Teknologi pembekuan makanan

Teknologi pembekuan makanan adalah teknologi mengawetkan makanan dengan menurunkan temperaturnya hingga di bawah titik beku air. Hal ini berlawanan dengan pemrosesan termal, di mana makanan dipaparkan ke temperatur tinggi dan memicu tegangan termal terhadap makanan, dapat mengakibatkan hilangnya nutrisi, perubahan rasa, tekstur, dan sebagainya, atau pemrosesan kimia dan fermentasi yang dapat mengubah sifat fisik dan kimia makanan. Makanan beku umumnya tidak mengalami hal itu semua; membekukan makanan cenderung menjaga kesegaran makanan. Makanan beku menjadi favorit konsumen melebihi makanan kaleng atau makanan kering, terutama di sektor hasil peternakan (daging dan produk susu), buah-buahan, dan sayur-sayuran.

Hampir semua jenis bahan makanan dapat dibekukan (bahan mentah, setengah jadi, hingga makanan siap konsumsi) dengan tujuan pengawetan. Proses pembekuan makanan melibatkan pemindahan panas dari produk makanan. Hal ini akan menyebabkan membekunya kadar air di dalam makanan dan menyebabkan berkurangnya aktivitas air di dalamnya. Menurunnya temperatur dan menghilangnya ketersediaan air menjadi penghambat utama pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas enzim di dalam produk makanan, menyebabkan makanan menjadi lebih awet dan tidak mudah membusuk. Keunggulan dari teknik pembekuan makanan adalah semua hal tersebut dapat dicapai dengan mempertahankan kualitas makanan seperti nilai nutrisi, sifat organoleptik, dan sebagainya.

Sejarah

Teknik pembekuan makanan sudah dikenal sejak lama sekali, sedangkan teknik pembekuan dengan campuran garam-es diperkenalkan pada tahun 1800an di dua tempat, yaitu di Inggris (oleh H. Benjamin pada tahun 1842) dan di Amerika Sarikat (oleh Enoch Piper pada tahun 1861) yang keduanya memanfaatkannya untuk mendinginkan ikan. Komersialisasi teknik pembekuan makanan baru dimulai di akhir abad ke 19 ketika alat pendingin mekanis, yang saat ini disebut dengan lemari es, ditemukan. Dan di pertengahan abad ke 20, makanan beku mulai ikut bersaing dengan makanan kalengan dan makanan kering.[1]

Penurunan titik beku

Titik beku adalah temperatur di mana kristal es dan air berada dalam keadaan ekuilibrium; titik di mana air tepat membeku atau es tepat mencair. Air murni membeku pada temperatur 0oC pada tekanan atmosfer. Titik beku makanan berada di bawah titik beku air murni, hal ini dikarenakan makanan mengandung berbagai campuran berbagai macam zat dan masing-masing saling memengaruhi sehingga menurunkan titik beku. Level titik beku suatu makanan tergantung pada konsentrasi zat-zat dalam makanan.

Proses pembekuan

Ketika makanan dipaparkan ke temperatur dingin, produk makanan tersebut akan kehilangan panas akibat laju pindah panas yang terjadi dari makanan ke medium bertemperatur rendah di sekitarnya. Permukaan makanan akan mengalami penurunan temperatur lebih cepat dibandingkan dengan bagian dalamnya.

Jumlah air yang membeku dalam produk makanan tergantung pada temperatur pembekuan; kandungan campuran zat makanan amat memengaruhi hal tersebut. Umumnya, semakin cair suatu bahan makanan, jumlah air yang membeku akan semakin banyak. Tetapi, kuning telur masih menyisakan lebih dari 20 persen air meski sudah didinginkan hingga minus 40oC. Hal ini dikarenakan kandungan protein yang tinggi yang terlarut dalam air. Kekurangan teknik pembekuan adalah sulitnya membekukan kandungan air yang ada dalam bahan makanan secara sempurna sehingga masih menyisakan risiko pertumbuhan mikroorganisme; untuk mengatasinya diperlukan pendinginan lebih jauh lagi untuk menghentikan aktivitas enzim mikroorganisme dan/atau membekukan lebih banyak air, namun hal itu tidaklah ekonomis.

Perubahan fase dan formasi kristal es

Ketika temperatur produk makanan diturunkan hingga di bawah titik beku air, air mulai membentuk kristal es. Pembentukan kristal es dapat disebabkan oleh kombinasi molekul-molekul air yang disebut dengan nukleasi homogenik, atau pembentukan inti di sekitar partikel tersuspensi yang dikenal dengan nama nukleasi heterogen.[2] Nukleasi homogen terjadi dalam kondisi di mana zat terbebas dari zat pengotor yang pada umumnya berperan sebagai inti ketika terjadi proses pembekuan. Nukleasi heterogen terjadi ketika molekul-molekul air bersatu dengan agen nukleasi seperti benda asing, zat tak terlarut, atau bahkan dinding pembungkus.[3] Nukleasi heterogen adalah tipe yang umum terjadi dalam proses pembekuan makanan.

Tipe ketiga dari proses nukleasi, yang disebut dengan pembentukan inti sekunder, terbentuk ketika kristal-kristal membelah. Tipe kristalisasi ini memberikan ukuran kristal yang seragam, dan umum terjadi pada proses pembekuan makanan cair (Franks, 1987).

