Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Caya

Caya
Dewi bayangan
Arca Surya bersama Caya dan Saranya.
Nama lainSawarna
Dewanagariछाया
IASTChāyā
AfiliasiDewi
KediamanSuryaloka
MantraOm Chhayave Namah
Keluarga
PasanganSurya
AnakSawarni Manu, Sani, Tapati

Caya (Dewanagari: छाया; ,IASTChāyā, छाया) alias Sawarna (Dewanagari: सवर्ण; ,IASTSavarṇa, सवर्ण) adalah salah satu nama istri Dewa Surya dalam mitologi Hindu. Ia diciptakan oleh Saranya, yang juga merupakan salah satu istri Surya. Ia merupakan ibu bagi Sawarni Manu, Sani (dewa planet Saturnus), Tapati (dewi sungai Tapati), dan Wisti.[1]

Mitologi

Dalam kitab Purana diceritakan bahwa Saranya, salah satu istri Surya memutuskan untuk pergi meninggalkan suaminya karena tidak kuat terhadap energi yang dipancarkan oleh suaminya. Untuk menggantikan posisinya selama ia pergi, maka Caya diciptakan sebagai tiruan dirinya. Tugas utamanya adalah melayani Surya seperti yang biasa dilakukan oleh Saranya. Selain itu, ia juga diperintahkan untuk mengasuh putra-putri Saranya, yaitu Waiwaswata Manu, Yama, dan Yami. Saranya memperingatkan bahwa rahasia di antara mereka berdua tidak boleh dibocorkan kepada siapa pun. Caya mematuhi peringatan tersebut, namun ia tidak menjamin bahwa rahasia tersebut akan terjaga selamanya sebab ia terpaksa akan menceritakan kenyataan apabila Surya memaksanya secara kasar. Setelah yakin bahwa Caya mampu menggantikan posisinya, Saranya turun dari surga ke bumi.

Selama Saranya pergi, Surya tidak menyadari bahwa Caya hanyalah tiruan istrinya, sebab wajah dan sikapnya sangat mirip dengan Saranya. Selama tinggal bersama Surya, Caya memiliki dua orang putra dan dua orang putri. Putranya bernama Sawarni Manu dan Sani, sedangkan putrinya bernama Tapati dan Wisti.[2] Kasih sayang yang dicurahkan Caya kepada anak kandungnya lebih besar daripada yang ia curahkan kepada anak tirinya. Hal itu membuat Yama, putra Saranya menjadi kesal. Ia menendang Caya karena mendapat perlakuan yang tak adil. Atas tindakan tersebut, Caya mengutuk Yama bahwa kelak kakinya akan lumpuh dan digerogoti oleh cacing, sehingga bernanah dan berdarah.[3][4]

Setelah dikutuk oleh Caya, Yama mengadukan tindakan tersebut kepada ayahnya. Ia berkata bahwa seorang ibu tidak mungkin tega melakukan hal itu kepada anak kandungnya sendiri. Maka dari itu, Yama tidak yakin bahwa wanita yang mengasuhnya selama ini adalah ibu kandungnya. Setelah mendengar keluhan Yama, Surya segera menemui Caya. Ia meminta penjelasan akan tindakan yang telah dilakukan Caya terhadap Yama. Ia juga merasa bahwa wanita yang mendampinginya selama ini bukanlah Saranya, melainkan orang lain yang mirip dengan Saranya. Karena Caya terus bungkam, maka Surya memaksanya dengan cara kekerasan. Ia menjambak rambut Caya untuk memaksanya mengaku. Akhirnya, Caya membeberkan hal yang sebenarnya kepada Surya. Ia menceritakan bahwa Saranya telah lama pergi, dan ia diperintahkan untuk menggantikan posisi Saranya.[4]

Kemudian Surya menyusul Saranya. Di wilayah Uttarakuru, ia menjumpai Saranya dalam wujud kuda betina. Kemudian ia mengubah wujudnya menjadi kuda jantan. Kedua kuda tersebut bertemu, lalu lahirlah dewa Aswin dan Rewanta.[5]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Monier Williams Sanskrit-English Dictionary (2008 revision) p. 406
  2. ^ A Talaqdar of Oudh (2008). "XI". The Matsya Puranam: Part I. The Sacred books of the Hindus. Vol. 18. Cosmo Publications. hlm. 32–34. ISBN 978-81-307-0532-3.
  3. ^ Doniger, Wendy (1998). "Saranyu/Samjna". Dalam John Stratton Hawley, Donna Marie Wulff (ed.). Devī: goddesses of India. Motilal Banarsidas. hlm. 163. ISBN 81-208-1491-6.
  4. ^ a b Wilson, Horace Hayman (1866). "II". The Vishńu Puráńa: a system of Hindu mythology and tradition. Vol. 8. London: Trubner & Co. hlm. 20–23.
  5. ^ Danielou, Alain (1991), The Myths and Gods of India: The Classic Work on Hindu Polytheism, Inner Traditions / Bear & Company, hlm. 96, ISBN 0-89281-354-7.

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya