Lembaga Alkitab Indonesia![]()
Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) adalah lembaga kristiani nirlaba yang menerjemahkan, menerbitkan dan menyebarkan Alkitab dan bagian-bagiannya. Kehadiran LAI untuk membantu gereja-gereja, organisasi, dan umat kristiani dalam melaksanakan tugas persekutuan, kesaksian, dan pelayanan sehingga dapat berinteraksi dengan Firman Tuhan. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) adalah anggota dari Persekutuan Lembaga-lembaga Alkitab Sedunia (United Bible Societies), sebuah organisasi yang menaungi ratusan Lembaga Alkitab nasional yang giat mengerjakan penerjemahan, produksi dan penyebaran Alkitab di seluruh dunia. LAI memiliki visi: “Firman Allah Menjangkau Semua Generasi”, yang diterjemahkan ke dalam misi: "Menerjemahkan, Menerbitkan dan Menghadirkan Firman Allah dalam Kemitraan dengan Semua.” Organ Yayasan LAI Periode 2024-2029Pembina Pdt. Dr. Andreas Anangguru Yewangoe (Ketua) Pdt. Dr. Ir. Bambang H. Widjaja, M. A Pdt. Dr. Margaretha M. Hendriks Ririmase Pdt. Dr. Solfianus Reimas Dorothea E. Samola, S.H., M. Kn. Pdt. Soehandoko Wirhaspati, M. A. RD. Dr. Yohanes Subagyo, Pr. Pdt. Prof. Joas Adiprasetya, Th.D. Pdt. Gomar Gultom, M.Th. Prof. Dr. Frieda Maryam Mangunsong, M. Ed., Psi. Harsiatmo Duta Pranowo, M.B.A. Ir. Jasin Tedjasukmana, IAI Pengawas dr. Irene Setiadi (Ketua) Pdt. Paulus Wiyono, S.Th. A. Moenir Rony, S.E. Grace Pong Samma, S.E. Pengurus Ketua Umum: Pdt. Dr. Henriette T. Hutabarat Lebang, M.A. Ketua-ketua: Pdt. dr. Josaphat S. Mesach, M.Th. Pdt. Yohanes Adrie Hartopo, Ph.D. Helena Gunawan Andreas Setiawan Santoso, S.T., M.Ak. Dr. Ir. Asto Sunu Subroto, M.M. Sekretaris Umum (General Secretary) Bendahara Umum (General Treasurer) Drs. Bardiyono Wiyatmojo, M.M., M.B.A SejarahSebelum LAI berdiriJauh sebelum LAI lahir, pada permulaan abad ke-17, seorang pedagang VOC, yaitu Albert Cornelisz Ruyl yang atas biaya sendiri telah menerjemahkan dan menerbitkan bagian Alkitab (Injil Matius dan Markus) ke dalam bahasa Melayu pada tahun 1612.[1] Karya Ruyl dianggap sebagai terjemahan bagian Alkitab yang pertama dalam bahasa-bahasa non-Eropa. Pada 4 Juni 1814 telah didirikan suatu Lembaga Alkitab di Batavia (sekarang Jakarta) di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang berasal dari Inggris yaitu Sir Thomas Stamford Raffles. Lembaga Alkitab ini merupakan cabang pembantu dari Lembaga Alkitab Inggris dan dinamakan Lembaga Alkitab Jawa (Java Auxiliary Bible Society). Ketika penjajahan Inggris di Jawa digantikan pendudukan Belanda pada tahun 1816, Lembaga Alkitab ini diganti namanya menjadi Lembaga Alkitab Hindia Belanda (Nederlands Oost-Indisch Bijbelgenootschap) atau dikenal dengan sebutan Lembaga Alkitab Batavia (Bataviaas Bijbelgenootschap). Berdirinya LAITak lama sesudah dunia internasional mengakui kedaulatan Indonesia sebagai negara merdeka, beberapa tokoh kristiani di negeri ini merintis berdirinya Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Usaha yang dimulai sejak tahun 1950 tersebut didorong oleh keinginan untuk sepenuhnya mandiri dalam pengadaan dan penyebaran Alkitab di Indonesia. Namun cikal-bakal LAI tidaklah muncul dengan tiba-tiba. Rintisannya telah dimulai, bahkan sebelum