Umumnya, dalam proses pembekuan makanan, temperatur berkurang mulai dari temperatur awal di atas titik beku hingga beberapa derajat di bawah titik beku. Dalam proses ini, temperatur di 0 hingga -5oC disebut zona kritis yang diperlukan oleh makanan dalam pembentukan kristal-kristal es. Lamanya waktu yang diperlukan bagi makanan dalam melalui zona kritis ini menentukan jumlah dan ukuran kristal es yang terbentuk. Proses pembekuan yang cepat akan membentuk sejumlah besar kristal es berukuran kecil, sedangkan pendinginan dalam waktu yang lambat akan membentuk sejumlah kecil kristal es berukuran besar. Pembekuan yang lambat memberikan waktu bagi molekul-molekul air untuk bermigrasi menuju inti yang akan bersatu dengannya untuk membentuk agregat kristal es sehingga menghasilkan kristal es berukuran besar. Pembentukan kristal es berukuran besar ini akan memengaruhi struktur makanan dan menyebabkan hilangnya kualitas makanan. Kristal es yang besar akan menusuk dinding sel produk makanan dan merusaknya. Kerusakan akan semakin besar dengan semakin lambatnya laju pembekuan.[4] Solusi terbaik adalah dengan mencegah terjadinya kristalisasi ini dengan risiko meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme yang dapat merusak makanan karena temperatur yang masih memungkinkan bagi pertumbuhan mikroorganisme. Solusi dari masalah tersebut adalah dengan menambahkan protein anti beku yang dapat menurunkan titik beku air dan mencegah kristalisasi pada temperatur yang sangat rendah.[5]

Perkiraan waktu pembekuan

Semua produk makanan mengandung berbagai jenis zat terlarut. Sangat sulit untuk menentukan pada temperatur berapa seluruh air dalam produk makanan akan membeku, dikarenakan keberadaan zat terlarut dalam makanan menurunkan titik beku.

Laju pendinginan yang memengaruhi waktu pembekuan yang diperlukan produk makanan kualitas produk makanan dapat didefinisikan oleh selisih antara temperatur awal produk makanan dan temperatur akhir pembekuan dibagi dengan waktu. (oC/s). Dapat juga didefinisikan dengan rasio dari selisih antara temperatur permukaan dan temperatur bagian dalam produk makanan dengan waktu yang dibutuhkan bagi permukaan produk makanan untuk mencapai temperatur 0oC dan bagian dalam produk makanan untuk mencapai temperatur -5oC.

Perkiraan waktu pembekuan adalah faktor utama dalam melakukan pembekuan makanan. Waktu pembekuan menentukan kapasitas alat pendingin yang dibutuhkan dalam melakukan pembekuan.

Faktor yang memengaruhi lamanya proses pembekuan adalah konduktivitas termal, kalor jenis, ketebalan, massa jenis, dan luas permukaan produk makanan serta selisih temperatur antara produk makanan dengan medium pendinginan dan resistansi laju pindah panas. Perkiraan waktu pembekuan semakin sulit dilakukan karena konduktivitas termal, massa jenis, dan kalor jenis produk makanan bervariasi bergantung pada temperatur awal, ukuran, dan bentuk dari makanan.

Semakin besar ukuran produk makanan, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pembekuan akan semakin lama. Hal ini dikarenakan meningkatnya kalor laten dan jumlah kalor yang harus dipindahkan. Peningkatan ukuran makanan juga meningkatkan resistansi internal terhadap laju pindah panas, sehingga membutuhkan waktu lebih lama dalam pembekuan.

Alat pembekuan

Tipe peralatan yang digunakan untuk produk tertentu ditentukan oleh berbagai faktor. Sensivitas produk, ukuran, dan bentuk produk makanan serta kualitas akhir yang diperlukan, laju produksi, ketersediaan ruang, kapasitas investasi, tipe media pendinginan yang digunakan, dan sebagainya. Peralatan pembekuan secara umum dapat dikelompokan sebagai berikut:

  • Memanfaatkan kontak langsung dengan permukaan dingin; produk makanan, baik dalam keadaan dikemas atau tidak, diekspos secara langsung dengan permukaan dingin, logam, lempengan, dan sebagainya.
  • Memanfaatkan media udara sebagai media pendinginan; udara dalam temperatur yang sangat dingin digunakan dalam mendinginkan produk makanan. Air blast, spray udara, fluidized bed juga termasuk dalam metode tersebut.
  • Menggunakan cairan sebagai coolant. Dalam hal ini, cairan yang bertemperatur sangat rendah, titik didih yang rendah, serta memiliki konduktivitas termal yang tinggi digunakan dalam mendinginkan produk makanan. Cairan disemprotkan ke produk atau produk direndam ke dalam cairan. Termasuk dalam metode ini adalah cryogenic.

Kontak langsung dengan permukaan dingin

Dalam pembekuan sistem lempengan dingin, lempengan seolah menjadi pembungkus produk makanan tersebut. Lempengan dapat berupa lempengan ganda atau lempengan banyak yang didinginkan dengan berbagai cara. Ruang udara di antara lempeng dan pembungkus dapat menambah resistansi hambatan laju transfer kalor, sehingga ruang antara lempengan harus diminimalisasi menyesuaikan dengan ukuran produk makanan. Dan itulah yang menjadi keuntungan dari metode ini; bentuk dan ukuran lempengan dapat disesuaikan dengan ukuran produk makanan. Keuntungan lainnya adalah, pembekuan dapat dilakukan dengan cepat dari berbagai sisi produk makanan, karena logam memiliki konduktivitas termal yang tinggi sehingga transfer panas dapat melaju dengan cepat.

Pembekuan dengan lempengan-lempengan seperti ini cenderung lebih menghemat ruang karena penyusunan letak makanan yang rapih dan terstruktur.

