Sebelumnya, stasiun ini juga melayani kereta api penumpang jarak jauh dan kereta api lokal seperti KA Kalimaya, Patas Merak, dan Krakatau. Per 1 April 2017, KA Kalimaya dan Patas Merak dinyatakan berhenti beroperasi karena digantikan oleh layanan baru KRL Commuter Line Rangkasbitung,[4] dan pada tanggal yang sama rute KA Lokal Merak dipangkas menjadi hanya Rangkasbitung-Merak PP saja, dari yang sebelumnya Tanah Abang-Merak PP.[5] Pada 17 Juli 2017, KA Krakatau ikut dipangkas rutenya menjadi Pasar Senen-Blitar PP dari yang sebelumnya Merak-Blitar PP, dan namanya diganti menjadi KA Singasari.[6]
Sejarah
Agar mobilitas penumpang dari Batavia hingga kawasan Banten semakin lancar, maka pada tahun 1890-an perusahaan Staatsspoorwegen (SS) berencana membangun sebuah jalur kereta api yang menghubungkan daerah Duri hingga daerah Serang, melalui daerah Tangerang dan Cikande.[7]
Proyek jalur pun sudah dikerjakan. Di tengah jalannya pembangunan, rencana trase jalur ini akhirnya dibatalkan dan diubah menjadi melalui daerah Parung Panjang hingga ke Rangkasbitung,[7] jalur ini selesai pada 1 Oktober 1899.[8] Trase jalur kereta api pertama yang sudah terlanjur dibangun pun dicukupkan pembangunannya hanya sampai di daerah Tangerang saja, dan diresmikan sebagai jalur kereta api Tangerang-Duri yang berstatus sebagai jalur cabang. Jalur ini selesai dibangun pada 2 Januari 1899.[9]
Jalur kereta api dari Stasiun Rangkasbitung diteruskan pembangunannya oleh Staatsspoorwegen (SS) hingga ke daerah Serang pada 1 Juli 1900,[10] yang kemudian dilanjutkan kembali hingga ke dekat Pelabuhan Anyer Kidul pada 1 Desember 1900. Pada 1 Desember 1914, dibuat sebuah jalur percabangan di Stasiun Krenceng yang mengarah ke daerah Merak untuk mengakomodasi Pelabuhan Merak yang lebih dekat untuk menyebrang ke Lampung.[11]
Jalur yang menuju ke Anyer Kidul pada awalnya berstatus sebagai jalur utama, sedangkan jalur yang menuju ke Merak berstatus sebagai jalur cabang. Di kemudian waktu, status kedua jalur ini ditukar.
Bangunan Stasiun Serang bergaya arsitektur indis yang mengadaptasi gaya arsitektur Eropa dengan kondisi lingkungan alam tropis Indonesia. Bangunan Stasiun Serang memiliki bentuk persegi panjang yang memanjang dari utara ke selatan menghadap ke arah barat. Atap bangunannya memiliki model atap pelana, dengan kerangka atap kayu dan genting sebagai penutup atapnya. Pintu dan Jendela bangunan berukuran besar menggunakan material kayu bermodel krepyak.[12]
Bangunan Stasiun Serang identik dengan penggunaan pattern atau pola garis lurus dan material alam. Bagian peron bangunan terdapat tiang-tiang kayu dengan motif sulur dan ampig pada sisi kanan dan kiri. Keunikan bangunan Stasiun Serang tampak pada penggunaan noc acroteric (hiasan puncak atap) berbentuk seperti pucuk bunga dan ornamen sesuluran di nok atap pelana.[12]
Stasiun ini pada awalnya memiliki lima jalur dan memiliki banyak sepur simpang, namun kini hanya tersisa 3 dan sepur simpang di Stasiun ini ikut di bongkar karena sudah tidak dipergunakan lagi.
Selain stasiun penumpang, stasiun ini dahulu juga merupakan tempat bongkar muat gerbong-gerbong barang, dimana muatan tersebut dibongkar ke dalam gudang yang berada di pojok emplasemen stasiun. Selain gudang, stasiun ini juga memiliki fasilitas menara air untuk lokomotif uap.
Stasiun Serang memiliki tiga jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus. Terdapat bekas bangunan gudang di pojok emplasemen stasiun ini, dan persis di sampingnya terdapat pula bekas menara air yang dahulu digunakan untuk lokomotif uap.
Bangunan stasiun ini yang merupakan peninggalan Staatsspoorwegen masih dipakai hingga sekarang dan dijadikan sebagai aset cagar budaya.[14][15] Stasiun ini memiliki gaya arsitektur bangunan Eropa berbentuk persegi panjang yang memanjang dari utara ke selatan menghadap ke arah barat, dengan atap bangunannya yang memiliki model atap pelana. Pintu dan Jendela bangunan stasiun ini berukuran besar dan menggunakan material kayu bermodel krepyak. Bangunan stasiun identik dengan penggunaan pola garis lurus dengan ampig pada sisi kanan dan kiri. serta ornamen sesuluran di nok atap pelana.[12]
Stasiun ini dilengkapi dengan 2 peron penumpang yang berukuran tinggi dan rendah. Peron tinggi Stasiun Serang ini dibangun bersamaan dengan proyek revitalisasi rel KA lintasRangkasbitung-Merak pada tahun 2021. Stasiun ini juga telah dipasangi kanopi di area peron supaya melindungi penumpang dari sengatan panas matahari dan tempias air hujan. Pemasangan kanopi juga dilakukan di Stasiun Cilegon.
Pada tahun 2020, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia (Kemenhub) berencana akan mengelektrifikasi jalur KA pada petak Rangkasbitung-Serang agar dapat menambah frekuensi angkutan penumpang dengan moda kereta rel listrik (KRL), serta akan ditambah dengan pembangunan jalur ganda jika frekuensi penumpang KRL tersebut terus meningkat. Rencana ini diawali dengan revitalisasi jalur KA lintas Rangkasbitung-Merak dari rel R42 ke R54 guna meningkatkan kecepatan kereta, dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemasangan tiang listrik aliran atas (LAA). Namun, hingga saat ini hanya revitalisasi jalur saja yang baru terlaksana, sedangkan kabar tentang rencana elektrifikasi belum terdengar lagi.[16][17]
Peron tinggi Stasiun Serang yang dibangun bersamaan dengan proyek revitalisasi rel KA lintas Rangkasbitung-Merak pada tahun 2021.
Kondisi emplasemen Stasiun Serang.
Papan nama Stasiun Serang.
Ujung jalur 1 Stasiun Serang yang sedikit melengkung karena terdapat sinyal keluar.
Bekas bangunan gudang dan menara air Stasiun Serang.
Insiden
Pada tanggal 8 Juni2015, KA barang angkutan pipa dari Krenceng menuju Semarang anjlok di perlintasan dekat dengan stasiun ini, tidak ada korban jiwa dalam insiden ini. Akibat kejadian ini, sejumlah kereta tujuan Tanah Abang mengalami keterlambatan dan akses jalan tersebut ditutup sementara.[18][19]
Pada tanggal 20 September2022, seorang pria tewas tertabrak Kereta Api Lokal Merak di perlintasan Sumurpecung, Kota Serang. Korban yang berprofesi sebagai pedagang warung bakso ini tertabrak saat hendak mengangkut gas LPG 3 kg. Diduga korban kurang waspada saat kereta api hendak melintas.[20]
Referensi
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Serang Station.
^Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).
^ abAnne Reitsma, Steven (1916). Indische Spoorweg-Politiek. Batavia: Landsdrukkerij.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Oegema, J.J.G. (1982). De Stoomtractie op Java en Sumatra. Antwerpen: Kluwer Technische Boeken B.V.
^Anne Reitsma, Steven (1928). Korte Geschiesdenis der Nederlands-Indische Staatsspoor- en Tramwegen. Weltevreden: G. KOLLF & Co.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Staatsspoorwegen (1921–1932). Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken.
^ abcSpoor- & Tramgids van Nederlandsch-Indie. Semarang: Semarang-Drukkerij en Boekhandel. 1901. hlm. 10.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^de Jong, Michiel van Ballegoijen (1993). Spoorwegstations op Java. Amsterdam: De Bataafsche Leeuw. hlm. 119.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Untuk melihat daftar stasiun secara lengkap, dapat mengklik "(Kategori/Daftar)" pada masing-masing daerah atau pranala artikel. Templat ini meringkas daftar stasiun yang dioperasikan oleh KAI (hanya stasiun utama yang diswakelola oleh perusahaan induk) dan operator KA lainnya (hanya pranala).