽爲太傅,詔錄故漢名臣子孫蕭、曹、鄧、吳等後,皆赴闕受秩。孔明之後獨不至。訪知其第三子懷,公車促至,欲爵之。懷辭曰:"臣家成都,有桑八百株,薄田十五頃,衣食自有餘饒。材同欞櫟,無補于國,請得歸老牖下,實隆賜也。"晋主悅而從之。) Zhuge Liang ji, Gushi vol. 1.
  16. ^ Nojonen (2009).
  17. ^ (玄德見孔明身長八尺,面如冠玉,頭戴綸巾,身披鶴氅,飄飄然有神仙之概。) Sanguo Yanyi ch. 38.
  18. ^ Sanguo Yanyi ch. 43.
  19. ^ Sanguo Yanyi ch. 44.
  20. ^ Sanguo Yanyi ch. 46.
  21. ^ Yi Zhongtian (2010). Analysis of the Three Kingdoms 品三國. Vol. 2 (Edisi Vietnamese). Publisher of People's Public Security.
  22. ^ Chen Wende. Great story of Kongming Zhuge Liang. Vietnamese translation: Nguyễn Quốc Thái. Labor Publisher. 2018. Chapter 27: Agriculture and Legalism.
  23. ^ a b Chen Wende. Great story of Kongming Zhuge Liang. Vietnamese translation: Nguyễn Quốc Thái. Labor Publisher. 2018. Chapter 28: Talents promotion.
  24. ^ Needham (1994), hlm. 8.

Bacaan lanjut

Kembali kehalaman sebelumnya