Pembekuan dengan memanfaatkan media udara

Adalah tipe pembekuan yang umum, yaitu ruang pendingin yang diisi oleh udara yang didinginkan. Keuntungannya adalah, dengan memanfatkan aliran konveksi, temperatur dingin dapat disebarkan hingga ke sudut ruangan secara efisien, namun koefisien transfer panas konvektif udara cenderung kecil sehingga pembekuan perlu dilakukan dalam waktu yang lebih lama akibat rendahnya laju transfer panas. Semakin besar ruangan, semakin kecil kalor yang dapat dipindahkan dalam satuan waktu tertentu. Hilangnya berat dari produk juga dapat terjadi akibat kontak langsung antara produk dan air yang mampu mengangkat kandungan air dalam produk makanan, terutama jika temperatur dan kelembaban memungkinkan.

Sirkulasi udara dapat dilakukan secara alami maupun secara mekanis dengan menggunakan kipas.

Pembekuan dengan menggunakan cairan

Umumnya, produk makanan direndam dalam cairan pendingin yang didinginkan. Cairan yang digunakan berupa cairan yang memiliki titik didih rendah namun memiliki kemampuan menyerap panas yang tinggi, misalnya glikol atau cairan lainnya yang disebut coolant. Makanan cair juga dapat didinginkan dengan cara ini asalkan dikemas terlebih dahulu sebelum direndam. Umumnya tidak ada kontak langsung antara produk makanan dengan cairan pendingin, karena berisiko merusak kualitas produk makanan.

Penyemprotan makanan juga termasuk metode ini, dengan menggunakan cairan pendingin yang sejenis. Makanan dialirkan dengan konveyor, lalu dilakukan penyemprotan. Setelah dilakukan penyemprotan, umumnya produk makanan dibekukan dengan memanfaatkan media udara seperti aliran udara dingin. Cara ini menjadikan makanan menjadi beku lebih cepat dibandingkan tanpa cairan pendingin.

Dengan metode cryogenic, makanan dapat dibekukan dengan cara yang cepat. Makanan direndam dalam cairan cryogenik yang disebut dengan cryogen. Cryogen yang umum digunakan misalnya nitrogen cair dan karbon dioksida cair. Nitrogen cair memiliki titik didih yang sangat rendah, yaitu -196oC, sedangkan karbon dioksida cair memiliki titik didih -79oC. Cryogen cenderung tidak berbau, tidak berwarna, dan inert sehingga tidak akan bereaksi dengan bahan makanan padat walau pendinginan dilakukan dalam keadaan tanpa dikemas dan memengaruhi kualitas makanan kecuali terhadap temperatur dinginnya itu sendiri. Selain itu, cryogen memiliki laju transfer panas yang lebih tinggi dibandingkan dengan cairan pendingin lainnya.

Pada proses pembekuan dengan cryogenic, pendinginan awal perlu dilakukan untuk mencegah keretakan akibat turunnya temperatur secara drastis karena volum produk makanan mengalami perubahan volum yang sangat cepat ketika terendam dalam cryogen. Mempertahankan temperatur sangat mungkin karena cryogen yang menguap memiliki koefisien transfer kalor konvektif yang sangat tinggi.

Modifikasi terbaru dari pendingin cryogenic adalah pendingin cryomechanical yang menggabungkan metode perendaman produk dalam cairan cryogen dan metode mekanik yaitu menggunakan konveyor tipe sprayer, spiral, ataupun belt yang memanfaatkan uap cryogen. Hal ini akan mengurangi waktu pendinginan, mengurangi hilangnya berat produk makanan, meningkatkan kualitas produk, dan meningkatkan efisiensi.[6]

Pengaruh pembekuan dan penyimpanan beku terhadap makanan

Setiap penambahan maupun pengurangan panas yang dilakukan terhadap makanan akan membawa beberapa perubahan terhadap makanan tersebut. Pendinginan akan mengubah air menjadi es, dan sifat makanan akan ditentukan oleh sifat es tersebut. Pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas enzim ditentukan oleh berkurangnya aktivitas air dalam makanan beku. Jumlah dan ukuran inti es yang terbentuk cukup memengaruhi kualitas produk dalam hal tingkat kerusakan dinding sel bakteri dan juga struktur jaringan produk makanan. Kehilangan berat dan mengeringnya permukaan umumnya kekurangan kualitas yang tidak diinginkannya. Kondisi penyimpanan dan transportasi, terutama fluktuasi temperatur akan memengaruhi kristalisasi es dan kualitas produk.

Efek terhadap karakter fisik

Ketika air diubah menjadi es, volumenya bertambah 9% (air memiliki volume terkecil pada temperatur 4oC lalu bertambah volumenya seiring penurunan temperatur, sifat anomali air).[7] Jika produk makanan tersebut mengandung banyak air, maka hal yang sama akan terjadi, namun kadar air, temperatur pendinginan, dan keberadaan ruang antar sel amat memengaruhi perubahan volume tersebut.

Kerusakan sel juga mungkin terjadi akibat pendinginan; hal ini diakibatkan gerakan kristal es atau kondisi osmotik sel. Produk daging tidak mengalami kerusakan sebesar produk buah-buahan dan sayuran karena struktur fibrous yang dimiliki daging lebih elastis dibandingkan struktur buah dan sayur yang cenderung kaku.

