Stasiun Srowot dahulu termasuk salah satu stasiun yang memiliki pendapatan dari angkutan barang karena pernah menjadi stasiun ujung angkutan gula dan molase (tetes tebu) milik Pabrik Gula (PG) Gondang Winangoen, Klaten hingga tahun 1990-an. Oleh karena itu, antara stasiun ini dengan PG tersebut dahulu terhubung oleh jalur simpang di arah timur emplasemen stasiun.[3] Jalur khusus ke area PG ini dahulu pernah dilalui loko uap buatan Backer & Rueb (Breda), Belanda pada tahun 1896. Jalur tersebut kini hanya menyisakan jalan setapak, termasuk jembatan yang hanya menyisakan kerangka.
Bangunan dan tata letak
Pada awalnya, stasiun ini memiliki lima jalur kereta api dengan jalur 1 merupakan sepur lurus dan dua jalur langsir untuk bongkar-muat barang.[4] Sejak pengoperasian jalur ganda Yogyakarta–Solo menuju Stasiun Ketandan pada tahun 2001 dan ruas Brambanan–Delanggu per 15 Desember 2003 jumlah jalur berkurang menjadi empat dan jalur 2 dijadikan sebagai sepur lurus baru arah Solo. Per tahun 2005–2006, jalur 1 sepenuhnya menjadi sepur lurus arah Yogyakarta.[5][6] Bangunan lama stasiun tetap dipertahankan.
Untuk mendukung pengoperasian jalur ganda, sistem persinyalan mekanik di stasiun ini diganti dengan sistem persinyalan elektrik buatan PT Len Industri (Persero) yang sudah dipasang sejak tahun 2013 dan baru mulai dioperasikan pada 12 Februari 2019.[7][8]
Sejak 10 Februari 2021, bertepatan dengan berlakunya grafik perjalanan kereta api tahun 2021, stasiun ini bersama dengan tiga stasiun lain (Stasiun Gawok, Stasiun Delanggu, dan Stasiun Ceper) mulai melayani penumpang KRL Lin Yogyakarta.[9]
^Mohamad, Ardyan (21 Juni 2013). Pratomo, Harwanto Bimo, ed. "Kalahkan Siemens, BUMN elektronik raup pendapatan Rp 2,3 triliun". Merdeka.com. Merdeka.com. Diakses tanggal 5 Oktober 2017. Saat ini, masih ada pesanan proyek dari Kemenhub untuk menggarap persinyalan kereta di jalur Jogja-Solo, Duri-Tangerang, dan Parung-Maja.