Manusia Solo

Manusia Solo
Rentang waktu: 0.5–0.1 jtyl
Pleistosen Akhir
Penemuan tengkorak di Ngandong 13 (dari the National Museum of Natural History)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Subordo:
Famili:
Subfamili:
Tribus:
Genus:
Spesies:
H. erectus
Nama binomial
Homo e. soloensis
Oppenoorth, 1932

Manusia Solo (Homo erectus soloensis, Homo soloensis atau Solo Man) adalah hominid atau manusia purba yang diperkirakan hidup di daerah Sungai Bengawan Solo purba pada Zaman Batu Tua atau Paleolitikum.

Subspesies yang telah punah ini sempat diklasifikasikan sebagai Homo sapiens soloensis, tetapi sekarang dimasukkan ke dalam spesies Homo erectus. Oleh sebagian ahli, Homo soloensis dianggap segolongan dengan Homo neanderthalensis yang merupakan manusia purba dari Asia, Eropa, dan Afrika.

Penemuan Fosil

Fosil-fosil Homo erectus soloensis ditemukan di Ngandong (Blora), Sangiran, dan Kecamatan Sambungmacan (Sragen), Pulau Jawa, Indonesia, oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald antara tahun 1931 sampai 1933 di lapisan Pleistosen Atas atau Pleistosen Akhir.[2]

Di daerah tersebut, von Koenigswald banyak menemukan fosil-fosil dan artefak-artefak prasejarah, antara lain tengkorak anak-anak, hewan menyusui, dan aneka perkakas. Ia kemudian membagi lembah Kali Solo menjadi tiga lapisan:[3]

  • Lapisan Jetis (Pleistosen Bawah), tempat ditemukannya Pithecanthropus robustus, Homo mojokertensis, Meganthropus paleojavanicus
  • Lapisan Trinil (Pleistosen Tengah), tempat ditemukannya Pithecanthropus erectus
  • Lapisan Ngandong (Pleistosen Atas), tempat ditemukannya Homo soloensis, Homo wajakensis

Untuk Homo e. soloensis, von Koenigswald menemukan 11 fosil tengkorak. Sebagian telah hancur, tetapi terdapat beberapa yang masih layak menjadi objek penelitian lebih lanjut, meskipun tulang rahang dan gigi kesebelas tengkorak itu sudah tidak ada.

Menurut von Koenigswald dan R. Weidenreich, manusia purba ini lebih tinggi tingkatannya dibanding Pithecanthropus erectus. Bahkan, mereka telah layak disebut sebagai homo (manusia). Diperkirakan, makhluk ini merupakan evolusi dari Pithecanthropus mojokertensis atau Homo mojokertensis.

Karena alat-alat yang ditemukan di dekat tulang hominid ini dan banyaknya fitur anatomi yang lebih rentan, para ahli pertama kali mengklasifikasikannya sebagai subspesies Homo sapiens (pernah juga disebut Javanthropus) dan dianggap sebagai nenek moyang orang Aborigin di Australia. Namun, studi yang lebih akurat menyimpulkan bahwa hal tersebut tidaklah terbukti.[4]

Analisis terhadap belasan tengkorak dari Sangiran, Trinil, Sambungmacan, dan Ngandong menunjukkan pengembangan kronologis dari Periode Bapang ke Periode Ngandong.[5] Pada 2011, para ahli memperkirakan H. e. soloensis sudah berusia antara 143.000 hingga 550.000 tahun.[6]

Ciri-ciri Fisik

Meskipun morfologinya sebagian besar khas dari Homo erectus, budaya Homo e. soloensis sudah sangat maju. Hal ini menimbulkan banyak masalah untuk teori terkini mengenai keterbatasan perilaku Homo erectus dalam hal inovasi dan bahasa.[4]

Homo erectus soloensis berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna. Diperkirakan, mereka memiliki tinggi badan antara 130 hingga 210 cm. Otot tengkuk mengalami penyusutan. Wajah tidak menonjol ke depan, tetapi dahinya miring ke belakang. Tengkoraknya menunjukkan tonjolan yang lebih tebal di dekat alis.[7] Kapasitas otaknya berkisar antara 1.013 sampai 1.251 cm³, menempatkan Homo erectus soloensis di antara anggota genus Homo berotak lebih besar.[8]

Kebudayaan dan Peradaban

Ilustrasi tombak bergerigi yang fungsinya diduga seperti harpun

Dengan volume otak yang sudah mendekati manusia, Homo erectus soloensis bersama dengan Homo wajakensis, diperkirakan mengawali sistem budaya yang kemudian kita kenal dengan Kebudayaan Ngandong. Kebudayaan ini dicirikan dengan penggunaan tulang binatang, duri ikan pari, dan batu-batuan serpih (flakes).[9] Bahan-bahan tersebut sudah berhasil diolah menjadi kapak, belati, tombak, dan sebagainya.