Kehilangan berat akibat pendinginan juga menjadi masalah karena selain masalah kualitas, hal ini juga merupakan masalah ekonomi jika produk dijual berdasarkan berat produk. Produk yang tidak dikemas akan mengalami kehilangan berat lebih besar akibat perpindahan tingkat kelembaban menuju wilayah yang bertekanan lebih rendah akibat kontak langsung dengan media pendinginan.

Cracking atau terbentuknya retakan pada permukaan hingga bagian dalam produk juga bisa terjadi, terutama ketika produk makanan dibekukan dengan cara direndam ke dalam cairan pendingin atau cryogen yang menyebabkan terbentuknya lapisan beku di permukaan makanan. Lapisan ini melawan peningkatan volume dari dalam sehingga produk akan mengalami stress di bagian dalamnya. Jika lapisan beku yang terbentuk cukup rapuh, akan terjadi retakan. Sifat produk seperti porositas, ukuran, modulus elastisitas, dan densitas amat memengaruhi terjadinya keretakan tersebut. Perubahan densitas terjadi akibat bertambahnya volume, dan ini bisa ditangani dengan pendinginan dalam kondisi tekanan tinggi.

Efek terhadap bahan penyusun makanan

Pendinginan akan mengurangi aktivitas air pada makanan. Mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada kondisi aktivitas air yang rendah dan temperatur di bawah nol. Organisme patogen tidak bisa tumbuh pada temperatur di bawah 5oC, namun tipe organisme lainnya memiliki respon yang berbeda. Sel vegetatif ragi, jamur, dan bakteri gram negatif akan hancur pada temperatur rendah, namun bakteri gram positif dan spora jamur diketahui tidak dipengaruhi oleh temperatur rendah. Protein akan mengalami denaturasi dalam temperatur dingin yang mengakibatkan perubahan penampilan produk, tetapi nilai nutrisinya tidak terjadi walau terjadi denaturasi selama berat tidak berkurang. Pembekuan tidak memengaruhi kandungan vitamin A, B, D, dan E, namun memengaruhi kandungan vitamin C.

Efek pembekuan terhadap sifat termal makanan

Pengetahuan tentang sifat termal produk makanan dibutuhkan dalam mendesain proses pembekuan dan alat yang dibutuhkan, termasuk juga kapasitas pemindahan panas.

Sifat termal beberapa produk makanan beku pada kandungan air tertentu

Produk makanan (kadar air, %) Kalor jenis (kJ/kg K) Kalor laten (kJ/kg)
Apel (84) 1,88 280
Kacang-kacangan (89) 1,96 296,8
Kol (92) 1,96 305,1
Persik (87) 1,92 288,4
Pisang (75) 1,76 255
Semangka (92) 2,0 305,1
Wortel (88) 1,88 292,6
Daging ikan (70) 1,67 275,9
Daging sapi (75) 1,67 255
Roti (32-37) 1,42 108,7-221,2
Susu (87,5) 2,05 288,4
Telur (-) 1,67 288,4
Telur tidak dicantumkan kadar airnya karena pada umumnya setiap butir telur mengandung kadar air yang sama

Konduktivitas termal es adalah 4 kali konduktivitas termal air (konduktivitas termal es adalah 2,24 W/m K, konduktivitas termal air adalah 0,56 W/m K) sehingga konduktivitas termal makanan beku umumnya 3-4 kali lebih besar dibandingkan makanan yang tidak dibekukan. Selama tahap awal pembekuan, peningkatan konduktivitas termal berlangsung cepat. Untuk makanan yang kaya kandungan lemaknya, variasi konduktivitas termal terhadap temperatur dapat diabaikan, namun dalam kasus produk daging, orientasi serat otot memengaruhi konduktivitas termal[8]

Kalor jenis es hanya setengahnya dari kalor jenis air. Selama masa pendinginan, kalor jenis produk makanan menurun. Pengukuran kalor jenis cukup rumit karena terdapat perubahan fase berkelanjutan dari air ke es. Kalor laten dari produk makanan dapat diperkirakan dari fraksi air yang ada pada makanan.[9] Difusivitas termal dari makanan beku bisa diperkirakan dari massa jenis, kalor jenis, dan termal konduktivitas. Digabungkan dengan data mengenai konduktivitas termal dan kalor jenis es terhadap air, dapat diperkirakan bahwa makanan beku memiliki nilai difusivitas termal 9-10 kali lebih besar dibandingkan dengan makanan yang tidak dibekukan.[1]

Pengembangan teknik pembekuan

Pembekuan dengan tekanan tinggi

Metode pembekuan konvensional, terutama dalam kasus makanan berukuran besar, akan menyebabkan terbentuknya gradien temperatur yang besar. Permukaan produk makanan akan mengalami percepatan pembekuan yang lebih cepat dibandingkan dengan bagian dalamnya, sehingga pada bagian permukaan makanan akan memiliki sejumlah besar kristal es berukuran kecil sedangkan bagian dalamnya akan memiliki sejumlah kecil kristal es berukuran besar. Hal ini akan menyebabkan kehilangan kualitas produk.

Pembekuan konvensional juga akan menyebabkan peningkatan volume dari produk dan menyebabkan kerusakan jaringan. Ketika pembekuan dilakukan pada tekanan tinggi, peningkatan volume dapat dicegah dan antara permukaan dan bagian dalam produk makanan akan mengalami pembekuan dalam kecepatan yang tidak jauh berbeda sehingga pembentukan kristal es akan homogen pada bagian permukaan dan bagian dalam produk makanan.

Dehydrofreezing

Adalah metode pembekuan makanan yang diaplikasikan khususnya pada makanan berkadar air tinggi. Makanan didehidrasikan untuk memenuhi kadar air yang diperlukan sebelum dibekukan. Ketika produk seperti buah dan sayuran segar dengan kadari air tinggi dibekukan, masalah utama yang mengganggu kualitas adalah peningkatan volume akibat kadar air di dalamnya yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.[10][11][12] Dehidrasi parsial dapat dilakukan dengan pengering udara konvensional atau pengeringan osmotik. Dehidrasi parsial dapat memberikan berbagai keuntungan, diantaranya menurunkan beban transfer kalor produk makanan, mempermudah dan mengurangi biaya penyimpanan, penanganan, dan pengiriman.

Konservasi energi dalam proses pembekuan

Pembekuan adalah kegiatan dengan penggunaan energi yang intensif. Keefektivan biaya dari kegiatan pembekuan tergantung pada beban pendinginan produk makanan yang menentukan besar energi yang dikonsumsi alat pembeku. Memindahkan panas pada awal proses pembekuan merupakan hal yang tersulit dan membutuhkan banyak waktu, sehingga titik akhir pembekuan, yang pada umumnya sulit ditentukan, harus diperkirakan dengan tepat dan amat menentukan total konsumsi energi alat pembeku. Manipulasi bahan penyusun produk makanan, automatisasi alat pendingin, pelacakan perubahan fase air-es, dan sebagainya, juga menjadi hal yang penting dalam penentuan total energi yang dibutuhkan dalam proses pembekuan karena mencegah pemindahan panas yang berlebihan.

Referensi

  1. ^ a b Desrosier N. W. dan Desrosier J. W. The Technology of Food Preservation, Edisi Keempat. Westport, CN: AVIPub Co. 1982.
  2. ^ Fellows P. J. Food Processing Technology Principals and Practice, Edisi Kedua. New York: CRC Press. 2000.
  3. ^ Sahagian M. E. dan Goff H. D.. “Fundamental aspects of food freezing process.” In: A maligned and misunderstood concept, (Franks F.), 1987, Cryoletters, 8: 53, 1996.
  4. ^ Otero L., Martino M., Zaritzky N., Solas M., dan Sanz P. D.. “Preservation of microstructure in peach and mango during high pressure shift freezing.” Jurnal Food Sci. 65(3): 466–470, 2000.
  5. ^ Feeney R. E. dan Yeh Y. (1998). “Antifreeze proteins: current status and possible food uses.” Trends Food Sci. Tech. 9: 102–106, 1998.
  6. ^ Agnelli M. E. dan Mascheroni R. H. “Cryomechanical freezing: A model for the heat transfer process.” Jurnal Food Eng. 47: 263–270, 2001.
  7. ^ Kalichevsky M. T., Knorr D., dan Lillford P. J. “Potential food applications of high pressure effects on ice water transitions.” Trends in Food Science and Technology, 6: 253–258, 1995.
  8. ^ Dickerson R. W., Jr. “Thermal properties of foods.” dalam: The Freezing Preservation of Foods, (Tressler D. K., Van Arsdel W. B., dan Kopley M. J., eds), pp 26–51. Westport, CN: The AVI Publishing Co. 1968.
  9. ^ Fennema D., Powrie W. D., dan Marth E. H.. Low temperature preservation of foods and living matter. New York: Marcel Dekker Inc. 1973
  10. ^ Biswal R. N., Bozorgmehr K., Tompkins F. D., dan Liu X. “Osmotic concentration of green beans prior to freezing.” Jurnal Food Sci. 56(4): 1008–1011, 1991.
  11. ^ Garrote R. L. dan Bertone R. A. “Osmotic concentration at low temperature of frozen strawberry halves. Effect of glycerol glucose and sucrose solution on exudates loss during thawing.” Food Sci. Tech. 22: 264–267, 1989.
  12. ^ Robbers M., Singh R. P., dan Cunha L. M.. “Osmotic convective dehydrofreezing process for drying kiwifruit.” Jurnal Food Sci. 62(5): 1039–1042, 1047, 1997.

