Sa'ad bin Ubadah
Sa'ad bin 'Ubadah adalah salah seorang pemimpin dari Bani Sa'idah, salah satu suku dari kabilah Bani Khazraj. Nasab lengkapnya adalah Sa'ad bin 'Ubadah bin Dulaim bin Haritsah bin Abu Hazimah bin Tsa'labah bin Tharif bin Al-Khazraj bin Sa'idah (moyang Bani Sa'idah) bin Ka'ab bin Al-Khazraj (moyang kabilah Bani Khazraj).[2] Ayahnya yaitu 'Ubadah bin Dulaim, dan kakeknya Dulaim bin Haritsah, terkenal karena kedermawanannya; demikian pula Sa'ad sendiri serta anaknya Qais bin Sa'ad.[3][4] Pada masa jahiliah, Sa'ad menjalin perjanjian dagang dengan Jubair bin Muth'im dari Bani Naufal, dan Harits bin Harb bin Umayyah dari Bani Abdu Syams.[3][4] Sa'ad termasuk dalam kelompok 75 orang Yastrib yang berbaiat kepada Muhammad pada Baiat Aqabah II tahun 622 M.[5] Ia sempat ditawan kaum Quraisy, memukulinya namun rekan dagangnya Jubair bin Muth'im dan Harits bin Harb kemudian membebaskannya.[5] Setibanya Muhammad di Madinah, Sa'ad selalu mendukung perjuangannya dan menjadi orang kepercayaan Muhammad, bahkan pernah beberapa kali diangkat sebagai pemimpin kaum Muslim saat Muhammad sedang ke luar kota.[6] Ketika menjelang Pertempuran Uhud, Sa'd bin Mu'adz dan Sa'd bin Ubadah berjalan di hadapan Nabi sambil mengenakan baju besi.[7] Ketika Pertempuran Khandaq, terdengar berita rencana serangan Bani Quraizah dari belakang, untuk itu Muhammad meminta keterangan langsung dari Bani Quraizhah, agar dapat segera diambil tindakan secara militer. Nabi mengutus Sa'd bin Mu' adz, Sa' d bin Ubadah, Abdullah bin Rawahah, dan Khawwat bin Jubair. Nabi berkata kepada para utusan ini, agar menjawab dengan isyarat jika benar Bani Quraizah berkhianat, agar tidak membuat panik pasukan muslimin.[7] Demikian pula dalam peperangan lain, Sa'ad juga kerap dipercaya sebagai salah seorang pemegang panji-panji kaum Muslim mewakili kaum Anshar, termasuk saat peristiwa Pembebasan Makkah.[8][9] Dalam Pertempuran Wadil Qura setelah Khaibar, Nabi menyiapkan para sahabat untuk berperang dan membariskan mereka. Satu bendera diserahkan kepada Sa'ad bin Ubadah, satu bendera lagi diserahkan kepada Al-Hubab binAl-Mundzir dan satu bendera lagi diserahkankepada kepada Abbad bin Bisyr.[7] Selepas Pertempuran Hunain, saat pembagian rampasan perang di Ji'ronah, Sa'ad mewakili kaum Anshar menyampaikan kerisauan mereka karena tidak mendapatkan bagian, Nabi lalu mengumpulkan kaum Anshar lalu menenangkan bahwa mereka mendapatkan Muhammad sebagai bagian untuk mereka sehingga mereka menangis.[7] Saqifah Bani Sa'idahDalam pertemuan di Saqifah Bani Sa'idah setelah meninggalnya Muhammad, Sa'ad sempat diajukan sebagai salah satu kandidat khalifah mewakili kaum Anshar, meskipun pada akhirnya Abu Bakar yang kemudian terpilih.[10] Disebutkan oleh Ibnu Hazm dalam Asma al-Shahâbah wa Mâ Likulli Wâhidim Minhum min al-‘Adad, bahwa Sa'ad bin 'Ubadah telah meriwayatkan 21 hadits.[11] Meninggal duniaSa'ad bin 'Ubadah diperkirakan meninggal dunia pada 15 H/636 M, di Syam.[12] Putranya, Qais bin Sa'ad menjadi pendukung Ali dan mendapatkan posisi sebagai Gubernur Mesir.[13] Lihat pulaReferensi
|