Jumlah penutur beserta (jika ada) metode pengambilan, jenis, tanggal, dan tempat.[2][3]
sa
san
cls
vsn
Sanskerta diklasifikasikan sebagai bahasa yang telah punah (EX) pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan
Lantunan naskah dalam bahasa Sansekerta berjudul Guru Stotram atau dapat diterjemahkan sebagai "lantunan untuk menghormati sang guru". (4 menit 55 detik)
Bahasa Sanskerta (ejaan tidak baku: Sansekerta, Sangsekerta, Sanskrit,[8] aksara Dewanagari: संस्कृतम्, saṃskṛtam[9]) adalah bahasa kuno Asia Selatan yang merupakan cabang Indo-Arya dari rumpun bahasa Indo-Eropa.[10][11][12] Bahasa ini berkembang di Asia Selatan setelah moyangnya mengalami difusi trans-budaya di wilayah barat laut Asia Selatan pada Zaman Perunggu.[13][14] Bahasa Sanskerta adalah bahasa suci umat Hindu, Buddha, dan Jain. Bahasa ini merupakan basantara Asia Selatan pada zaman kuno dan pertengahan, dan menjadi bahasa agama, kebudayaan, dan politik yang tersebar di sejumlah wilayah di Asia Tenggara, dan Tengah.[15][16] Bahasa ini memberikan banyak pengaruh bahasa di Asia Selatan, Tenggara, dan Timur, khususnya melalui kosakata yang dipelajari.[17]
Bahasa Sanskerta masih mempertahankan ciri-ciri bahasa Indo-Arya kuno.[18][19] Bentuk arkaisnya adalah bahasa Weda yang ditemukan dalam Regweda, kumpulan 1.028 himne yang disusun oleh masyarakat suku Indo-Arya yang bermigrasi di wilayah yang kini Afganistan hingga Pakistan dan kemudian India Utara.[20][21] Bahasa Weda ini berakulturasi dengan bahasa kuno yang telah ada di anak benua India, menyerap kosakata yang berkaitan dengan nama-nama hewan dan tumbuhan; dan tambahannya, rumpun bahasa Dravida kuno memengaruhi fonologi dan sintaksis Sanskerta.[22] "Sanskerta" dapat juga merujuk pada bahasa Sanskerta klasik yang tata bahasanya dibakukan pada pertengahan milenium pertama SM secara sangat lengkap,[b] yang termuat dalam kitab Aṣṭādhyāyī ("Delapan Bab") karya Pāṇini.[24] Pujangga dan dramawan besar Kalidasa menulis menggunakan bahasa Sanskerta klasik, dan dasar-dasar aritmetika klasik pertama kalinya dideskripsikan dalam bahasa Sanskerta klasik.[c][25] Dua wiracarita besar Mahabharata dan Ramayana, disusun menggunakan gaya bahasa cerita lisan yang digunakan di India Utara antara 400 SM dan 300 SM, dan kira-kira sezaman dengan bahasa Sanskerta klasik.[26] Pada abad-abad berikutnya bahasa Sanskerta mulai terikat tradisi, berhenti dipelajari sebagai bahasa ibu, dan akhirnya berhenti berkembang sebagai bahasa yang hidup.[27]
Nyanyian Regweda sangat mirip dengan puisi arkais berbahasa Iran dan Yunani, Gathas dalam bahasa Avesta dan Illiad karya Homeros.[28] Karena Regweda mengalir dari mulut ke mulut dengan cara rajin menghafal,[29][30] dan dianggap sebagai sebuah teks tunggal tanpa varian apa pun,[31] Regweda melestarikan morfologi dan sintaksis yang mendorong rekonstruksi moyang dari bahasa tersebut, bahasa Proto-Indo-Eropa.[28] Bahasa Sanskerta tidak memiliki sistem tulisan yang spesifik: sekitar peralihan milenium pertama Masehi, bahasa ini ditulis dalam aksara-aksara berumpun Brahmi dan saat ini menggunakan aksara Dewanagari.[a][4][5]
Status, fungsi, dan penempatan bahasa Sanskerta sebagai warisan sejarah dan budaya India diakui dalam bahasa resmi di Jadwal Kedelapan dari Konstitusi India.[32][33] Namun, di luar kebangkitannya,[34][35] tidak ada masyarakat yang mengakui bahasa ini sebagai bahasa ibu di India.[35][36][37] Pada sensus terakhir di India, sekitar ribuan warga negara India mengakui bahasa Sanskerta sebagai bahasa ibu mereka,[d] dan angka itu dianggap menandakan harapan penyelarasan dengan prestise berbahasa.[35][39] Bahasa Sanskerta diajarkan di gurukula sejak zaman kuno; dan kini diajarkan pada sekolah menengah pertama. Sekolah modern bahasa Sanskerta tertua adalah Sampurnanand Sanskrit Vishwavidyalaya, didirikan pada 1791 pada masa pemerintahan Perusahaan Hindia Timur Britania.[40] Bahasa Sanskerta menjadi bahasa liturgi bagi umat Hindu dan Buddha, digunakan untuk membacakan nyanyian dan mantra.
