Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Diti

Diti
दिती
Tokoh dalam mitologi Hindu
NamaDiti
Ejaan Dewanagariदिती
Ejaan IASTDitī
Kitab referensiPurana, Mahabharata
AyahDaksa
Saudara59 saudari (di antaranya: Aditi, Danu, Kadru, Winata, Surabi, Ila)
SuamiKasyapa
AnakPara detya (Hiranyakasipu, Hiranyaksa, Holika, Bajrangga, Raktabija, Surapadma)[1] dan para Maruta

Diti (Dewanagari: दिती; ,IASTDitī, दिती) adalah nama salah satu putri Daksa dan Asikni dalam mitologi Hindu. Dia termasuk salah satu dari 60 (enam puluh) putri Daksa, yang menikah dengan Resi Kasyapa. Dia memiliki putra raksasa Hiranyaksa dan Hiranyakasipu. Kedua raksasa tersebut dijuluki detya, demikian juga keturunannya. Para detya terkenal sebagai musuh para dewa. Selain detya, Diti juga melahirkan kelompok dewata yang disebut Maruta; mereka menjadi sekutu Dewa Indra.[2]

Kisah

Hiranyaksa dipenggal oleh Waraha, awatara Wisnu.
Terbunuhnya Hiranyakasipu di pangkuan Narasinga, awatara Wisnu.

Ibu Hiranyakasipu dan Hiranyaksa

Dalam sastra Hindu Purana dikisahkan bahwa Diti menikah dengan Resi Kasyapa dan memiliki dua putra kembar, yaitu Hiranyaksa dan Hiranyakasipu.[3] Menurut Bhagawatapurana, mereka berdua merupakan reinkarnasi dua penjaga gerbang Waikuntha, yaitu Jaya dan Wijaya. Pada suatu zaman, Hiranyaksa mencoba menenggelamkan Pertiwi (bumi) ke dalam lautan kosmik, namun usaha tersebut digagalkan oleh Dewa Wisnu yang menjelma sebagai Waraha (babi hutan). Pada saat itu juga, Hiranyaksa dibunuh oleh Waraha. Kemudian putra Diti yang lain, yaitu Hiranyakasipu, menjadi raja para Detya. Ia menghentikan segala bentuk pemujaan kepada Tuhan karena membenci Wisnu. Akhirnya, Wisnu menjelma sebagai Narasinga untuk membunuh Hiranyakasipu.

Ibu para Maruta

Setelah kematian Hiranyaksa dan Hiranyakasipu, para detya masih senang bertengkar dengan para dewa. Banyak detya yang gugur melawan para dewa yang dipimpin oleh Indra. Kematian putra-putranya membuat Diti sedih. Akhirnya, Diti memutuskan untuk bertapa agar memperoleh keturunan yang bisa mengalahkan Indra. Ia pergi ke Syamantapancaka, letaknya di pinggir sungai Saraswati, India. Dalam tapanya, Diti memohon anugrah pada Resi Kasyapa. Setelah bertahun-tahun, Kasyapa muncul di hadapan Diti untuk memberi anugrah berupa keturunan yang dapat mengalahkan Indra, tetapi Diti harus memenuhi persyaratan agar keturunan yang dihasilkan sesuai dengan harapan. Syarat yang harus dipenuhi oleh Diti antara lain: ia harus tinggal di Syamantapancaka selama seratus tahun; tidak boleh makan pada waktu malam; tidak boleh tidur dengan rambut tergerai atau belum mandi sebelumnya; tidur di bawah pohon saat malam; tidak melakukan segala macam bentuk latihan. Apabila syarat tersebut dipenuhi, pada tahun yang keseratus sejak anugrah tersebut diberikan, Diti akan memperoleh keturunan.

