Sa'id bin Zaid
RiwayatDia adalah suami dari Fatimah binti al-Khattab, yaitu adik Umar bin Khattab dan mereka berdua pula yang menjadi penyabab masuk Islamnya Umar.[3] Dia termasuk orang yang awal masuk Islam[1] sebelum Nabi masuk ke rumah Arqam dan dia sangat menjunjung tingi adab Islam. Sebelum dia masuk Islam dia mengikuti agama ayahnya, Zaid bin Amr bin Nufail, yang mengikuti agama Nabi Ibrahim. Sa'id mengikuti semua peperangan yang disertai Muhammad kecuali Perang Badar. Saat itu, Nabi mengutusnya untuk mengintai kafilah Quraisy. Ketika kembali dari tugasnya, perang sudah selesai.[4] Meskipun begitu, Sa'id tetap dianggap ikut perang dan mendapat harta rampasan perang.[5] Sa'id ikut dalam Perang Uhud, Khandaq, dan Hudaibiyah. Ia juga mengikuti Perang Yarmuk dan penaklukan Damaskus (di Syam), lalu diangkat Abu Ubaidah sebagai Wali kota Damaskus.[6] Sa'id termasuk yang dikabulkan doanya. la pernah dituduh mengambil tanah milik seorang wanita bernama Arwa binti Aus, dan diadukan kepada Marwan bin Hakam wali kota Madinah. Sa'id bicara kepada Marwan, “Apakah engkau melihatku menzaliminya Sedangkan aku mendengar Nabi bersabda, "Barang siapa yang menzalimi (mengambil) sejengkal tanah maka pada hari kiamat akan dikalungkan kepadanya tujuh (lapis) bumi. Ya Allah, jika wanita ini berdusta maka jangan Kau wafatkan ia sebelum buta, dan jadikan kuburnya di dalam sumurnya.” Tidak lama berselang wanita itu jatuh ke dalam sumur setelah mengalami kebutaan.[2] KematianSa'id meninggal di Aqiq, daerah dekat Madinah karena sakit sembelit.[6] Jenazahnya dimandikan Sa'ad bin Abi Waqqash dan disolatkan bersama Abdullah bin Umar lalu dimakamkan di Madinah pada 671 M.[7] Agama ayahnyaZaid bin Amr bin Nufail megikuti agama tauhid dan mencela agama kaum Quraisy, yaitu menyembah berhala. Dia melindungi bayi-bayi perempuan yang akan dikubur hidup-hidup oleh orang tua mereka.[8] Dia adalah satu dari empat orang di antara suku Quraisy yang tidak mau menyembah berhala dan memilih untuk memisahkan diri dari sukunya pada hari raya mereka. Empat orang itu adalah Zaid sendiri, Waraqah bin Naufal, Ubaidullah bin Jahsy, dan Utsman bin al-Huwairits.[9] Zaid bin Amr bin Nufail menjelajahi Jazirah, Maushil (Mosul), hinggal Syam untuk mempelajari agama Ibrahim, agama yang lurus, dengan belajar dari rahib Nasrani[10] dan rabi Yahudi. Di Syam, tepatnya di Mifa'ah, dia bertemu seorang rahib dan menanyainya tentang agama yang lurus. Rahib itu menjawab, "Kamu mencari agama yang kini tidak lagi ada penganut murninya. Namun, sudah dekat waktu kemunculan seorang nabi di negeri yang kamu tinggalkan. Nabi itu diutus oleh Allah atas dasar ajaran Ibrahim yang lurus (al-hanafiyyah). Maka kembalilah ke sana, karena dia diutus sekarang, pada zaman ini." Zaid mengikuti saran Rahib ini dan segera kembali ke Mekkah. Namun, di pertengahan negeri Lakham dia dianiaya dan dibunuh. Dia sempat berdoa, "Ya Allah, jika Engkau menghalangiku untuk mendapatkan kebaikan ini, maka janganlah Engkau menghalangi anakku dari mendapatkannya."[11] Rujukan
Catatan kaki
|