Dalam bahasa Sanskerta ajektiva verbal sáṃskṛta- adalah kata majemuk yang tersusun dari sam (berbudaya, bagus, baik, sempurna) dan krta- (tersusun).[41][42] Maksudnya adalah suatu bahasa yang "tersusun dengan baik, murni, sempurna, suci, dan berbudaya".[43][44][45] Menurut Biderman, kesempurnaan yang dimaksud dari etimologi tersebut cenderung memiliki kualitas tonal bukannya semantik. Tradisi lisan dianggap berharga di India Kuno, dan resi-resinya menyusun alfabet, struktur kata, dan tata bahasanya menjadi "sebuah kumpulan suara, semacam cetakan musikal yang bernilai luhur", sebagaimana yang disebut Biderman, sebagai sebuah bahasa yang disebut Sanskerta.[42] Dari akhir periode Weda, sebagaimana yang disebut Annette Wilke dan Oliver Moebus, landasan resonansi dan musikalnya membangun "literatur linguistik, filosofis, dan religius dengan jumlah yang sangat besar" di India. Suara-suara itu divisualisiasikan "meliputi seluruh ciptaan", representasi lain dari dunia itu sendiri; sebuah "magna misterius" dari pemikiran Hindu. Pencarian kesempurnaan dalam pemikiran dan tujuan kebebasan berada di antara dimensi suara sakral, benang merah itu merangkai semua ide dan inspirasi menjadi apa yang diyakini masyarakat India kuno sebagai bahasa yang sempurna, sehingga terciptalah "epistema fonosentris" bahasa Sanskerta.[46][47]
Bahasa ini dianggap sebagai lawan dari bahasa-bahasa rakyat (prākṛta-). Kata prakrta secara literal berarti "asli, alami, normal, tak berseni", menurut Franklin Southworth.[48] Keterkaitan antara bahasa Prakerta dan Sanskerta ditemukan dalam naskah India berangka milenium pertama Masehi. Patañjali mengakui bahasa Prakerta sebagai bahasa pertama, yang secara naluriah diadopsi oleh anak-anak yang berujung pada masalah interpretasi dan kesalahpahaman. Pemurnian struktur bahasa Sanskerta menghapus ketidaksempurnaan itu. Tatabahasawan Sanskerta awal Daṇḍin menyatakan, sebagai contoh, banyak kata bahasa Prakerta berasal dari Sanskerta, tetapi memunculkan "kehilangan suara" dan penyalahgunaan makna yang merupakan hasil dari "pengabaian tata bahasa". Daṇḍin mengakui ada kata-kata dan struktur membingungkan dari bahasa Prakerta yang lepas dari bahasa Sanskerta. Pandangan ini tampak pada gaya penulisan Bharata Muni yang mengarang naskah Natyasastra. Namisādhu, salah satu cendekiawan Jaina, mengakui adanya perbedaan tersebut, tetapi tidak setuju kalau bahasa Prakerta adalah hasil penyalahgunaan makna dari Sanskerta. Namisādhu menyatakan bahwa bahasa Prakerta bersifat pūrvam (alamiah) bagi anak-anak, dan Sanskerta adalah penyempurnaan bahasa Prakerta melalui sebuah "pemurnian tata bahasa".[49]
Bahasa Sanskerta termasuk dalam rumpun bahasa Indo-Eropa. Bahasa ini menjadi salah satu dari tiga bahasa Indo-Eropa tertua yang didokumentasikan serta lahir dari suatu bahasa purba yang direkonstruksi yaitu bahasa Proto-Indo-Eropa:[11][12][50]
Bahasa Indo-Eropa lainnya yang berhubungan dengan Sanskerta antara lain bahasa Latin arkais dan klasik (c. 600 SM–100 M, Italia zaman kuno), bahasa Gotik (bahasa Jermanik arkais, c. 350 SM), bahasa Norse Kuno (c. 200 SM ke atas), bahasa Avesta Kuno (c. akhir milenium ke-2 SM[52]), dan bahasa Avesta Muda (c. 900 SM).[11][12] Bahasa kuno terdekat dengan bahasa Weda adalah rumpun Nuristan yang ditemukan di wilayah Hindu Kush, timur laut Afganistan dan barat laut Himalaya,[12][53][54] serta bahasa Avesta dan Persia Kuno yang punah — keduanya berumpun Iran.[55][56][57] Bahasa Sanskerta adalah kelompok bahasa satem Indo-Eropa.
Sejumlah sarjana zaman kolonial yang menguasai bahasa Latin dan Yunani terkejut dengan kemiripan bahasa-bahasa klasik Eropa dengan Sanskerta, baik dari kosakata dan tata bahasanya. Dalam The Oxford Introduction to Proto-Indo-European and the Proto-Indo-European World, Mallory dan Adams menjelaskan kemiripan tersebut dalam beberapa contoh berikut:[58]
Kedekatan kosakata tersebut menunjukkan adanya sebuah akar kata, serta kaitan historis antara sejumlah bahasa-bahasa kuno besar di dunia.[e]
Teori migrasi Indo-Arya menjelaskan bagaimana bahasa Sanskerta dan bahasa Indo-Eropa lainnya saling berkaitan serta menyatakan bahwa penutur asli bahasa yang kelak menjadi Sanskerta tiba di Asia Selatan dari asalnya, kemungkinan barat laut wilayah Indus pada awal milenium ke-2 SM. Bukti sejarah yang ada dalam teori tersebut adalah kedekatan antara bahasa Indo-Iran dengan rumpun bahasa Baltik dan Slavik, pertukaran dengan kosakata non-Indo-Eropa seperti rumpun bahasa Ural, dan kosakata Indo-Eropa yang berkaitan dengan flora-fauna.[60]
Masa prasejarah rumpun bahasa Indo-Arya sebagai moyang bahasa Sanskerta tidak jelas dan hipotesisnya diajukan dalam batas yang cukup luas. Menurut Thomas Burrow, dengan menghubungkannya dengan bahasa rumpun Indo Eropa, asal usul bahasa tersebut mungkin bermula dari Eropa Tengah atau Timur, dan rumpun Indo-Iran muncul dari Rusia Tengah.[61] Cabang rumpun bahasa Indo-Iran, Indo-Arya dan Iran, berpisah. Bahasa Sanskerta adalah cabang Indo-Arya yang berpindah menuju Iran timur, kemudian mengarah ke Asia Selatan pada paruh pertama milenium ke-2 SM. Begitu permulaan India Kuno, bahasa Indo-Arya mengalami perubahan lingustik dan terciptalah bahasa Weda.[62]
Bentuk praklasik bahasa Sanskerta adalah bahasa Weda. Naskah tertulis paling awal yang menggunakan bahasa Sanskerta adalah salah satu dari kitab suci umat Hindu yang empat, Regweda, ditulis pada pertengahan hingga akhir abad ke-2 SM. Tak ada catatan tertulis dari masa-masa awal yang dilestarikan, bahkan jika ada, sejumlah sarjana percaya bahwa Regweda turun-temurun secara lisan: teks tersebut adalah teks upacara keagamaan, dengan ekspresi fonetis yang pasti dan pelestariannya menjadi bagian dari tradisi.[63][64][65]
Regweda adalah kumpulan kitab suci yang dibuat oleh banyak pengarang secara terpisah di wilayah India kuno. Penulis-penulisnya berada pada generasi yang berbeda-beda: Mandala 2 hingga 7 adalah yang tertua, sedangkan mandala 1 dan 10 adalah yang termuda.[66][67] Namun bahasa Weda dalam kitab-kitab Rigveda "hampir tidak menyajikan keragaman dialektika", menurut Louis Renou — seorang Indolog yang dikenal karena penelitiannya tentang sastra Sanskerta dan khususnya Rigveda. Menurut Renou, ini menunjukkan bahwa bahasa Weda memiliki "pola linguistik yang teratur" pada paruh kedua milenium ke-2 SM.[68] Setelah Regweda, Weda lainnya yang bertahan adalah Samaweda, Yajurweda, dan Atharwaweda, bersama naskah-naskah lain seperti Brahmana, Aranyaka, dan Upanisad.[63] Dokumen Weda merefleksikan dialek bahasa Sanskerta pada sejumlah wilayah barat laut, utara, dan timur anak benua India.[69][70](hlm. 9)
Bahasa Weda adalah bahasa lisan sekaligus tertulis pada zaman India Kuno. Menurut Michael Witzel, bahasa Weda adalah bahasa lisan suku seminomaden Arya yang kelak bertempat tinggal di satu tempat dan tetap memelihara kebiasaan sehari-hari mereka seperti beternak sapi, bertani terbatas, dan menjalankan gerobak yang disebut grama.[70](hlm. 16–17)[71] Bahasa Weda atau varian Indo-Eropa terdekatnya diakui di seluruh wilayah India Kuno yang dibuktikan dengan "Traktat Mitanni" antara bangsa Het dan Mitanni, dipahat pada batu, di suatu wilayah yang kini menjadi Suriah dan Turki.[72][f] Bagian dari traktat tersebut seperti nama-nama pangeran Mitanni dan istilah teknis yang berhubungan dengan perkudaan, dengan alasan yang tak dipahami, ditulis dalam bentuk awal bahasa Weda. Traktat ini juga memuat Dewa Baruna, Mitra, Indra, dan Nasatya yang ditemukan dalam lapisan awal literatur Weda.[72][74]
Bahasa Weda yang ada dalam Regweda lebih arkais daripada Weda-Weda lainnya, dan dalam banyak hal, gaya bahasa Regweda diketahui lebih mirip dengan salah satu kitab umat Majusi Gathas dan juga Iliad dan Odisseia karya Homeros.[75] Menurut Stephanie W. Jamison dan Joel P. Brereton — Indolog yang dikenal karena penerjemahan Regweda — literatur Weda "telah jelas diwariskan" dari struktur sosial zaman Indo-Iran dan Indo-Eropa seperti peranan penyair dan pendeta, ekonomi patronasi, kemiripan frasa, dan sejumlah metrum puisi.[76][g] Meski ada kemiripan, menurut Jamison dan Brereton, ada perbedaan antara sastra Weda, Avesta Kuno, dan Yunani Mikenai. Misalnya, tak seperti penggunaan majas simile dalam Regweda, teks Gathas tak memiliki simile, dan jarang digunakan pada versi bahasa yang kemudian. Bahasa Yunani Homeros, seperti Sanskerta Regweda, banyak menggunakan simile, tetapi secara struktural sangat berbeda.[78]
Bentuk bahasa Weda kurang homogen, dan kemudian berevolusi menjadi bahasa yang lebih terstruktur dan homogen, yang disebut bahasa Sanskerta Klasik pada pertengahan milenium pertama SM. Menurut Richard Gombrich—Indolog dan sarjana bahasa Sanskerta, Pāli, dan studi agama Buddha—bahasa Weda yang arkais dalam Regweda sudah berevolusi pada periode Weda, seperti dibuktikan dalam karya sastra Weda berikutnya. Bahasa dalam Upanisad Hindu awal dan karya sastra Weda berikutnya menggunakan bahasa Sanskerta Klasik, sedangkan bahasa Weda yang arkais pada zaman Buddha menjadi tak bisa dipahami oleh semua orang kecuali para Resi, menurut Gombrich.[79]
Orang yang dikredit berjasa dalam formalisasi bahasa Sanskerta adalah Pāṇini, juga Mahabhasya karya Patanjali serta komentar Katyayana yang mendahului karya Patanjali.[80] Panini menyusun kitab Aṣṭādhyāyī ("Delapan Bab Tata Bahasa Sanskerta"). Masa hidupnya sering diperdebatkan, tetapi umumnya disepakati bahwa karyanya dibuat antara abad ke-6 hingga ke-4 SM.[81][82][83]
Aṣṭādhyāyī bukanlah karya pertama yang mendeskripsikan tata bahasa Sanskerta, tetapi merupakan karya paling awal yang masih bisa dilestarikan secara utuh. Pāṇini mengutip sepuluh orang resi terkait aspek tata bahasa dan fonologi Sanskerta sebelumnya, serta varian penggunaan bahasa Sanskerta di wilayah India yang berbeda.[84] Ia mengutip sepuluh orang resi yaitu Apisali, Kasyapa, Gargya, Galawa, Cakrawarmana, Bharadwaja, Sakatayana, Sakalya, Senaka, dan Sphotayana.[85] Aṣṭādhyāyī menjadi peletak dasar salah satu Wedangga, Wyakarana, .[86] Dalam Aṣṭādhyāyī, bahasa dipandang dengan cara yang tidak sejalan dengan tatabahasawan Yunani atau Latin. Tata bahasa Pāṇini, menurut Renou dan Filliozat, mendefinisikan ekspresi linguistik dan klasika yang menjadi acuan dari bahasa Sanskerta.[87] Pāṇini menggunakan metabahasa teknis, seperti sintaksis, morfologi, dan leksikon. Metabahasa ini terorganisasi menurut deret aturan-meta, beberapa di antaranya dijelaskan langsung, sedangkan lainnya dapat disimpulkan sendiri.[88]
Teori komprehensif dan ilmiah tata bahasa Pāṇini kelak menjadi awal permulaan bahasa Sanskerta Klasik.[89] Risalahnya yang sistematis mengilhami dan menjadikan bahasa Sanskerta sebagai bahasa utama dalam pembelajaraan dan sastra India selama dua milenium.[90] Tak jelas apakah Pāṇini menulisnya sendiri, atau memberikan penjelasannya kepada murid-muridnya secara turun temurun. Sejumlah sarjana menyetujui bahwa ia sudah mengenal penulisan, berdasarkan rujukan kata lipi ("aksara") atau lipikara ("penulis") pada subbab 3.2 Aṣṭādhyāyī.[91][92][93][h]
Bahasa Sanskerta Klasik yang diformalkan oleh Pāṇini, menurut Renou, "bukan bahasa yang dimiskinkan", melainkan "bahasa yang diatur dan ditata dengan mengabaikan arkaisme dan alternatif formal yang tidak perlu".[100] Bentuk klasik Sanskerta menyederhanakan hukum sandhi tetapi tetap mempertahankan ciri-ciri bahasa Weda, serta menambahkan ketelitian dan fleksibilitas, sehingga memiliki ruang yang cukup untuk mengekspresikan pikiran serta "mampu menjawab tuntutan literatur yang beragam di masa mendatang", menurut Renou. Pāṇini juga membuat "aturan pilihan" di luar kerangka kerja bahasa Weda bahulam, untuk menghargai kebebasan dan kreativitas sehingga para penulis yang berada di wilayah geografis atau waktu yang berbeda dapat bebas mengekspresikan fakta dan pandangannya sendiri.[101]
Perbedaan fonetika bahasa Weda dan Sanskerta Klasik dapat diabaikan, bila dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada masa pra-Weda antara bahasa Indo-Arya dan bahasa Weda.[102] Yang membuat bahasa Weda dan Sanskerta klasik berbeda adalah tata bahasa dan kategori gramatikal yang diperluas, serta perbedaan aksen, semantik, dan sintaksis.[103] Ada juga perbedaan bagaimana akhir dari kata benda dan kata kerja, serta juga hukum sandhi, baik internal maupun eksternal.[103] Banyak sekali kata dalam bahasa Weda tidak ditemukan dalam literatur bahasa Weda akhir atau Sanskerta Klasik, sedangkan ada kata Sanskerta Klasik yang maknanya berbeda dan baru jika dibandingkan dengan literatur bahasa Weda.[103]
Arthur Macdonell adalah salah satu sarjana zaman kolonial yang telah merangkum sejumlah perbedaan bahasa Weda dan Sanskerta Klasik.[103][104] Publikasi berbahasa Prancis kary Louis Renou tahun 1956, berisi pembahasan yang lebih rinci terkait kemiripan, perbedaan, dan evolusi bahasa Weda pada periode Weda dengan bahasa Sanskerta Klasik beserta pandangan pribadinya. Karyanya kemudian diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Jagbans Balbir.[105]
Kata Saṃskṛta sebagai sebuah bahasa, ditemukan dalam ayat 5.28.17–19 kitab Ramayana.[107] Di luar bahasa Sanskerta yang tertulis dan dipelajari, sejumlah bahasa rakyat (Prakerta) muncul. Bahasa Sanskerta hadir bersama Prakerta pada zaman India kuno. Bahasa Prakerta memiliki akar bahasa Sanskerta yang disebut Apabhramsa, artinya "bahasa yang mengabaikan tata bahasa".[108][109] Weda memiliki kata-kata yang ekuivalensi fonetiknya tidak ditemukan dalam bahasa Indo-Eropa lain tetapi ditemukan dalam bahasa Prakerta, yang menandai mulainya interaksi berbagi kata dan gagasan pada sejarah awal India. Semenjak pemikiran bangsa India terdiversifikasi dan ajaran awal Hindu mengalami tantangan, khususnya lahirnya agama Buddha dan Jain, bahasa Prakerta seperti Pali yang dipertuturkan umat Buddha Theravāda dan Ardhamagadhi yang dipertuturkan umat Jain bersaing dengan bahasa Sanskerta pada zaman kuno.[110][111][112] Namun, menurut Paul Dundas, sarjana Jaina, bahasa-bahasa Prakerta kuno "dikira-kira memiliki hubungan yang dekat dengan Sanskerta, sama seperti halnya bahasa Italia pertengahan dengan Latin."[112] Tradisi India mengakui bahwa Buddha dan Mahawira memilih bahasa Prakerta sehingga siapa pun dapat memahaminya. Namun, sarjana seperti Dundas mempertanyakan hipotesis ini. Mereka mengaku tidak ada bukti dan bahkan jika ada buktinya pada awal masa itu, orang-orang sulit mempelajari bahasa Prakerta kuno seperti Ardhamagadhi kecuali para biksu atau rahib.[112][i]
Sarjana era kolonial mempertanyakan apakah Sanskerta itu bahasa lisan, atau hanya bahasa sastra.[114] Salah satu aliran menyebut bahwa Sanskerta tak pernah sebagai bahasa lisan, sedangkan yang lain dan kebanyakan sarjana India justru tidak setuju.[115] Mereka yang menegaskan Sanskerta adalah bahasa daerah menyatakan bahwa bahasa ini dahulu adalah bahasa lisan yang dilestarikan dalam naskah-naskah tertulis Sanskerta di India kuno. Selain itu, bukti tekstual karya Yaksa, Panini, dan Patanajali menyatakan bahwa bahasa Sanskerta Klasik pada masa itu adalah bahasa yang dituturkan oleh orang terpelajar dan berbudaya. Sejumlah sutras menguraikan bentuk-bentuk bahasa Sanskerta lisan dan tertulis.[115] Biksu pelancong abad ke-7 Xuanzang menulis dalam memoarnya bahwa perdebatan filosofis resmi di India adalah bahasa Sanskerta, bukan bahasa daerah di wilayah itu.[115]
Pakar linguistik Madhav Deshpande menyatakan bahwa bahasa Sanskerta adalah bahasa lisan sehari-hari pada pertengahan milenium pertama SM yang berdampingan dengan bahasa Sanskerta sastra yang lebih formal dan tertata.[116] Menurut Deshpande, dibenarkan bahwa bahasa modern juga memiliki bahasa sehari-hari dan dialek yang dipertuturkan dan dipahami, bersama dengan bentuk tertulis yang "tertata, lengkap, dan akurat dari segi tata bahasa".[116] Tradisi India, menurut Moriz Winternitz, adalah belajar dan menggunakan bermacam-macam bahasa sejak zaman dahulu. Bahasa Sanskerta adalah bahasa kaum terpelajar dan terpandang, tetapi juga bahasa yang harus dipahami dalam lingkungan sosial yang lebih luas karena wiracarita yang populer seperti Ramayana, Mahabharata, Bhagawatapurana, Pancatantra, dan teks lainnya juga ditulis dalam bahasa Sanskerta.[117] Bahasa Sanskerta dengan tata bahasanya yang ada, menjadi bahasa kaum terpelajar India, dan yang lainnya berkomunikasi dengan bahasa sehari-hari yang dapat saja mengabaikan tata bahasa.[116] Bahasa Sanskerta sebagai bahasa yang terpelajar, hadir bersama bahasa daerah Prakerta.[116] Seni drama berbahasa Sanskerta juga mengindikasikan bahasa itu berdampingan dengan Prakerta. Benares, Paithan, Pune, dan Kanchipuram adalah pusat studi dan debat publik bahasa Sanskerta hingga awal mula kolonialisme di India.[118]
Menurut Étienne Lamotte, Indolog dan sarjana ilmu agama Buddha, bahasa Sanskerta menjadi dominan sebagai bahasa resmi tertulis karena presisi komunikasinya. Menurut Lamotte, bahasa ini adalah instrumen yang cukup ideal untuk menampilkan gagasan serta pengetahuan sehingga menjadi tersebar dan berpengaruh.[119] Bahasa Sanskerta dianggap sebagai sarana gagasan yang berkebudayaan, artistik, dan mendalam. Pollock tidak setuju Lamotte, tetapi yakin bahwa pengaruh bahasa Sanskerta bertumbuh menjadi sebuah "kosmopolis" yang mencakup seluruh wilayah Asia Selatan dan sebagian besar Asia Tenggara. Kosmopolis tersebut berkembang pesat di luar India antara 300 dan 1300 M.[120]
Reinöhl menyebut rumpun bahasa Dravida tidak hanya menyerap kosakata Sanskerta, tetapi juga memengaruhi bahasa Sanskerta berkaitan strukturnya, "misalnya asal usul fonologi retrofleks Indo-Arya, dikaitkan dengan pengaruh rumpun bahasa Dravida".[121] Hock et al. mengutip George Hart yang menyatakan bahwa ada pengaruh bahasa Tamil Kuno dalam bahasa Sanskerta.[122] Hart membandingkan bahasa Tamil Kuno dan Sanskerta Klasik dan menyimpulkan bahwa ada bahasa Prakerta yang diturunkan dari kedua-duanya – "baik Tamil dan Sanskerta mendapatkan kaidah, metrum, dan teknik yang dibagi rata dari satu sumber, serta jelas tidak ada yang langsung diserap dari bahasa lainnya."[123]
Reinöhl menyatakan bahwa ada keterkaitan secara simetris antara bahasa berumpun Dravida seperti bahasa Kannada atau Tamil dengan bahasa Indo-Arya seperti Bengali atau Hindi, dibandingkan dengan bahasa Persia atau Inggris terhadap bahasa berumpun non-Indo-Arya. Dikutip dari Reinöhl – "Kalimat dalam bahasa rumpun Dravida seperti Tamil atau Kannada dapat diubah menjadi bahasa Bengali atau Hindi dengan mengganti kosakata Bengali atau Hindi yang ekuivalen dengan kata dan bentuk Dravida, tanpa mengubah urutan kata, tetapi hal yang sama tidak bisa digunakan untuk mengubah kalimat bahasa Persia atau Inggris menjadi bahasa non-Indo-Arya".[121]
Shulman menyebutkan, "Bentuk kata kerja nonfinit Dravida (disebut juga vinaiyeccam dalam bahasa Tamil) memengaruhi kata kerja nonfinit Sanskerta (aslinya berasal dari bentuk infleksi kata benda perbuatan dalam Weda). Kasus yang sangat menonjol dari pengaruh bahasa Dravida dalam bahasa Sanskerta hanyalah satu dari banyaknya asimilasi sintaktis, tak terkecuali repertoar yang besar dari aspek dan modalitas morfologis yang, jika diamati teliti, dapat ditemukan di mana saja dalam bahasa Sanskerta klasik dan pascaklasik".[124]
Kehadiran bahasa Sanskerta secara historis telah terbukti dalam lingkup geografi yang luas di Asia Selatan. Prasasti dan karya-karya sastra menunjukkan bahwa bahasa Sanskerta telah digunakan di Asia Tenggara dan Tengah pada milenium pertama SM, melalui para brahmana, peziarah, dan pedagang.[125][126][127]
Asia Selatan merupakan daerah yang kaya akan manuskrip dan prasasti berbahasa Sanskerta pada zaman kuno hingga sebelum abad ke-18.[128] Di luar wilayah India Kuno, manuskrip dan prasasti berbahasa Sanskerta telah ditemukan di Tiongkok (terutama di Tibet),[129][130] Myanmar,[131] Indonesia,[132] Kamboja,[133] Laos,[134] Vietnam,[135] Thailand,[136] dan Malaysia.[134] Prasati dan manuskrip Sanskerta, maupun pecahan-pecahannya, termasuk sejumlah teks tertulis berbahasa Sanskerta tertua yang diketahui, telah ditemukan di gurun-gurun kering dan pegunungan seperti di Nepal,[137][138][j] Tibet,[130][139] Afganistan,[140][141] Mongolia,[142] Uzbekistan,[143] Turkmenistan, Tajikistan,[143] dan Kazakhstan.[144] Sejumlah teks berbahasa Sanskerta juga ditemukan di kuil-kuil Jepang dan Korea.[145][146][147]
Di India, bahasa Sanskerta diakui sebagai 22 bahasa resmi yang ada dalam Jadwal Kedelapan Konstitusi India.[148] Pada 2010, Uttarakhand menjadi negara bagian India pertama yang menetapkan bahasa Sanskerta sebagai bahasa resmi kedua.[149] Selanjutnya sejak 2019, Himachal Pradesh menjadi negara bagian kedua yang menetapkan bahasa tersebut sebagai bahasa resmi kedua.[150]
Penelitian bahasa Sanskerta oleh bangsa Eropa dimulai oleh Heinrich Roth (1620–1668) dan Johann Ernst Hanxleden (1681–1731), dan dilanjutkan dengan proposal rumpun bahasa Indo-Eropa oleh Sir William Jones. Hal ini memainkan peranan penting pada perkembangan ilmu perbandingan bahasa di Dunia Barat.
Sir William Jones, pada kesempatan berceramah kepada Asiatick Society of Bengal di Calcutta, 2 Februari 1786, berkata:
Memang ilmu linguistik (bersama dengan fonologi, dsb.) pertama kali muncul di antara para tata bahasawan India kuno yang berusaha menetapkan hukum-hukum bahasa Sanskerta. Ilmu linguistik modern banyak berhutang kepada mereka dan saat ini banyak istilah-istilah kunci seperti bahuvrihi dan suarabakti diambil dari bahasa Sanskerta.
Salah satu ciri-ciri utama bahasa Sanskerta ialah adanya kasus dalam bahasa ini, yang berjumlah 8. Dalam bahasa Latin yang masih serumpun hanya ada 5 kasus. Selain itu ada tiga jenis kelamin dalam bahasa Sanskerta, maskulin, feminin dan netral dan tiga modus jumlah, singular, dualis dan jamak:
Di bawah ini disajikan sebuah contoh semua kasus sebuah kata maskulin singular deva (Dewa, Tuhan atau Raja).
Singular:
Dualis:
Jamak:
Lalu di bawah ini disajikan dalam bentuk tabel.
Skema dasar tasrifan bahasa Sanskerta untuk kata-kata benda dan sifat disajikan di bawah ini. Skema ini berlaku untuk sebagian besar kata-kata.
Pokok-a (/ə/ or /ɑː/) mencakup kelas akhiran kata benda yang terbesar. Biasanya kata-kata yang berakhir dengan -a pendek berkelamin maskulin atau netral. Kata-kata benda yang berakhirkan -a panjang (/ɑː/) hampir selalu feminin. Kelas ini sangatlah besar karena juga mencakup akhiran -o dari bahasa proto-Indo-Eropa.
Selain itu dalam bahasa Sanskerta didapatkan apa yang disebut hukum sandhi, sebuah fenomena fonetik di mana dua bunyi berbeda yang berdekatan bisa berasimilasi.
Kata-kata majemuk dalam bahasa Sanskerta sangat banyak digunakan, terutama menyangkut kata-kata benda. Kata-kata ini bisa menjadi sangat panjang (lebih dari 10 kata). Nominal majemuk terjadi dengan beberapa bentuk, tetapi secara morfologis mereka sejatinya sama. Setiap kata benda (atau kata sifat) terdapat dalam bentuk akarnya (bentuk lemah), dengan unsur terakhir saja yang ditasrifkan sesuai kasusnya. Beberapa contoh kata benda atau nominal majemuk termasuk kategori-kategori yang diperikan di bawah ini.
Bahasa Sanskerta telah lama hadir di Nusantara sejak ribuan tahun lalu, bahkan banyak nama orang Indonesia yang menggunakan nama-nama India atau Hindu (Sanskerta), meskipun tidak berarti bahwa mereka beragama Hindu. Ini karena pengaruh budaya India yang datang ke Nusantara sejak ribuan tahun yang lalu selama pengindiaan kerajaan-kerajaan Asia Tenggara (Hindu-Buddha), dan sejak itu, budaya India ini dilihat sebagai bagian dari budaya Indonesia, terutama dalam budaya Jawa, Bali, dan beberapa bagian dari Nusantara lainya. Dengan demikian, budaya Hindu atau India yang terkait di Indonesia hadir tidak hanya sebagai bagian dari agama, tetapi juga budaya. Akibatnya, adalah umum untuk menemukan orang-orang Indonesia muslim atau Kristen dengan nama-nama yang bernuansa India atau Sanskerta. Tidak seperti nama-nama yang berasal dari bahasa Sanskerta dalam bahasa Thai dan Khmer, pengucapan nama-nama Sanskerta dalam bahasa Jawa atau Indonesia mirip dengan pelafalan India asli, kecuali bahwa "v" diubah menjadi "w", contoh: "Vishnu" di India berubah menjadi "Wisnu" jika di Indonesia.
Di kawasan Nusantara khususnya di Indonesia, Bahasa Sanskerta sangat berpengaruh penting dan sangat memiliki peran tinggi di dalam perbahasaan di Indonesia. Bahasa Sanskerta yang masuk ke Indonesia sejak ribuan tahun lalu (masa kerajaan Hindu-Buddha) datang dari India ke Indonesia melalui para kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha pada masa kuno ribuan tahun yang lalu di bumi Nusantara. Sangat banyak kata-kata dalam Bahasa Indonesia yang diserap dari Bahasa Sanskerta, contohnya dari kata "bahasa" भाषा (bhāṣa) itu sendiri berasal dari bahasa sanskerta berarti: "logat bicara". Bahkan, banyak nama-nama lembaga, istilah, moto, dan semboyan di pemerintahan Indonesia menggunakan bahasa Sanskerta, seperti pangkat jenderal di Angkatan Laut Indonesia (TNI AL), menggunakan kata "Laksamana" (dari tokoh Ramayana yang merupakan adik dari Rama). "Penghargaan Adipura" yang merupakan penghargaan yang diberikan kepada kota-kota di seluruh Indonesia dari pemerintah pusat untuk kebersihan dan pengelolaan lingkungan juga menggunakan bahasa Sanskerta yaitu dari kata Adi (yang berarti "panutan") dan Pura (yang berarti "kota), menjadikan arti: "Kota Panutan" atau "kota yang layak menjadi contoh". Ada juga banyak moto lembaga-lembaga Indonesia yang menggunakan bahasa Sanskerta, seperti moto Akademi Militer Indonesia yang berbunyi "Adhitakarya Mahatvavirya Nagarabhakti" (अधिकाऱ्या महत्व विर्य नगरभक्ति), dan beberapa istilah-istilah lain dalam TNI juga menggunakan bahasa Sanskerta, contoh: "Adhi Makayasa", "Chandradimuka", "Tri Dharma Eka Karma", dll.
In the history of Indo-Aryan, writing was a later development and its adoption has been slow even in modern times. The first written word comes to us through Asokan inscriptions dating back to the third century BC. Originally, Brahmi was used to write Prakrit (MIA); for Sanskrit (OIA) it was used only four centuries later (Masica 1991: 135). The MIA traditions of Buddhist and Jain texts show greater regard for the written word than the OIA Brahminical tradition, though writing was available to Old Indo-Aryans.
Although in modern usage Sanskrit is most commonly written or printed in Nagari, in theory, it can be represented by virtually any of the main Brahmi-based scripts, and in practice it often is. Thus scripts such as Gujarati, Bangla, and Oriya, as well as the major south Indian scripts, traditionally have been and often still are used in their proper territories for writing Sanskrit. Sanskrit, in other words, is not inherently linked to any particular script, although it does have a special historical connection with Nagari.
from संस्कृत saṃskṛitə past passive participle: Made perfect, refined, polished, cultivated. -तः -tah A word formed regularly according to the rules of grammar, a regular derivative. -तम् -tam Refined or highly polished speech, the Sanskṛit language; संस्कृतं नाम दैवी वागन्वाख्याता महर्षिभिः ("named sanskritam the divine language elaborated by the sages") from Kāvyadarśa.1. 33. of Daṇḍin
The earliest form of this 'oldest' language, Sanskrit, is the one found in the ancient Brahmanic text called the Rigveda, composed c. 1500 BC. The date makes Sanskrit one of the three earliest of the well-documented languages of the Indo-European family – the other two being Old Hittite and Myceanaean Greek – and, in keeping with its early appearance, Sanskrit has been a cornerstone in the reconstruction of the parent language of the Indo-European family – Proto-Indo-European.
Although the collapse of the Indus valley civilization is no longer believed to have been due to an ‘Aryan invasion’ it is widely thought that, at roughly the same time, or perhaps a few centuries later, new Indo-Aryan-speaking people and influences began to enter the subcontinent from the north-west. Detailed evidence is lacking. Nevertheless, a predecessor of the language that would eventually be called Sanskrit was probably introduced into the north-west sometime between 3,900 and 3,000 years ago. This language was related to one then spoken in eastern Iran; and both of these languages belonged to the Indo-European language family.
According to Asko Parpola, the Proto-Indo-Aryan civilization was influenced by two external waves of migrations. The first group originated from the southern Urals (c. 2100 BCE) and mixed with the peoples of the Bactria-Margiana Archaeological Complex (BMAC); this group then proceeded to South Asia, arriving around 1900 BCE. The second wave arrived in northern South Asia around 1750 BCE and mixed with the formerly arrived group, producing the Mitanni Aryans (c. 1500 BCE), a precursor to the peoples of the Ṛgveda. Michael Witzel has assigned an approximate chronology to the strata of Vedic languages, arguing that the language of the Ṛgveda changed through the beginning of the Iron Age in South Asia, which started in the Northwest (Punjab) around 1000 BCE. On the basis of comparative philological evidence, Witzel has suggested a five-stage periodization of Vedic civilization, beginning with the Ṛgveda. On the basis of internal evidence, the Ṛgveda is dated as a late Bronze Age text composed by pastoral migrants with limited settlements, probably between 1350 and 1150 BCE in the Punjab region.
Once Sanskrit emerged from the sacerdotal environment ... it became the sole medium by which ruling elites expressed their power ... Sanskrit probably never functioned as an everyday medium of communication anywhere in the cosmopolis—not in South Asia itself, let alone Southeast Asia ... The work Sanskrit did do ... was directed above all toward articulating a form of ... politics ... as celebration of aesthetic power.
Sanskrit (samskrita- 'adorned, purified') refers to several varieties of Old Indo-Aryan whose most archaic forms are found in Vedic texts: the Rigveda (Ṛgveda), Yajurveda, Sāmveda, Atharvaveda, with various branches.
If in 'Sanskrit' we include the Vedic language and all dialects of the Old Indian period, then it is true to say that all the Prakrits are derived from Sanskrit. If on the other hand 'Sanskrit' is used more strictly of the Panini-Patanjali language or 'Classical Sanskrit,' then it is untrue to say that any Prakrit is derived from Sanskrit, except that Sauraseni, the Midland Prakrit, is derived from the Old Indian dialect of the Madhyadesa on which Classical Sanskrit was mainly based.
It consists of 1,028 hymns (suktas), highly crafted poetic compositions originally intended for recital during rituals and for the invocation of and communication with the Indo-Aryan gods. Modern scholarly opinion largely agrees that these hymns were composed between around 1500 BCE and 1200 BCE, during the eastward migration of the Indo-Aryan tribes from the mountains of what is today northern Afghanistan across the Punjab into north India.
The Vedas were composed (roughly between 1500-1200 and 500 BCE) in parts of present-day Afghanistan, northern Pakistan, and northern India. The oldest text at our disposal is the Rgveda (RV); it is composed in archaic Indo-Aryan (Vedic Sanskrit).
(p. 17) Similarly, we find a large number of other items relating to flora and fauna, grains, pulses, and spices—that is, words that we might expect to have made their way into Sanskrit from the linguistic environment of prehistoric or early-historic India. ... (p. 18) Dravidian certainly influenced Sanskrit phonology and syntax from early on ... (p 19) Vedic Sanskrit was in contact, from very ancient times, with speakers of Dravidian languages, and that the two language families profoundly influenced one another.
<ref>
Evans-20092
The story of the growth of arithmetic from the ancient inheritance to the wealth passed on to the Renaissance is dramatic and passes through several cultures. The most groundbreaking achievement was the evolution of a positional number system, in which the position of a digit within a number determines its value according to powers (usually) of ten (e.g., in 3,285, the "2" refers to hundreds). Its extension to include decimal fractions and the procedures that were made possible by its adoption transformed the abilities of all who calculated, with an effect comparable to the modern invention of the electronic computer. Roughly speaking, this began in India, was transmitted to Islam, and then to the Latin West.
The term ‘Epic Sanskrit’ refers to the language of the two great Sanskrit epics, the Mahabharata and the Ramayana. ... It is likely, therefore, that the epic-like elements found in Vedic sources and the two epics that we have are not directly related, but that both drew on the same source, an oral tradition of storytelling that existed before, throughout, and after the Vedic period.
The desire to preserve understanding and knowledge of Sanskrit in the face of ongoing linguistic change drove the development of an indigenous grammatical tradition, which culminated in the composition of the Astadhyayi, attributed to the grammarian Panini, no later than the early fourth century BCE. In subsequent centuries, Sanskrit ceased to be learnt as a native language, and eventually ceased to develop as living languages do, becoming increasingly fixed according to the prescriptions of the grammatical tradition.
The importance of the Rigveda for the study of early Indo-Aryan historical linguistics cannot be underestimated. ... its language is ... notably similar in many respects to the most archaic poetic texts of related language families, the Old Avestan Gathas and Homer's Iliad and Odyssey, respectively the earliest poetic representatives of the Iranian and Greek language families. Moreover, its manner of preservation, by a system of oral transmission which has preserved the hymns almost without change for 3,000 years, makes it a very trustworthy witness to the Indo-Aryan language of North India in the second millennium BC. Its importance for the reconstruction of Proto-Indo-European, particularly in respect of the archaic morphology and syntax it preserves, ... is considerable. Any linguistic investigation into Old Indo-Aryan, Indo-Iranian, or Proto-Indo-European cannot avoid treating the evidence of the Rigveda as of vital importance.
The Eighth Schedule recognizes India's national languages as including the major regional languages as well as others, such as Sanskrit and Urdu, which contribute to India's cultural heritage. ... The original list of fourteen languages in the Eighth Schedule at the time of the adoption of the Constitution in 1949 has now grown to twenty-two.
As Mahapatra says: “It is generally believed that the significance for the Eighth Schedule lies in providing a list of languages from which Hindi is directed to draw the appropriate forms, style and expressions for its enrichment” ... Being recognized in the Constitution, however, has had significant relevance for a language's status and functions.
Sanskrit is also the only scheduled language that shows wide fluctuations — rising from 6,106 speakers in 1981 to 49,736 in 1991 and then falling dramatically to 14,135 speakers in 2001. “This fluctuation is not necessarily an error of the Census method. People often switch language loyalties depending on the immediate political climate,” says Prof. Ganesh Devy of the People's Linguistic Survey of India. ... Because some people “fictitiously” indicate Sanskrit as their mother tongue owing to its high prestige and Constitutional mandate, the Census captures the persisting memory of an ancient language that is no longer anyone's real mother tongue, says B. Mallikarjun of the Center for Classical Language. Hence, the numbers fluctuate in each Census. ... “Sanskrit has influence without presence,” says Devy. “We all feel in some corner of the country, Sanskrit is spoken.” But even in Karnataka's Mattur, which is often referred to as India's Sanskrit village, hardly a handful indicated Sanskrit as their mother tongue.
Ruppel2017
Some of the migrated languages ... such as Sanskrit and English, remained primarily as a second language, even though their native speakers were lost. Some native languages like the language of the Indus valley were lost with their speakers, while some linguistic communities shifted their language to one or other of the migrants’ languages.
sreevastan-thehindu-sanskrit
Woodard12
Ashtadhyayi, Sanskrit Aṣṭādhyāyī ("Eight Chapters"), Sanskrit treatise on grammar written in the 6th to 5th century BCE by the Indian grammarian Panini.
wright-sanskrit-first
Pali is known mainly as the language of Theravada Buddhism. ... Very little is known about its origin. We do not know where it was spoken or if it originally was a spoken language at all. The ancient Ceylonese tradition says that the Buddha himself spoke Magadhi and that this language was identical to Pali.
scharf233
|s2cid=
Lehendakari José Antonio Ardanza The Basque tax holidays were economic policies aimed at attracting foreign investment to the Basque Country, in Spain, implemented during the 1993–1994 period by the Basque Government of Lehendakari José Antonio Ardanza, the policy benefited companies that would settle in this autonomous community. The policy included a gradual 10-year reduction in the corporate tax base and a 45% tax credit on new investments in excess of 15,025,303 euros in new tangible fix…
Eybenscomune (dettagli) Eybens – Veduta LocalizzazioneStato Francia RegioneAlvernia-Rodano-Alpi Dipartimento Isère ArrondissementGrenoble CantoneÉchirolles TerritorioCoordinate45°09′N 5°45′E / 45.15°N 5.75°E45.15; 5.75 (Eybens)Coordinate: 45°09′N 5°45′E / 45.15°N 5.75°E45.15; 5.75 (Eybens) Superficie4,5 km² Abitanti9 644[1] (2009) Densità2 143,11 ab./km² Altre informazioniCod. postale38320 Fuso orarioUTC+…
Trackless dark ride at Tokyo Disneyland This article has multiple issues. Please help improve it or discuss these issues on the talk page. (Learn how and when to remove these template messages) This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Enchanted Tale of Beauty and the Beast – news · newspapers · books · scholar…
Martin Melchers Martin Melchers in 2011 Algemene informatie Geboren 2 oktober 1944 Geboorteplaats Amsterdam Land Nederland Beroep fysiotherapeut, filmer, stadsecoloog, fotograaf en schrijver Werk Thema's stads-natuur Bekende werken Haring in het IJ Onderscheidingen Ridder in de Orde van Oranje-Nassau Portaal Literatuur Martin Melchers (Amsterdam, 2 oktober 1944) is een Nederlandse stadsecoloog en schrijver. Martin Melchers werd in Amsterdam Oud-West geboren. Hij studeerde fysi…
