Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Maruta

Maruta
Kelompok dewa badai
Nama lainMarutagana
Dewanagariमरुत
IASTMaruta
Kediamanatmosfer
Senjatapetir
Orang tua

Maruta (Dewanagari: मरुत; ,IASTMaruta, मरुत),[2] juga disebut Marutagana (kadangkala disamakan dengan Rudra)[3] adalah kelompok dewa badai dalam pustaka Weda dan Purana dalam agama Hindu. Menurut Weda, mereka adalah putra-putra Rudra dan Presni, sementara kitab-kitab Purana mengisahkan mereka sebagai putra-putra Kasyapa dan Diti.

Jumlah Maruta tidak pasti; pustaka Hindu menyebut antara 27 sampai 60 (tiga kali enam puluh dalam Regweda 8.96.8). Mereka dewa-dewa yang galak dan agresif, digambarkan membawa senjata berkilau seperti petir atau kilat, bergigi besi dan meraung bagai singa, berdiam di arah barat laut,[4] berwahana kereta perang yang dihela kuda-kuda berbulu merah.

Dalam mitologi Weda, para Maruta berperan sebagai sekutu Indra dengan wujud laskar prajurit muda.[5] Menurut ahli perbandingan mitologi Georges Dumézil, kisah mereka sepadan dengan Einherjar dan Wild hunt.

Dalam Purana

Dalam pustaka Purana dikisahkan bahwa Diti memohon anugrah pada Resi Kasyapa agar memperoleh keturunan yang bisa mengalahkan Indra. Kasyapa mengabulkan permohonannya, tetapi Diti harus memenuhi persyaratan, antara lain: ia harus tinggal di Syamantapancaka selama seratus tahun, dan tidak boleh tidur dengan rambut tergerai atau belum mandi sebelumnya. Setelah Indra mengetahui rencana Diti, maka dia mengunjungi pertapaan Diti seolah-olah hendak melayaninya bibinya tersebut.

Selama sembilan puluh sembilan tahun, Indra melayani Diti sambil menunggu Diti melakukan kesalahan. Karena waktu yang ditetapkan sudah dekat, Diti menjadi agak malas sehingga ia tidur tanpa keramas dan tidak menyanggul rambutnya. Melihat kesempatan tersebut, Indra langsung masuk ke dalam rahim Diti. Di sana Indra mengeluarkan sebuah senjata bernama Bajra, lalu memotong janin Diti menjadi tujuh bagian. Hal itu membuat ketujuh bagian tersebut menangis. Sambil berkata Ma Ruda (jangan menangis), Indra memotong setiap bagian menjadi tujuh bagian lagi, sehingga janin Diti terbagi menjadi 49 bagian. Setelah dilahirkan, seluruh bagian tersebut menjelma sebagai dewa dan mereka disebut para Maruta, berdasarkan kata yang diucapkan Indra pada saat berada di rahim Diti. Kemudian para Maruta menjadi teman Indra, karena Diti gagal memenuhi persyaratan yang diajukan Kasyapa.[6]

Referensi

  1. ^ Stephanie Jamison (2015). The Rigveda –– Earliest Religious Poetry of India. Oxford University Press. hlm. 49. ISBN 978-0190633394.
  2. ^ "Marut". Random House Webster's Unabridged Dictionary.
  3. ^ Max Müller. Vedic Hymns. Atlantic Publishers. hlm. 352.
  4. ^ Louis Frédéric (1987). Dictionnaire de la civilisation indienne. Robert Laffont. ISBN 2-221-01258-5.
  5. ^ De Witt Griswold, Harvey (1923). The Religion of the Rigveda. Oxford University Press. hlm. 205–207. ISBN 9780896843059.
  6. ^ Tamra Andrews (2000). Dictionary of Nature Myths: Legends of the Earth, Sea, and Sky. Oxford University Press. hlm. 116. ISBN 9780195136777.


Kembali kehalaman sebelumnya