Bacaan terkait

  • Agnelli M. E. dan Mascheroni R. H. “Cryomechanical freezing: A model for the heat transfer process.” Jurnal Food Eng. 47: 263–270, 2001.
  • Biswal R. N., Bozorgmehr K., Tompkins F. D., dan Liu X. “Osmotic concentration of green beans prior to freezing.” Jurnal Food Sci. 56(4): 1008–1011, 1991.
  • Cleland A. C. dan Earle R. L. “A comparison of analytical and numerical methods of predicting the freezing times of foods.” Jurnal Food. 42(5): 390–1395, 1977.
  • Cleland A. C. dan Earle R. L. “A comparison of methods for predicting the freezing times of cylindrical and spherical food stuffs.” Jurnal Food Sci. 44(4): 958–963, 970, 1979.
  • Cleland A. C. dan Earle R. L. “Freezing time prediction for foods—a simplified procedure.” Int Jurnal Refri. 5(3): 134–140, 1982.
  • Cleland A. C. dan Earle R. L. “Freezing time predictions for different final product temperatures.” Jurnal Food Sci. 49: 1230, 1984.
  • Dickerson R. W., Jr. “Thermal properties of foods.” dalam: The Freezing Preservation of Foods, (Tressler D. K., Van Arsdel W. B., dan Kopley M. J., eds), pp 26–51. Westport, CN: The AVI Publishing Co. 1968.
  • Desrosier N. W. dan Desrosier J. W. The Technology of Food Preservation, Edisi Keempat. Westport, CN: AVIPub Co. 1982.
  • Earle R. L. Unit operations of food processing, Edisi Kedua. New York: Pergamon Press. 1983.
  • Feeney R. E. dan Yeh Y. (1998). “Antifreeze proteins: current status and possible food uses.” Trends Food Sci. Tech. 9: 102–106, 1998.
  • Fellows P. J. Food Processing Technology Principals and Practice, Edisi Kedua. New York: CRC Press. 2000.
  • Fennema D. dan Powrie W. D.. “Fundamentals of low temperature food preservation.” Adv. Food Res. 13: 219, 1964.
  • Fennema D., Powrie W. D., dan Marth E. H.. Low temperature preservation of foods and living matter. New York: Marcel Dekker Inc. 1973
  • Fricke B. A. dan Becker B. R. “Calculation of Food freezing times and heat transfer coefficients.” ASHRAE Trans. 110(2): 145–157, 2004.
  • Fuchigami M., Kato N., dan Teramoto A. “High pressure freezing effects on textural quality of carrots.” Jurnal Food Sci. 62(4): 804–808, 1997a.
  • Fuchigami M., Kato N., dan Teramoto A. "Histological changes in high pressure frozen carrots." Jurnal Food Sci. 62(4): 809–812, 1997b.
  • Fuchigami M. dan Teramoto A. “Structural and Textural changes in Kinu-tofu due to high pressure freezing.” Jurnal Food Sci. 62(4): 828–832, 1997.
  • Garrote R. L. dan Bertone R. A. “Osmotic concentration at low temperature of frozen strawberry halves. Effect of glycerol glucose and sucrose solution on exudates loss during thawing.” Food Sci. Tech. 22: 264–267, 1989.
  • Goff H. D. “Low temperature stability and the glossy state in frozen foods.” Food Res. Internat. 25: 317, 1992.
  • Heldman D. R. dan Singh R. P. Food Process Engineering, Edisi Kedua. West Port, CN: The AVI Pub Co. 1981.
  • Heldman D. R. “Food Freezing.” Dalam: Handbook of Food engineering, (D. R. Heldman dan D. B. Lund, eds.) New York: Marcel Dekker Inc. 1992.
  • Hsieh R. C., Lerew L. E., dan Heldman D. R. “Prediction of freezing times for foods as influenced by product properties.” Jurnal Food Proc. Engr. 1: 183, 1977.
  • Huns Y. C. dan Thompson D. R. “Freezing time prediction for slab shape food stuffs by an improved analytical method.” Jurnal Food Sci. 48: 555, 1983.
  • I.I.R. Recommendations for processing and handling of frozen foods, Edisi Kedua. International Institute of Refrigeration, Paris, 1971.
  • Jeremiah L. E. Freezing effects on food quality. New York: Marcel Dekker Inc. 1996.
  • Kalichevsky M. T., Knorr D., dan Lillford P. J. “Potential food applications of high pressure effects on ice water transitions.” Trends in Food Science and Technology, 6: 253–258, 1995.
  • Kessler H. G. Food and Bioprocess Engineering. Muenchen: Verlag H. Kessler. 2002.
  • Kim N. K. dan Hung Y. C.. “Freeze cracking of foods as affected by physical properties.” Jurnal Food Sci. 59(3): 669–674, 1994.
  • Knorr D., Scfleveter O., dan Heinz V.. “Impact of high hydrostatic pressure on phase transitions of foods.” Food Tech. 52(9): 42–45, 1998.
  • Leiva M. L. dan Hallstrom B. “The original Plank’s equation and its use in the development of food freezing rate predictions.” Jurnal Food Sci. 58: 267–275, 2003.
  • Leniger H. A. dan Beverloo W. A. Food Process Engineering. D. Reidel, Dordrecht, pp 351–398, 1975.
  • Lentz C. P. “Thermal conductivity of meats, fats, gelatin gels and ice.” Food Technol. 15: 243–247, 1961.
  • Michelis A. D. dan Calvelo A. “Freezing time predictions for Brick and cylindrical shaped foods.” Jurnal Food Sci. 48: 909, 1983.
  • Norwig J. F. dan Thompson D. R. “Review of dehydration during freezing.” Trans. ASAE. 1619–1624, 1984.
  • Otero L., Martino M., Zaritzky N., Solas M., dan Sanz P. D.. “Preservation of microstructure in peach and mango during high pressure shift freezing.” Jurnal Food Sci. 65(3): 466–470, 2000.
  • Panye S. R. dan Young O. A.. “Effect of preslaughter administration of antifreeze proteins on frozen meat quality.” Meat Sci. 4l: 147–155, 1995.
  • Rahman M. S. “Food Preservation by Freezing.” dalam: Handbook of Food Preservation, (Rahman M. S., ed.). New York: Marcel Dekker Inc. 1999.
  • Robbers M., Singh R. P., dan Cunha L. M.. “Osmotic convective dehydrofreezing process for drying kiwifruit.” Jurnal Food Sci. 62(5): 1039–1042, 1047, 1997.
  • Sahagian M. E. dan Goff H. D.. “Fundamental aspects of food freezing process.” In: A maligned and misunderstood concept, (Franks F.), 1987, Cryoletters, 8: 53, 1996.
  • Salvadori V. O. dan Mascheroni R. H. “Analysis of impingement freezers performance.” Jurnal Food Eng. 54: 133–140, 2002.
  • Sheen S. dan Whitney L. F. “Modeling Heat Transfer in fluidized beds of large particles and its application in the freezing of large food items.” Jurnal Food Eng. 12: 249–265, 1990.
  • Singh R. P. dan Wang C. Y. “Quality of frozen foods—a review.” Jurnal Food Proc. Pres. 2: 249–264, 1977.
  • Smith J. G., Eda A. J., dan Gene R. “Thermal Conductivity of frozen foods stuffs.” Mod. Refri. 55: 254, 1952.
  • Volz F. E. dan Gortner W. A. “The effect of desiccation on frozen vegetables.” Food Technol. 3: 307–313, 1949.
  • Woodams E. E. dan Nowrey J. E. “Literature values of thermal conductivity of foods.” Food Tech. 22(4): 150, 1968.
  • Yin Li-Jung, Chen M., Tzeng S., Chiou T., and Jiang S. “Properties of extra cellular ice nucleating substances from pseudomonas fluorescents MACH-4 and its effect on the freezing of some food materials.” Fish. Sci. 71: 941–947, 2005.