Sebagian flakes bahkan terbuat dari batu-batuan yang indah, seperti kalsedon, menandakan peradaban Homo e. soloensis telah mengenal citarasa seni. Alat-alat dari tulang binatang diduga digunakan untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Alat-alat seperti tombak yang bergerigi diduga dimanfaatkan layaknya harpun: untuk menangkap ikan besar.[3]

Masalahnya, semua perkakas dan senjata itu ditemukan di permukaan bumi, sehingga sulit memastikan asal lapisannya. Melalui penelitian yang mendalam, akhirnya diketahui benda-benda tersebut berasal dari Lapisan Trinil (Pleistosen Tengah). Jadi, ada kemungkinan pemiliknya justru Pithencanthopus erectus.

Namun demikian, diyakini budaya menggunakan dan menciptakan alat semacam ini hanya berkembang di suatu kaum yang minimal bergenus Homo. Jadi, kemampuan Pithecanthropus erectus diragukan dalam hal ini. Apalagi makhluk-makhluk kera-manusia dari Lapisan Pleistosen Bawah (semacam Meganthropus paleojavanicus).

Permasalahan berikutnya, di antara semua penemuan dari zaman pleistosen di Indonesia, belum pernah ditemukan alat-alat yang letaknya berdekatan dengan fosil homo. Akibatnya, sulit menyimpulkan siapa pemilik sebenarnya dari alat-alat yang dikemukakan di atas.

Petunjuk untuk memecahkan kebuntuan ini datang dari penemuan di Beijing, Tiongkok. Di gua Choukoutien, sejumlah fosil Sinanthropus pekinensis (sekelas dengan Pithecanthropus erectus) ditemukan bersama perkakas bebatuan yang mirip dengan alat-alat di Situs Pacitan maupun Situs Ngandong. Maka kesimpulan sejauh ini, jika Sinanthropus pekinensis saja sudah memiliki budaya menggunakan dan menciptakan alat, boleh jadi Pithecanthropus erectus pun telah berbudaya.

Kesimpulan selanjutnya, jika makhluk seperti Pithecanthropus saja berbudaya dan mampu menciptakan Kebudayaan Pacitan lengkap dengan alat-alatnya, seharusnya Kebudayaan Ngandong yang dipelopori kaum homo, dalam hal ini Homo erectus soloensis, jauh lebih maju. Apalagi penelitian kemudian menunjukkan bahwa alat-alat tersebut memang berasal dari Pleistosen Atas, hasil kebudayaan Homo soloensis dan Homo wajakensis.[3]

Dari berbagai peralatan tersebut, para ahli berkesimpulan bahwa cara hidup masyarakat Homo erectus soloensis saat itu adalah berburu binatang, menangkap ikan, memanen keladi, ubi, buah-buahan, dan mengumpulkan makanan lainnya.[10] Namun, alat-alat tersebut tampaknya tidak cocok untuk bercocok tanam. Sehingga, hidup manusia paleolitikum itu diperkirakan masih menggunakan sistem nomaden, belum menetap.

Sistem Kepercayaan

Ada keyakinan dari sebagian ahli bahwa perkembangan budaya manusia diluvium sampai Homo sapiens diimbangi dengan perkembangan pemikiran dan perasaannya. Termasuk perkembangan kerohaniannya yang membuat mereka percaya bahwa ada sesuatu yang lebih besar dari dirinya.[3]

Menurut Karen Armstrong,[11] pada mulanya, manusia menciptakan satu Tuhan yang merupakan penyebab pertama bagi segala sesuatu. Ia adalah penguasa langit dan bumi. Ia tidak terwakili oleh gambaran apapun dan tidak memiliki kuil atau pendeta yang mengabdi kepada-Nya. Ia terlalu luhur untuk ibadah manusia yang tak memadai.

Wilhelm Schmidt, dalam buku The Origin of the Idea of God (1912-1954), juga menulis tentang monoteisme primitif ini. Menurutnya, jauh sebelum menyembah banyak dewa, manusia mengakui hanya satu Tuhan Tertinggi yang telah menciptakan dunia dan menata segalanya dari kejauhan. Schmidt mencontohkan suku pribumi Afrika yang meyakini keesaan Tuhan. Mereka mengungkapkan kerinduan melalui doa, percaya bahwa Tuhan selalu mengawasi dan menghukum setiap dosa. Namun Tuhan tidak hadir dalam kehidupan sehari-hari mereka, artinya tidak ada kultus khusus untuk-Nya. Tuhan tidak pernah ditampilkan dalam gambar-gambar.

Ini terjadi sebelum Tuhan Tertinggi digantikan oleh tuhan-tuhan pagan dan simbol-simbol keagamaan yang mewujud, misalnya dalam bentuk punden berundak, menhir, lukisan goa, kuil pemujaan, dan sebagainya.

Jadi, ada kemungkinan masyarakat Homo erectus soloensis juga mengenal dan membutuhkan kehadiran Tuhan. Sebab, sudah pasti setiap saat mereka berhadapan dengan peristiwa-peristiwa alam yang sulit dipahami karena di luar kendali dan nalarnya, wabah penyakit, binatang buas, fenomena-fenomena gaib, dan lain sebagainya.[7]

Ide tentang kehadiran Tuhan memang telah dan tetap hidup dari zaman dan kebudayaan apapun sampai kapan pun. Sebagaimana yang diungkap dalam The New Encyclopedia Britanica, bahwa sejauh penemuan para sarjana, tidak pernah ada orang, di manapun dan kapan pun, yang sama sekali tidak religius.

Teori Nusa Jawa Pusat Pesebaran Manusia

Alat-alat setipe dengan yang ada di Kebudayaan Ngandong juga terdapat di daerah-daerah Nusa atau Pulau Jawa. Kapak-kapak tangan berbentuk cakram sendiri sebenarnya menunjukkan ciri-ciri Australoid, tetapi juga dengan campuran ciri-ciri Mongoloid. Sebagian pakar paleoantropologi berpikir bahwa manusia-manusia Mongoloid dari daratan Asia, sedangkan manusia-manusia Australoid dari daratan Australia. Mereka datang dan bertemu di Jawa.[7]

Namun ada sebuah teori yang menyatakan bahwa justru Jawalah asal muasal mereka. Dari Jawa, Homo e. soloensis yang berciri fisik Mongoloid lalu menyebar ke Asia melalui Paparan Sunda, sedangkan Homo wajakensis yang berciri Australoid (Papua, Aborigin, dll.) menyebar ke Australia melalui Paparan Sahul.

Paparan Sunda atau Dataran Sunda adalah landas kontinen perpanjangan lempeng benua Eurasia di Asia Tenggara. Massa daratan utamanya mencakup Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, Madura, Bali, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.[12] Luas paparan ini 1,85 juta km2.[13]

Sedangkan Paparan Sahul atau Dataran Sahul adalah bagian dari lempeng landas kontinen benua Sahul (Benua Australia-Papua) yang terletak di lepas pantai utara Australia dan lautan selatan Pulau Papua. Paparan Sahul membentang dari Australia utara, meliputi Laut Timor menyambung ke timur di laut Arafura yang menyambung dengan Pulau Papua. Ketika permukaan air laut turun pada zaman es Pleistosen, Paparan Sahul adalah dataran terbuka di atas permukaan laut.

Teori Jawa sebagai tempat asal peradaban purba bertolak dari fakta bahwa pulau ini berada di wilayah khatulistiwa dengan iklim yang sangat ideal bagi kehidupan manusia. Akan terasa janggal bila manusia-manusia itu justru lebih suka tinggal di lokasi yang memiliki empat musim, karena pada Musim Salju tentulah sangat dingin membeku. Terlebih pada zaman es sekitar dua juta tahun yang lalu. Maka tidak berlebihan bila sebagian ahli mengemukakan teori bahwa Paparan Sunda dan Paparan Sahullah sesungguhnya tempat kelahiran serta pertahanan hidup Ras Mongoloid dan Australoid. Terlebih bila mengingat di pulau ini juga hadir leluhur Homo erectus soloensis, yakni Pithecanthropus erectus, sang missing link yang oleh antropolog dan zoolog Jerman Ernst Haeckel dianggap peralihan sempurna antara kera dan manusia.[7]

Kepunahan Homo erectus soloensis

Tidak ada yang tahu persisnya mengapa Homo e. soloensis tidak lagi hidup di bumi. Hanya ada keterangan bahwa populasinya musnah di kala pleistosen.[14] Bagaimanapun, sebagai perbandingan, bolehlah kita menggunakan penelitian bertema serupa untuk kasus Neanderthal. Sebab, antara Homo erectus soloensis dan Homo neanderthalis memiliki kedekatan fisik.

Kemampuan Sosial yang Rendah

Sebuah teori menyebutkan, manusia-manusia primitif ini punah karena kurang pandai bersosialisasi. Hal itu, melalui penelitian yang panjang, disimpulkan terjadi pada satu spesies manusia purba, Neanderthal yang pernah hidup di wilayah Eropa, Asia Tengah, dan Timur Tengah selama kurang-lebih 300.000 tahun.

Para pakar dari Universitas Oxford dan Museum Natural History di London membandingkan 32 tengkorak manusia modern dengan 13 tengkorak Neanderthal. Para ilmuwan itu mendapati bahwa proporsi otak Neanderthal yang bertanggung jawab membangun hubungan sosial lebih kecil dibanding proporsi otak primata dan manusia saat ini. Riset tersebut menyimpulkan bahwa kemampuan bertukar alias berdagang dari spesies ini sangat terbatas.

Dalam kondisi normal, keterbatasan tersebut barangkali bukanlah masalah besar. Namun dalam situasi sulit, seperti zaman es, keterbatasan semacam itu meminimalkan peluang untuk bekerja sama dengan grup lain, sehingga meminimalkan pula kesempatan untuk menjadi penyintas.[15]

Penyebaran Penyakit

Ada pula dugaan bahwa epidemi berperan besar dalam memusnahkan Homo erectus soloensis dan keturunannya. Pasalnya, kasus serupa juga menimpa Neanderthal.[16]

Menurut riset, Neanderthal memiliki kekebalan terbatas terhadap penyakit yang belum pernah mereka idap. Sementara Homo sapiens relatif lebih imun terhadap kuman, virus, bakteri, atau beragam paleopatologi. Jika relatif mudah bagi patogen tertentu untuk melompat antar dua spesies, mungkin karena mereka tinggal berdekatan, maka penularan sangat memungkinkan terjadi dan akibatnya fatal bagi manusia-manusia Neanderthal. Hal yang serupa pun dapat terjadi terhadap Homo soloensis.

Badai Meteor

Teori lain memaparkan, kepunahan manusia purba secara umum berkaitan dengan badai meteor yang pernah menghantam bumi sekitar 12.000 tahun lalu. Peristiwa alam ini diduga membinasakan para manusia purba, termasuk hewan-hewan raksasa seperti dinosaurus dan mammoth. Para peneliti yakin tragedi tersebut memicu perubahan suhu hingga mencapai 2.200 derajat celcius.[17]

Sulit bagi makhluk-makhluk pada zaman itu untuk bertahan, baik saat meteor menerjang maupun di saat kondisi alam mengalami kerusakan dan perubahan iklim yang ekstrem setelahnya.

Memang, penyebab punahnya Homo erectus soloensis secara pasti masih menjadi teka-teki dan perdebatan di kalangan ilmuwan. Bisa jadi karena mereka dimangsa predator, kalah bersaing dengan manusia modern (Homo sapiens), epidemi, faktor eksternal planet (seperti meteor), kurang pandai bersosialisasi, atau semua itu sekaligus.

Referensi

  1. ^ Global Mammal Assessment Team (2008). "Homo erectus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2013.2. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 6 April 2014. 
  2. ^ Schwartz, Jeffrey H.; Tattersall, Ian (2005). The Human Fossil Record, Craniodental Morphology of Genus Homo (Africa and Asia). John Wiley & Sons. hlm. 450. ISBN 9780471326441. 
  3. ^ a b c d Soekmono, Dr. R. (1981). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1. Penerbit Kanisius, Cetakan Ketiga. hlm. 28-33. ISBN 9789794131749. 
  4. ^ a b Peter Brown: Recent human evolution in East Asia and Australasia. Philosophical Transactions of the Royal Society of London, Biological Sciences, Vol. 337, 235-242, 1992
  5. ^ Kaifu, Y; Aziz, F; Indriati, E; Jacob, T; Kurniawan, I; Baba, H (Oct 2008). "Cranial morphology of Javanese Homo erectus: new evidence for continuous evolution, specialization, and terminal extinction". Journal of Human Evolution. 55 (4): 551–80. doi:10.1016/j.jhevol.2008.05.002. ISSN 0047-2484. PMID 18635247. 
  6. ^ Finding showing human ancestor older than previously thought offers new insights into evolution, 5 July 2011.
  7. ^ a b c d Arif, H. A. Kholiq; Sukatno, Otto (2010). Mata Air Peradaban: Dua Millenium Wonosobo. Penerbit LKiS, Cetakan Pertama. ISBN 9789792553314. 
  8. ^ http://www.columbia.edu/~rlh2/PartII.pdf
  9. ^ Yugi, Al (2017-08-16). "Kebudayaan Ngandong: Sejarah, Ciri-ciri, Persebaran, Hasil Budaya". Harian Blora. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-12. Diakses tanggal 2017-10-13. 
  10. ^ Riyani, Nurkhasanah Eka (2015-04-16). "Situs Ngandong Kabupaten Blora Sebagai Media Pembelajaran Kehidupan Awal Manusia". Harian Blora. Diakses tanggal 2017-10-13. 
  11. ^ Armstrong, Karen (2011). Sejarah Tuhan. Penerbit Mizan Bandung. hlm. 27. ISBN 9789794336144. 
  12. ^ Zvi Ben-Avraham, "Structural framework of the Sunda Shelf and vicinity" Structural Geology (January 1973) abstract; Monk, K.A. (1996). The Ecology of Nusa Tenggara and Maluku. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. hlm. 10. ISBN 962-593-076-0. 
  13. ^ va Bemmelen, R.W. (1949). The Geology of Indonesia. Vol. IA: General Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes. Matinus Nithoff, The Hague, 723 pp.
  14. ^ KEN (2010-10-29). Wahono, Tri, ed. "Menyingkap Fajar Sejarah Sumatera". Kompas.com. Kompas.com. Diakses tanggal 2017-10-20. 
  15. ^ Utomo, Yunanto Wiji (2013-03-13). yunan, ed. "Manusia Purba Punah karena Kurang Bergaul". Kompas.com. Kompas Cyber Media. Diakses tanggal 2017-10-21. 
  16. ^ Underdown, Simon (10 April 2015). "Brookes Research Finds Modern Humans Gave Fatal Diseases to Neanderthals". Oxford Brookes University news. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-02-27. Diakses tanggal 2017-10-22. 
  17. ^ Zuhri, Amiruddin (2012-06-13). "Mengapa Manusia Purba Punah? Ini Jawabnya". Solopos Digital Media. Diakses tanggal 2017-10-21. 

Read other articles:

Edna MurphyMurphy, c. 1920Lahir(1899-11-17)17 November 1899New York, New York, A.S.Meninggal3 Agustus 1974(1974-08-03) (umur 74)Santa Monica, California, A.S.PekerjaanAktrisTahun aktif1918-1933 Edna Murphy (17 November 1899 – 3 Agustus 1974) adalah seorang aktris Amerika yang berkarir sejak era film bisu.[1] Dia muncul di 80 film antara 1918 dan 1933. Murphy terpilih sebagai Bintang Film Paling banyak difoto tahun 1925 oleh Majalah ScreenLand. Referensi ^ Ed...

 

Mazie Hirono広野 慶子 Senator Amerika Serikat dari HawaiiPetahanaMulai menjabat 3 Januari 2013Menjabat bersama Brian Schatz PendahuluDaniel AkakaPenggantiPetahanaAnggota Dewan Perwakilan Rakyat A.S.dari dapil 2nd HawaiiMasa jabatan3 Januari 2007 – 3 Januari 2013 PendahuluEd CasePenggantiTulsi GabbardWakil Gubernur Hawaii ke-9Masa jabatan2 Desember 1994 – 2 Desember 2002GubernurBen Cayetano PendahuluBen CayetanoPenggantiDuke AionaAnggota Dewan ...

 

Altaf Hossain Chowdhuryআলতাফ হোসেন চৌধুরীChowdhury pada 2004 Kepala Staf UdaraMasa jabatan1991–1995 PendahuluMomtaz Uddin AhmedPenggantiJamal Uddin AhmedMenteri Urusan Luar NegeriMasa jabatan10 Oktober 2001 – 25 Maret 2004 PendahuluMohammed NasimPenggantiSahara KhatunMenteri PerdaganganMasa jabatan25 Maret 2004 – 24 April 2006 PendahuluAmir Khasru Mahmud ChowdhuryPenggantiHafizuddin AhmedAnggota Parlemendapil Patuakhali-1Masa jabatan28 O...

Entertainment genre For other uses, see Vaudeville (disambiguation). This article includes a list of general references, but it lacks sufficient corresponding inline citations. Please help to improve this article by introducing more precise citations. (November 2022) (Learn how and when to remove this template message) A promotional poster for the Sandow Trocadero Vaudevilles (1894), showing dancers, clowns, trapeze artists, costumed dog, singers and costumed actors Vaudeville (/ˈvɔːd(ə)v...

 

Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini.Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala.Tag ini diberikan pada Desember 2022. Mariano LaurentiMariano Odia LaurentiLahir15 April 1929 (umur 94)Roma, ItaliaNama lainFrancesco MartinoPekerjaanSutradaraTahun aktif1966-1999 Mariano Laurenti (lahir 15 April 1929) adalah seorang sutradara asal Italia. Ia memulai karier...

 

Opera by César Cui Composer César Cui Puss in Boots (Кот в сапогах in Cyrillic; Kot v sapogakh in transliteration) is a short opera-fairytale for children in three acts, four tableaux, composed by César Cui in 1913. The libretto was written by Marina Stanislavovna Pol'. It was premiered in Rome in 1915 under the title Il gatto con gli stivali. A Soviet edition of the opera, with a revised libretto, was published in 1961. By the 1970s this opera seems to have become popular in wh...

2009 studio album by Acid Mothers Temple & The Melting Paraiso U.F.O.Interstellar Guru and ZeroStudio album by Acid Mothers Temple & The Melting Paraiso U.F.O.ReleasedApril 28, 2009 [1]GenrePsychedelic rock, acid rockLabelHomeopathic RecordsProducerKawabata MakotoAcid Mothers Temple & The Melting Paraiso U.F.O. chronology Cometary Orbital Drive(2008) Interstellar Guru and Zero(2009) Lord of the Underground: Vishnu and the Magic Elixir(2009) Professional ratingsRevi...

 

This article needs to be updated. Please help update this article to reflect recent events or newly available information. Last update: 2011 (September 2022) Fiscal policy are measures employed by governments to stabilize the economy, specifically by manipulating the levels and allocations of taxes and government expenditures.[1] In the Philippines, this is characterized by continuous and increasing levels of debt and budget deficits, though there were improvements in the last few ye...

 

此條目需要补充更多来源。 (2021年7月4日)请协助補充多方面可靠来源以改善这篇条目,无法查证的内容可能會因為异议提出而被移除。致使用者:请搜索一下条目的标题(来源搜索:美国众议院 — 网页、新闻、书籍、学术、图像),以检查网络上是否存在该主题的更多可靠来源(判定指引)。 美國眾議院 United States House of Representatives第118届美国国会众议院徽章 众议院旗...

Darren Pratley Darren Pratley saat bermain untuk Swansea CityInformasi pribadiNama lengkap Darren Antony Pratley[1]Tanggal lahir 22 April 1985 (umur 39)Tempat lahir Barking, InggrisTinggi 186 m (610 ft 3 in)Posisi bermain gelandangInformasi klubKlub saat ini Bolton WanderersNomor 21Karier junior000?–2003 FulhamKarier senior*Tahun Tim Tampil (Gol)2003–2006 Fulham 1 (0)2005 → Brentford (pinjaman) 16 (1)2005–2006 → Brentford (pinjaman) 34 (4)2006–2011 Swa...

 

{{Infobox company | name = Nippon Telegraph and Telephone Corporation | native_name = 日本電信電話株式会 | romanized_name = Nippon Denshin Denwa kabushiki gaisha | logo = | type = Public | former_name = | traded_as = TYO: 9432 Merah Muda OTC: NPPXF Merah Muda OTC: NTTYY (ADR) KomponenNikkei 225 (9432) KomponenTOPIX Core30 (9432) Daftar sebelumnya: NYSE: NTT LSE: NPN | image = Otemachi 1st Square.jpg | image_caption = Headquarters at Otemachi 1st Square in Ōtemachi, Chiyoda, Tokyo | ...

 

1974 film PiafDirected byGuy CasarilWritten bySimone Berteaut (biography) Marc Behm Guy Casaril Françoise FerleyProduced byCy Feuer Léopold WylerStarringBrigitte Ariel Pascale Christophe Guy TréjanCinematographyEdmond SéchanEdited byLouisette Hautecoeur Henri TavernaMusic byRalph BurnsProductioncompaniesLes Films Feuer and MartinDistributed byAMLFRelease date 10 April 1974 (1974-04-10) Running time98 minutesCountryFranceLanguageFrench Piaf is a 1974 French musical biographi...

The absolute Galois group of the real numbers is a cyclic group of order 2 generated by complex conjugation, since C is the separable closure of R and [C:R] = 2. In mathematics, the absolute Galois group GK of a field K is the Galois group of Ksep over K, where Ksep is a separable closure of K. Alternatively it is the group of all automorphisms of the algebraic closure of K that fix K. The absolute Galois group is well-defined up to inner automorphism. It is a profinite group. (When...

 

.tt

Internet country code top-level domain for Trinidad and Tobago .ttIntroducedSeptember 3, 1991; 32 years ago (1991-09-03)TLD typeCountry code top-level domainStatusActiveRegistryTrinidad and Tobago Network Information Centre (TTNIC)SponsorUniversity of the West Indies (Faculty of Engineering)Intended useEntities connected with  Trinidad and TobagoActual useUsed largely in Trinidad and Tobago, with a scattering of other use including free third-level subdomains offered by...

 

The Collection: Story Op.2Album kompilasi karya JonghyunDirilis24 April 2017 (2017-04-24)BahasaKoreanLabel S.M. Entertainment KT Music Kronologi Jonghyun 'She Is(2016) The Collection: Story Op.2 ' Poet | Artist(2018) 'The Collection: Story Op.1(2015) '''The Collection: Story Op.2(2017) Singel dalam album Story Op.2 Lonely (Feat. TaeYeon)Dirilis: 24 April 2017 The Collection: Story Op.2 (Hangul: 소품집: 이야기 Op.2; RR: Sopunjib: Iyagi Op.2) adalah album kompilasi kedua dan tera...

Битва при КуновицеОсновной конфликт: Крестовый поход на Варну (1443—1444) Перевал Сува-Планина Дата 2 или 5 января 1444 года Место г. Куновица, между Нишем и Пиротом (ныне - Сербия) Итог разгром османов[1] Противники Королевство Венгрия Королевство Польша Сербская деспотовин�...

 

King of the Cimbri tribe (died 101 BC)BoiorixDied30 July 101 BCTitleKingMilitary careerAllegianceCimbriBattles/warsCimbrian War † Boiorix or Boeorix was a king of the Cimbri tribe during the Cimbrian War. His most notable achievement was the spectacular victory against the Romans at the Battle of Arausio in 105 BC, seen as the worst Roman military disaster since the Battle of Cannae.[1] He perished in a last stand with his noblemen at the Battle of Vercellae in 102 BC. Etym...

 

Criminal defense of following the orders of a superior Defendants in the dock at the Nuremberg trials Superior orders, also known as just following orders or the Nuremberg defense, is a plea in a court of law that a person, whether civilian, military or police, can be considered guilty of committing crimes ordered by a superior officer or official.[1][2] It is regarded as a complement to command responsibility.[3] One noted use of this plea or defense was by the accuse...

British linguist (1932–2020) This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: John Lyons linguist – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (March 2020) (Learn how and when to remove this message) SirJohn LyonsFBABorn(1932-05-23)23 May 1932Stretford, Lancashire, EnglandDied12 March 2020(2020-03-12)...

 

Ra

Ancient Egyptian solar deity This article is about the Egyptian deity. For other uses, see Ra (disambiguation). RaIn one of his many forms, Ra, god of the Sun, has the head of a falcon and the sun-disk inside the Uraeus resting on his head.Name in hieroglyphs or or Major cult centerHeliopolis but was worshipped everywhere in Ancient Egypt.SymbolSun DiskGenealogyParentsNone (most accounts)Khnum and Neith (alternative sources)Hathor (In the cycle of rebirth) Mehet-Weret (some accounts)SiblingsA...