Setelah Indra mengetahui rencana Diti, ia menjadi cemas sebab Diti akan melahirkan seorang anak yang mampu mengalahkannya. Maka Indra mengunjungi pertapaan Diti seolah-olah ia hendak melayaninya bibinya tersebut, padahal ia menunggu Diti melakukan kesalahan sehingga persyaratan yang diajukan Kasyapa gagal dipenuhi. Selama sembilan puluh sembilan tahun, Indra melayani Diti sambil menunggu Diti melakukan kesalahan. Karena waktu yang ditetapkan sudah dekat, Diti menjadi agak malas sehingga ia tidur tanpa keramas dan tidak menyanggul rambutnya. Melihat kesempatan tersebut, Indra langsung masuk ke dalam rahim Diti. Di dalam rahim tersebut, Indra mengeluarkan sebuah senjata bernama Bajra, lalu ia memotong janin Diti menjadi tujuh bagian. Hal itu membuat ketujuh bagian tersebut menangis. Sambil berkata Ma Ruda (jangan menangis), Indra memotong setiap bagian menjadi tujuh bagian lagi, sehingga janin Diti terbagi menjadi 49 bagian. Setelah dilahirkan, seluruh bagian tersebut menjelma sebagai dewa dan mereka disebut para Maruta, berdasarkan kata yang diucapkan Indra pada saat berada di rahim Diti. Kemudian para Maruta menjadi teman Indra, karena Diti gagal memenuhi persyaratan yang diajukan Kasyapa.[2][4]

Ibu Bajrangga

Kemudian, Diti kembali mengajukan permohonan ke hadapan Kasyapa. Seperti sebelumnya, ia memohon agar memperoleh keturunan yang mampu mengalahkan Indra. Kasyapa mengabulkan permohonan tersebut dengan syarat bahwa Diti harus melakukan tapa selama sepuluh ribu tahun. Syarat tersebut dijalankan oleh Diti. Setelah bertapa selama sepuluh ribu tahun, Diti melahirkan seorang putra yang bertubuh sekuat Bajra (senjata Indra). Anak tersebut diberi nama Bajrangga, yang secara harfiah berarti "bertubuh Bajra."[5]

Sebagai pembalasan dendam atas kematian anak-anaknya, Diti mengutus Bajrangga untuk membunuh Indra. Bajrangga melaksanakan tugas tersebut dengan berhasil. Saat Bajrangga hendak membunuh Indra, Brahma dan Kasyapa muncul untuk mencegah pembunuhan tersebut. Akhirnya, Bajrangga membebaskan Indra.[6]

Referensi

  1. ^ Mani, Vettam (1975). "Diti". Puranic Encyclopedia: a comprehensive dictionary with special reference to the epic and Puranic literature. Delhi, India: Motilal Banarsidass, Delhi. hlm. 244.
  2. ^ a b www.wisdomlib.org (2015-11-12). "Diti, Dīti: 21 definitions". www.wisdomlib.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-11-07.
  3. ^ www.wisdomlib.org (2019-01-28). "Story of Diti". www.wisdomlib.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-08-04.
  4. ^ Tamra Andrews (2000). Dictionary of Nature Myths: Legends of the Earth, Sea, and Sky. Oxford University Press. hlm. 116. ISBN 9780195136777.
  5. ^ www.wisdomlib.org (2019-03-21). "Vajranka, Vajra-anka, Vajrāṅka: 1 definition". www.wisdomlib.org. Diakses tanggal 2019-12-26.
  6. ^ Vanamali (2013-10-04). Shiva: Stories and Teachings from the Shiva Mahapurana (dalam bahasa Inggris). Simon and Schuster. hlm. Chapter 10. ISBN 978-1-62055-249-0.

Bacaan lebih lanjut

  • Hindu Goddesses: Vision of the Divine Feminine in the Hindu Religious Traditions (ISBN 81-208-0379-5) oleh David Kinsley
  • Dictionary of Hindu Lore and Legend (ISBN 0-500-51088-1) oleh Anna Dhallapiccola

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya