Ayodhya secara historis dikenal sebagai Sāketa. Teks kanonik Buddhis dan Jain awal menyebutkan bahwa para pemimpin agama Buddha Gautama dan Mahavira mengunjungi dan tinggal di kota tersebut. Teks Jain juga menggambarkannya sebagai tempat kelahiran lima tirthankara yaitu, Rishabhanatha, Ajitanatha, Abhinandananatha, Sumatinatha dan Anantanatha, dan mengasosiasikannya dengan Bharata Chakravarti yang legendaris. Sejak masa Gupta dan seterusnya, beberapa sumber menyebut Ayodhya dan Saketa sebagai nama kota yang sama.
kota legendaris Ayodhya, yang dikenal sebagai Ayodhya masa kini, diidentifikasi dalam epik Ramayana dan banyak versinya sebagai tempat kelahiran dewa Hindu Rama dari Kosala dan karenanya dianggap sebagai yang pertama dari tujuh situs ziarah terpenting bagi umat Hindu.[8][10] Perselisihan Ayodhya berpusat di Masjid Babri, dibangun pada tahun 1528–1529 di bawah kaisar MughalBabur dan konon menggantikan kuil yang berdiri di tempat kelahiran Rama.[11] Pada tahun 1992, massa Hindu menghancurkan masjid, memicu kerusuhan di seluruh negeri.[12] Pada tahun 2019 Mahkamah Agung India memutuskan bahwa tanah tersebut adalah milik pemerintah berdasarkan catatan pajak, dan memerintahkannya untuk diserahkan kepada suatu perwalian untuk membangun candi Hindu. Ia juga memerintahkan pemerintah untuk memberikan tanah alternatif sebesar 2,0 hektare (5 ekar) kepada Badan Wakaf Pusat Sunni Uttar Pradesh untuk membangun masjid lain di Dhannipur. Pembangunan Ram Mandir dimulai pada Agustus 2020 dan kuil itu ditahbiskan dengan dewa Balak Ram pada 22 Januari 2024.[13][14][15][16]
Ayodhya dalam Susastra Hindu
Ayodhya juga muncul dalam kisah epik Ramayana sebagai ibu kota Kerajaan Kosala yang dilindungi oleh angkatan perang yang kuat. Kata Ayodhyā dalam Bahasa Sanskerta berarti "yang tidak akan kalah dalam peperangan".[17] Menurut Susastra Hindu, Kerajaan Kosala terletak di sebelah utara Sungai Gangga.[17] Kerajaan tersebut merupakan kerajaan milik keturunan Ikswaku dari Dinasti Surya, putera Maharaja Manu, seorang Maharaja yang konon mendirikan kerajaan tersebut dan mewarisinya kepada keturunannya.
Deskripsi dari Kakawin Ramayana
Kutipan
Terjemahan
Hana rājya tulya kèndran, kakwèhan sang mahārddhika suçila, ringayodhyā subbhagêng rāt, yeka kadhatwannirang nṛpati
Ada sebuah istana bagaikan surga, dipenuhi oleh orang-orang bijak serta luhur perbuatan, di Ayodhya-lah yang cukup terkenal di dunia, itulah istana Sri Baginda Prabu Dasarata
Hayuning swargga tuwi masor, deningayodhyāpurā tiçaya, suka nityakāla menak, ring ṛēngṛēng towi ring lahru
Keindahan surga benar-benar terkalahkan, oleh puri Ayodhya yang tiada bandingannya, di sana selalu dalam keadaan aman sentosa, pada waktu musim hujan maupun pada musim kemarau
Berbagai batu-batuan mulia, emas perak beserta permata terdapat di sana, itu laksana gigi keraton Ayodhya yang putih, seolah-olah tersenyum, surga dapat dikalahkannya
Hana ta umah kanaka maṇik, kinulilinganikang taman rāmya, wara kanyakā mamēngamēng, surāpsari tulya ring meru
Ada sebuah balai yang bertahtakan permata, dikelilingi oleh taman yang sangat menakjubkan, tempat para gadis-gadis bercengkerama, bagai bidadari di gunung Mahameru (Himalaya)
Sphaṭika maṇik ta malahalah, sateja munggwungumah paniñjoan, kadi Ganggā saka Himawān, rūpanya katon sutejā çri
Permata manik-manik tak terbilang banyaknya, semua berkilauan terletak pada balai peninjauan, seperti sungai Gangga dari gunung Himawan, kelihatan berkilauan dan sungguh menakjubkan
^"About District". District Ayodhya – Government of Uttar Pradesh. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 9 November 2019. Diakses tanggal 9 November 2019.