Read other articles:

Eden SherSan Diego ComiCon 2017LahirEden Rebecca Sher26 Desember 1991 (umur 32)Los Angeles, California, Amerika SerikatPekerjaanAktris Eden Rebecca Sher atau lebih akrab dipanggil Eden Sher (lahir 26 Desember 1991) adalah seorang Aktris Hollywood berkebangsaan Amerika Serikat yang terkenal lewat perannya sebagai Sue Heck dalam serial film The Middle produksi ABC. Filmography Tahun Judul Peran Notes 2001 Stuck Gadis Ulat Pemeran Utama 2006 Weeds Gretchen Pemeran PembantuNominated - Scree...

 

 

Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini.Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala.Tag ini diberikan pada April 2012. ArdanabiaCiri-ciri fisikMuara sungaiAdourPanjang26 km Ardanabia (juga dikenal sebagai Ardanabie, Ardanavie, Ardanavy, Ardanavia) adalah anak sungai kiri dari Adour, di Negara Basque Prancis, di Aquitaine, Prancis Baratdaya. Geografi Ardanabia bermuara di...

 

 

Об экономическом термине см. Первородный грех (экономика). ХристианствоБиблия Ветхий Завет Новый Завет Евангелие Десять заповедей Нагорная проповедь Апокрифы Бог, Троица Бог Отец Иисус Христос Святой Дух История христианства Апостолы Хронология христианства Ран�...

Atlanta Botanical GardenLocationAtlanta, GeorgiaCoordinates33°47′24″N 84°22′26″W / 33.79000°N 84.37389°W / 33.79000; -84.37389Created1976 The Atlanta Botanical Garden is a 30 acres (12 ha) botanical garden located adjacent to Piedmont Park in Midtown Atlanta, Georgia, United States. Incorporated in 1976, the garden's mission is to develop and maintain plant collections for the purposes of display, education, conservation, research and enjoyment.[1&...

 

 

Untuk perangkat lunak web pertama, lihat WorldWideWeb. Artikel ini bukan mengenai Internet. Waring Wera Wanua Representasi grafis dari Waring Wera Wanua di seluruh Wikipedia bahasa InggrisTipeSistem informasi, hypertext system, bidang khusus dan bidang penelitian Versi pertama12 Maret 1989 Informasi tambahanStack ExchangeEtiqueta Sunting di Wikidata  • Sunting kotak info • L • BBantuan penggunaan templat ini World Wide Web[1][2] atau Jejaring Jagat Jembar ...

 

 

Odet de Coligny de Châtilloncardinale di Santa Romana ChiesaJean Clouet, Ritratto del cardinale de Coligny (1555 circa); disegno su carta, Musée Condé, Chantilly.  Incarichi ricoperti Cardinale diacono dei Santi Sergio e Bacco (1533-1549) Amministratore apostolico di Tolosa (1534-1550) Amministratore apostolico di Beauvais (1535-1563) Abate commendatario di Saint-Lucien de Beauvais (1537-1563) Abate commendatario di Froidmont (1547-1563) Abate commendatario di Sainte-Trinité de la Lu...

1981 Danish general election ← 1979 8 December 1981 1984 → All 179 seats in the Folketing90 seats needed for a majorityTurnout83.26% Party Leader % Seats +/– Social Democrats Anker Jørgensen 32.87 59 −9 Conservatives Poul Schlüter 14.45 26 +4 SF Gert Petersen 11.31 21 +10 Venstre Henning Christophersen 11.31 20 −2 Progress Mogens Glistrup 8.91 16 −4 Centre Democrats Erhard Jakobsen 8.28 15 +9 Social Liberals Niels Helveg Petersen 5.12 9 −1 Left Soc...

 

 

Rugby playerTendai MtawariraMtawarira in 2008Full nameTendai MtawariraDate of birth (1985-08-01) 1 August 1985 (age 38)Place of birthHarare, ZimbabweHeight1.88 m (6 ft 2 in)Weight120 kg (260 lb; 18 st 13 lb)SchoolChurchill SchoolPeterhouse Boys' SchoolOccupation(s)Rugby union playerRugby union careerPosition(s) Loosehead PropSenior careerYears Team Apps (Points)2020 Old Glory DC 2 (0) Correct as of 5 December 2022Provincial / State sidesYears Team...

 

 

Election in Washington Main article: 1908 United States presidential election 1908 United States presidential election in Washington (state) ← 1904 November 3, 1908 1912 →   Nominee William Howard Taft William Jennings Bryan Eugene V. Debs Party Republican Democratic Socialist Home state Ohio Nebraska Indiana Running mate James S. Sherman John W. Kern Ben Hanford Electoral vote 5 0 0 Popular vote 106,062 58,691 14,177 Percentage 57.68% 31.92% 7.7...

一中同表,是台灣处理海峡两岸关系问题的一种主張,認為中华人民共和国與中華民國皆是“整個中國”的一部份,二者因為兩岸現狀,在各自领域有完整的管辖权,互不隶属,同时主張,二者合作便可以搁置对“整个中國”的主权的争议,共同承認雙方皆是中國的一部份,在此基礎上走向終極統一。最早是在2004年由台灣大學政治学教授張亞中所提出,希望兩岸由一中各表�...

 

 

The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints in the Lesser AntillesAn LDS Church meetinghouse in CuracaoAreaCaribbeanMembers9,959 (2022)[1]Stakes1Districts4Wards5Branches29Total Congregations[2]34Missions2Family History Centers13 The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints in the Lesser Antilles refers to The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints (LDS Church) and its members in the Lesser Antilles. The Lesser Antilles is part of the Caribbean Area and is part of ...

 

 

Pour les articles homonymes, voir Servilius Priscus Structus. Quintus Servilius Structus PriscusFonctionsPréfet de Rome465 av. J.-C.Consulavec Spurius Postumius Albus Regillensis466 av. J.-C.Consulavec Titus Quinctius Capitolinus Barbatus468 av. J.-C.Sénateur romainBiographieNaissance Rome antiqueDécès Lieu inconnuÉpoque République romaine archaïque (d)Activités Homme politique de la Rome antique, militaire romainFamille Servilii Prisci (d)Père InconnuMère InconnueGens ServiliiStat...

У этого термина существуют и другие значения, см. 122-мм пушка. 122-мм пушка Д-74 Д-74 в музее в Ханое Тип пушка Страна  СССР История службы Войны и конфликты Китайско-вьетнамская война Характеристики Масса, кг 5500 (в боевом)5550 (в походном) Длина, мм 8630 в боевом,8690 в походном полож...

 

 

Prime Minister of the United Kingdom from 2007 to 2010 For other people named Gordon Brown, see Gordon Brown (disambiguation). The Right HonourableGordon BrownCH HonFRSEOfficial portrait, c. 2008Prime Minister of the United KingdomIn office27 June 2007 – 11 May 2010MonarchElizabeth IIFirst SecretaryThe Lord Mandelson (2009–2010)Preceded byTony BlairSucceeded byDavid CameronLeader of the Labour PartyIn office24 June 2007 – 11 May 2010DeputyHarriet HarmanPreced...

 

 

Pour les articles homonymes, voir Globes de cristal. Si ce bandeau n'est plus pertinent, retirez-le. Cliquez ici pour en savoir plus. Cet article ne cite pas suffisamment ses sources (janvier 2016). Si vous disposez d'ouvrages ou d'articles de référence ou si vous connaissez des sites web de qualité traitant du thème abordé ici, merci de compléter l'article en donnant les références utiles à sa vérifiabilité et en les liant à la section « Notes et références ». En p...

1907 Invincible-class battlecruiser of the Royal Navy For other ships with the same name, see HMS Indomitable. Illustration of Indomitable in 1908 History United Kingdom NameIndomitable Ordered1906 Naval Programme BuilderFairfield Shipbuilding and Engineering Company, Govan Laid down1 March 1906 Launched16 March 1907 Commissioned25 June 1908 Out of serviceFebruary 1919 Stricken31 March 1920 FateSold for scrap, 1 December 1921 General characteristics Class and typeInvincible-class battlecruise...

 

 

مؤشر سرعة جوية السرعة الجوية أو سرعة الهواء هي سرعة الطائرة بالنسبة إلى الهواء، وهناك عدة قياسات مختلفة لسرعة الهواء: السرعة الجوية المبينة (indicated airspeed), السرعة الجوية المعدلة (calibrated airspeed), سرعة جوية مكافئة (equivalent airspeed), السرعة الجوية الصحيحة (true airspeed). تقاس تلك السرعة بالطائر...

 

 

Faculty of mind to store and retrieve data This article is about human memory. For other uses, see Memory (disambiguation). Neuropsychology Topics Brain regions Clinical neuropsychology Cognitive neuropsychology Cognitive neuroscience Dementia Human brain Neuroanatomy Neurophysiology Neuropsychological assessment Neuropsychological rehabilitation Traumatic brain injury Brain functions Arousal Attention Consciousness Decision making Executive functions Natural language Learning Memory Motor co...

Driss Ksikes Driss Ksikes (in arabo إدريس كسيكس‎?; Casablanca, 7 marzo 1968) è un giornalista e scrittore marocchino. Indice 1 Biografia 2 Premi 3 Opere 3.1 Racconti 3.2 Saggi 3.3 Opere teatrali 4 Note 5 Bibliografia 6 Altri progetti Biografia Nato a Casablanca nel 1968, Ksikes divenne caporedattore della rivista TelQuel e della versione arabofona Nichane, che nel 2006 divenne protagonista di uno scandalo quando un articolo venne accusato di voler sminuire la figura del ...

 

 

Ne doit pas être confondu avec Définition d'image. Au cinéma et en vidéo, le terme format d'image est un abus de langage courant qui désigne le « rapport de forme » de l'image ou de l'écran ; ce facteur désigne les proportions du rectangle d'affichage, parfois appelé « rapport de cadre » (« ratio » en anglais, ratio image, ratio écran, ratio projection) d'après l'anglais « aspect ratio » : c'est le rapport entre la largeur e...