Gudum Parochie van Denemarken Situering Bisdom Bisdom Viborg Gemeente Lemvig Coördinaten 56°31'19NB, 8°27'5OL Algemeen Inwoners (2004) 934 Leden Volkskerk (2004) 865 Overig Kerken Gudum Kirke Proosdij Lemvig Provsti Pastoraat Gudum-Fabjerg Foto's Portaal Denemarken Gudum is een parochie van de Deense Volkskerk in de Deense gemeente Lemvig. De parochie maakt deel uit van het bisdom Viborg en telt 865 kerkleden op een bevolking van 934 (2004). De parochie was tot 1970 deel van Skod…
Nota: Não confundir com Allan Dellon. Esta biografia de uma pessoa viva cita fontes, mas que não cobrem todo o conteúdo. Ajude a inserir fontes confiáveis e independentes. Material controverso que esteja sem fontes deve ser imediatamente removido, especialmente se for de natureza difamatória.—Encontre fontes: ABW • CAPES • Google (N • L • A) Alain Delon Alain DelonDelon em 1959 Nome completo Alain Fabien Maurice Ma…
Defunct media company This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Cowles Media Company – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (August 2018) (Learn how and when to remove this template message) This article is about the Minneapolis-based media company. For the Spokane-based media company, see Cowles C…
Eyalato de HabeshEyālet-i Ḥabeş Eyalato 1517-18021813-1872 Bandera Eyalato de Habesh en 1609 Eyalato de Habesh en 1795Coordenadas 21°32′36″N 39°10′22″E / 21.543333333333, 39.172777777778Capital Massawa,[1] Suakin,[2] Yeda[2]Entidad Eyalato • País Imperio otomanoHistoria • 1517 Establecido • 1872 DisueltoCorrespondencia actual Yemen Precedido por Sucedido por ← → → → → [editar datos en Wikidata] El…
أركا غدينيا تأسس عام 1929 البلد بولندا الدوري الدوري البولندي الدرجة الثانية [لغات أخرى]، والدوري البولندي الممتاز، والدوري البولندي الدرجة الثانية [لغات أخرى] الموقع الرسمي الموقع الرسمي تعديل مصدري - تعديل 54°29′35.29″N 18°31′52.37″E…
Механіка суцільних середовищ Закони класичної механікиЗакон збереження маси • Закон збереження імпульсу • Закон збереження енергії • Нерівність Клаузіуса Механіка ДТТТверде тіло: Напруження • Деформація • Теорія малих деформацій • Теорія великих деформацій • Теорі…
Movement opposing the use of nuclear power, weapons, and/or uranium mining A sign pointing to an old fallout shelter in New York City. Anti-nuclear movement By country Australia Austria Canada France Germany India Ireland Japan Kazakhstan New Zealand Philippines Poland Russia South Africa South Korea Spain Sweden Switzerland Taiwan Turkey United Kingdom United States Protests Lists Anti-nuclear advocates Anti-nuclear groups Protests by country vte The anti-nuclear movement in the United States c…
Traçado atual do circuito. O Circuito de Rua de Surfers Paradise é um circuito de rua localizado em Gold Coast, Queensland, Austrália, na famosa praia de Surfers Paradise. Traçado do circuito utilizado até 2010. A primeira corrida foi pela CART em 1991, a Gold Coast Indy 300, as corridas da categoria duraram até 2008, a Supercars Championship corre no circuito desde 1994 com a Gold Coast 600.[1] Até 2010 possuia um traçado com 4,48 km de extensão, atualmente o traçado foi diminuido par…
Parliamentary constituency in the United Kingdom Richmond ParkBorough constituencyfor the House of CommonsBoundary of Richmond Park in Greater LondonCountyGreater LondonElectorate77,071[1]Major settlementsRichmond and part of KingstonCurrent constituencyCreated1997Member of ParliamentSarah Olney (Liberal Democrats)SeatsOneCreated fromRichmond and Barnes and Kingston upon Thames Richmond Park is a constituency in Greater London represented in the House of Commons of the UK Parliament. Sin…
The Indices of Deprivation 2010 (ID 2010) is a deprivation index at the small area level, created by the British Department for Communities and Local Government (DCLG) and released on 24 March 2011. It follows the ID2007 and because much of the datasets are the same or similar between indices allows a comparison of relative deprivation of an area between the two indices.[1] While it is known as the ID2010, most of the data actually dates from 2008. Key results Jaywick, Essex has the high…
Cameroonian footballer (born 1992) Vincent Aboubakar Aboubakar with Beşiktaş in 2023Personal informationFull name Vincent Aboubakar[1]Date of birth (1992-01-22) 22 January 1992 (age 31)[2]Place of birth Garoua, Cameroon[3]Height 1.84 m (6 ft 0 in)[4]Position(s) StrikerTeam informationCurrent team BeşiktaşNumber 10Youth career2006–2008 Coton SportSenior career*Years Team Apps (Gls)2009–2010 Coton Sport 15 (19)2010–2013 Valenciennes 72 …
First Cambodia AirlinesFirst Cambodia Airlines logo IATA ICAO Callsign F6 FCC First Cambodia FoundedFebruary 2004Ceased operations2 August 2004Operating basesPhnom Penh International AirportFleet sizeSee Fleet belowDestinationsSee Services belowHeadquartersCambodia First Cambodia Airlines (SC: 柬埔寨第一航空) was a privately owned airline based in Cambodia. Because of financial problems, it ceased operations in 2004. Code data IATA Code: F6 ICAO Code: FCC Callsign: FIRST CAMBODIA History …
South-West Indian tropical cyclone in 2012–13 Intense Tropical Cyclone Bejisa Cyclone Bejisa shortly before peak intensity on 2 JanuaryMeteorological historyFormed27 December 2013Remnant low4 January 2014Extratropical6 January 2014Dissipated7 January 2014Intense tropical cyclone10-minute sustained (MFR)Highest winds175 km/h (110 mph)Highest gusts250 km/h (155 mph)Lowest pressure950 hPa (mbar); 28.05 inHgCategory 4-equivalent tropical cyclone1-minute sust…
Bruneian politician In this Malay name, there is no family name. The name Nordin is a patronymic, and the person should be referred to by the given name, Johar. The Arabic-derived word bin or binti/binte, if used, means 'son of' or 'daughter of', respectively. Yang Berhormat Dato PadukaJohar NordinDPMB2nd Minister of HealthIn office21 October 1986 – March 1998MonarchHassanal BolkiahPreceded byAbdul Aziz UmarSucceeded byAbu Bakar Apong Personal detailsBornJoharBrunei Town, BruneiAlma m…
Hammurabi ArmouredRepublican Guard DivisionHammurabi Division insigniaActiveMay 1986 – 2003Country IraqAllegiance Ba'athist IraqBranch Iraqi Republican GuardTypeArmoured DivisionRoleShock troopsSize≈10,000 (1991)EngagementsIran–Iraq War Second Battle of al-Faw Persian Gulf War Invasion of Kuwait Battle of Dasman Palace Battle of the Bridges Highway of Death Battle of Rumaila 1991 uprisings in Iraq Siege of Karbala 2003 Invasion of IraqCommandersLast CommanderNajim Abdallah Zahwen Al U…
Musical comedy by Ivan Caryll and H. J. W. Dam This article is about the musical comedy. For the painting, see The Shop Girl (Tissot). Souvenir - 1st anniversary of the opening The Shop Girl was an Edwardian musical comedy in two acts (described by the author as a musical farce) written by Henry J. W. Dam, with lyrics by Dam and Adrian Ross and music by Ivan Caryll, and additional numbers by Lionel Monckton and Ross. It premiered at the Gaiety Theatre in London in 1894 and ran for an extremely s…
Lokasi Pengunjung: 3.237.87.69