Cao Zhen
Cao Zhen (曹真,185 – 231) nama kehormatan Zidan adalah jendral militer yang melayani Cao Cao dari kerajaan Cao Wei selama periode akhir Dinasti Han dan periode Tiga Kerajaan di Tiongkok. Cao Zhen juga merupakan keponakan jauh Cao Cao, meskipun ia memperlakukannya seperti anaknya sendiri. Cao Zhen berpartisipasi dalam banyak kampanye melawan tentara Liu Bei dan Sun Quan. Dari tahun 227, ia banyak terlibat dalam melawan Ekspedisi Utara Zhuge Liang.[3] Setelah ia meninggal, ia dianugerahi gelar Marquis Yuan Latar belakang keluargaAda dua catatan mengenai asal-usul Cao Zhen. Pertama dari Catatan Sejarah Tiga Negara dan Kitab Wei (魏書; oleh Wang Chen) menyatakan bahwa Cao Zhen merupakan seorang kerabat jauh Cao Cao,[4] seorang panglima perang yang menjadi kanselir agung pada masa Akhir Dinasti Han dan mengendalikan pemerintah pusat. Ayahnya, Cao Shao (曹邵), merupakan staf dekat Cao Cao yang dikenal pintar dan setia. Pada 191, saat Cao Cao mengumpulkan tentara untuk bergabung dengan Koalisi Guandong, ia menugaskan Cao Shao untuk merekrut tentara dari berbagai daerah. Huang Wan (黃琬), Inspektur Provinsi Yu pada masa itu ingin membunuh Cao Cao, tetapi Cao Shao mengorbankan nyawanya kepada Cao Cao dan meninggal.[5][6][b] Catatan kedua berasal dari Weilüe, yang menyebut bahwa Cao Zhen merupakan anak angkat dan awalnya menyandang marga Qin (秦). Dalam catatan ini, ayah Cao Zhen bernama Qin Bonan (秦伯南) yang merupakan teman dekat Cao Cao. Pada 195, saat Cao Cao diserang Yuan Shu, ia mencari suaka di rumah Qin Bonan. Saat tentara Yuan Shu sampai di rumah Qin Bonan untuk mencari Cao Cao, Qin Bonan mengorbankan nyawanya kepada Cao Cao dengan berkata bahwa dialah Cao Cao, menyebabkannya dibunuh. Atas rasa terima kasih kepada Qin Bonan, Cao Cao mengadopsi anak-anaknya dan mempersilakan mereka untuk menyandang marganya.[7] Pengabdian dengan Cao CaoApapun cerita yang dicatat dalam sejarah, Cao Cao merasa kasihan dengan Cao Zhen dan memperbolehkannya untuk tinggal bersama salah satu putranya, Cao Pi. Suatu hari, saat Cao Zhen berada di hutan dan berburu, ia diikuti oleh seekor harimau yang mulai mengejarnya. Cao Zhen melihat balik dan menembak satu anak panah yang membunuh harimau tersebut.[8] Cao Cao sangat kagum terhadap keberanian yang ditunjukkan oleh Cao Zhen sampai mengangkat putra angkatnya menjadi seorang perwira di pasukan elit "Kavaleri Harimau dan Macan Tutul" (虎豹騎) di angkatan bersenjatanya. Cao Zhen merasakan kemenangan pertamanya saat melawan para bandit di Kecamatan Lingju (靈丘縣). Dalam rangka merayakan pencapaian ini, pemerintah Dinasti Han memberi gelar Marquis Desa Lingshou (靈壽亭侯).[9] Kampanye HanzhongAntara 217 sampai 219,[10] Cao Zhen berada di Hanzhong melawan rival Cao Cao, Liu Bei yang baru melancarkan kampanye untuk merebut Hanzhong dari Cao Cao. Saat Liu Bei mengirimkan jenderalnya Wu Lan (吳蘭) untuk menyerang Xiabian, Cao Cao memerintah sepupunya, Cao Hong untuk memimpin serangan melawan musuh. Cao Hong bersama dengan Cao Xiu dan Cao Zhen melawan di Xiabian dan mengalahkan Wu Lan.[11] Atas pencapaian ini, Cao Zhen diangkat sebagai Jenderal Resolut Pusat (中堅將軍).[12] Saat Cao Zhen kembali ke Chang'an, ia diangkat sebagai Komandan Pasukan Tengah (中領軍). Namun saat yang sama, Xiahou Yuan baru saja gugur di Gunung Dingjun saat melawan pasukan Liu Bei yang dikomandoi Huang Zhong. Cao Cao menjadi khawatir bahwa Liu Bei akan kemudian menyerang Lintasan Yangping, maka ia mengomisi Cao Zhen untuk menjadi Pelindung Pasukan Penyerang Shu (征蜀護軍) dan memerintahnya dengan Xu Huang untuk menyerang jenderal Liu Bei, Gao Xiang di Lintasan Yangping. Cao Zhen dan Xu Huang berhasil memukul mundur Gao Xiang, meningkatkan semangat perang pasukan Cao Cao untuk sementara waktu. Namun pada akhirnya setelah kebuntuan perang, Cao Cao memutuskan untuk menyerahkan Hanzhong[10] kepada Liu Bei jadi ia memerintah agar seluruh pasukannya mundur. Saat yang sama, ia memerintah Cao Zhen untuk pergi ke Kabupaten Wudu (武都郡) untuk bertemu dengan Cao Hong dan menyampaikannya untuk mundur ke Chencang (陳倉).[13] Pengabdian kepada Cao PiSetelah Cao Cao meninggal pada Maret 220, Cao Pi mewarisinya sebagai Raja Wei (魏王) dan kanselir agung (丞相) Dinasti Han.[14] Cao Zhen ditunjuk sebagai Jenderal Penjaga Barat (鎮西將軍) dan memerintahnya untuk mengawasi operasi militer di wilayah Yong dan Liang di Tiongkok Barat. Ia juga menaikkan gelarnya menjadi marquis distrik dengan gelar Marquis Distrik Dong (東鄉侯).[15] Pada masa jabatan Cao Zhen, saat Zhang Jin (張進) mulai memberontak di Jiuquan, ia memerintah bawahannya Fei Yao untuk menumpas pemberontakan tersebut. Fei Yao berhasil dan membunuh Zhang Jin.[16] Pada akhir 220, Cao Pi memaksa Kaisar Xian dari Han untuk mundur, mengakhiri Dinasti Han, dan mendeklarasikan negara Cao Wei dengan dia sebagai kaisar baru.[14] Dua tahun kemudian, Cao Zhen dipanggil Cao Pi ke Luoyang dimana ia diangkat sebagai Jenderal Senior Pasukan Atas (上軍大將軍), memberikannya kapak seremonial, dan memberi otoritas penuh untuk mengelola angkatan bersenjata Wei.[17] Insiden dengan Wu ZhiPada 224, Cao Pi memerintah Wu Zhi untuk merayakan kepulangan Cao Zhen dari sebuah kampanye militer. Di dekrit Cao Pi, ia memerintah agar seluruh perwira militer dengan pangkat Jenderal Senior (上將軍) dengan status ""Khusus Tingkat Lanjut" (特進) dan bawahnya harus hadir. Selama jamuan makan, Wu Zhi memerintahkan para aktor untuk membuat sandiwara untuk mengolok-olok Cao Zhen dan Zhu Shuo (朱鑠), yang masing-masing bertubuh gemuk dan kurus. Cao Zhen menjadi marah dan berteriak kepada Wu Zhi, "Apakah kamu dan anak buahmu ingin berkelahi denganku dan anak buahku?" Cao Hong dan Wang Zhong memperparah situasi dengan berkata kepada Wu Zhi, "kalau kamu mau membuat sang jenderal (Cao Zhen) mengaku bahwa ia gendut, kamu harus menujukkan bahwa kamu kurus". Cao Zhen menghunus pedangnya dan berkata "saya akan membunuh siapa yang mengolok saya". Wu Zhi juga menghunus pedangnya dan menghina Cao Zhen, "Cao Zidan, kau bukan daging di bawah pisau jagal. Tenggorokanku tidak akan bergetar saat menelanmu dan gigiku tidak akan bergemeletuk saat mengunyahmu. Beraninya kau bersikap kasar seperti itu!" Zhu Shuo berdiri dan mencoba meredakan ketegangan dengan berkata kepada Wu Zhi, "Yang Mulia memerintahkanmu untuk menyelenggarakan hiburan bagi semua orang. Apakah kamu harus melakukan ini?" Wu Zhi kemudian berteriak kepada Zhu Shuo, "Zhu Shuo, beraninya kamu meninggalkan tempat dudukmu!" Semua orang kemudian kembali ke tempat duduk mereka. Zhu Shuo merasa marah tetapi tidak mengatakan apa-apa, dan kembali ke tempat duduknya dan menggunakan pedangnya untuk menghantam tanah.[18] PenilaianCao Zhen dikenal murah hati dengan kekayaan pribadinya. Pada masa mudanya, ia diangkat sebagai anak Cao Cao dengan adiknya Cao Zun (曹遵), seorang kerabat jauh, dan Zhu Zan (朱讚), teman sekampungnya. Cao Zun dan Zhu Zan meninggal muda dan Cao Zhen merasa kasihan sampai meminta Cao Rui untuk membagikan sebagian wilayah kekuasaannya kepada anak-anak mereka. Maka, Cao Rui mengeluarkan dekrit untuk memuji kemurahan hati Cao Zhen dan memberikan gelar Marquis Kedua kepada anak-anak Cao Zun dan Zhu Zan dan memberikan mereka masing-masing 100 pajak rumah tangga.[19] Cao Zhen juga dikenal berbagi suka dan duka dengan pasukannya setiap kali ia memimpin mereka ke medan perang. Setiap kali setelah pertempuran, jika tidak ada cukup hadiah untuk diberikan kepada semua anak buahnya, ia akan menggunakan kekayaan pribadinya untuk menutupi kekurangannya. Anak buahnya dengan senang hati menerima kebaikannya.[20] KeluargaCao Zhen memiliki enam orang putra, Cao Shuang, Cao Xi (曹羲), Cao Xun (曹訓), Cao Ze (曹則), Cao Yan (曹彥) and Cao Ai (曹皚). Cao Shuang mewarisi gelar Marquis Shaoling (邵陵侯), sementara lima putra lainnya memiliki gelar marquis sendiri.[21] Pada Januari 239, sebelum Cao Rui meninggal, ia memerintah Cao Shuang untuk menjadi wali penguasa untuk putra angkatnya, Cao Fang bersama Sima Yi. Pada 249, Sima Yi melancarkan kudeta melawan Cao Shuang dan dengan sukses merebut kekuasaan darinya. Setelah kudeta, Cao Shuang dan adik-adiknya dituding ingin makar dan kemudian dihukum mati bersama keluarga mereka.[22] Catatan kaki
Referensi
Pranala luar
|