era kemerdekaan. Sebelum tahun 1937, penyebaran Alkitab di Nusantara dilayani oleh Lembaga Alkitab Belanda (Netherlands Bijbelgenootschap) dan Lembaga Alkitab Inggris (British and Foreign Bible Society) melalui perwakilan masing-masing. Keduanya kemudian bekerja sama pada 1 Januari 1938 dengan mendirikan Balai Alkitab (Bijbelhuis) di Bandung, di bawah pimpinan C. P. Cohen Stuart. Ketika pengaruh Perang Dunia II sampai ke Indonesia dan Jepang mengambil alih kekuasaan, C.P. Cohen Stuart masuk tahanan interniran Jepang. Pelayanan selanjutnya diserahkan ke tangan orang Indonesia, Wim G.P. Khouw, seorang Sarjana Hukum, pada 11 November 1940. Khouw sendiri merupakan menantu dari Cohen Stuart. Pada 1950, Balai Alkitab dipindahkan ke Jakarta. Saat itulah beberapa tokoh kristiani Indonesia berkumpul untuk merintis berdirinya sebuah Lembaga Alkitab yang mandiri. Secara resmi LAI berdiri pada 9 Februari 1954, dengan Akta Notaris Elisa Pondaag bernomor 101. Sebelumnya, pada 1952, LAI sudah diterima sebagai anggota madia (associate member) dari Persekutuan Lembaga-lembaga Alkitab Sedunia (United Bible Societies) pada persidangannya di Ootacamund, India dan diterima menjadi anggota penuh (full member) pada persidangan Persekutuan Lembaga-lembaga Alkitab Sedunia di Eastbourne, Inggris pada bulan April 1954. Ketua LAI yang pertama adalah Dr. Todung Sutan Gunung Mulia. Selain merintis berdirinya LAI, beliau juga Ketua Umum Dewan Gereja Indonesia (sekarang PGI) yang pertama, dan pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan di era setelah kemerdekaan. Namanya kini diabadikan sebagai nama penerbit Kristen nasional, BPK Gunung Mulia. Setelah Gunung Mulia, yang menjabat sebagai Ketua Umum LAI berturut-turut adalah Pdt. W.J. Rumambi, Pdt. Prof Dr. P.D. Latuihamallo, Pdt. Prof. Dr. Liem Khiem Yang, Pdt. Dr. Ishak P. Lambe, dan Pdt. Dr. Henriette T. Hutabarat-Lebang, M.A. Dalam menjalankan kegiatan pelayanan sehari-hari, Sekretaris Umum LAI menjabat sebagai pimpinan LAI mewakili Badan Pengurus Yayasan. Yang menjabat sebagai Sekretaris Umum LAI pertama adalah G.P. Khouw, S.H., yang telah melayani penyebaran Alkitab di Nusantara sejak sebelum era kemerdekaan. Setelah G.P. Khouw, yang menjabat Sekretaris Umum adalah Ph. J. Sigar S.H., Pdt. W.J. Rumambi, Pdt Chr. A. Kiting, Drs. Supardan M.A., Harsiatmo Duta Pranowo, M.B.A., dan sekarang dijabat oleh Dr. Sigit Triyono. Penerjemahan AlkitabPekerjaan penerjemahan Alkitab di Indonesia sudah berlangsung sejak abad ke-17, ketika seorang pedagang bernama Albert C. Ruyl menerjemahkan Injil Matius ke dalam Bahasa Melayu, dan terbit pada 1629. Sejak saat itu penerjemahan Alkitab terus bergulir, sampai dengan LAI berdiri pada 1954. Per November 2024, LAI telah menerbitkan:
Dalam menjalankan mandat penerjemahan, LAI tidak pernah bekerja sendiri tetap selalu bekerja sama dengan mitra-mitranya yaitu gereja dan lembaga/ organisasi Kristiani. Para mitra inilah yang menginformasikan kebutuhan di lapangan akan teks Kitab Suci dalam bahasa daerah tertentu, informasi tersebut akan dipelajari oleh LAI sebelum akhirnya diambil keputusan untuk memulai pekerjaan penerjemahan. Untuk menjamin kualitas terjemahan, LAI mempercayakan pengelolaan pekerjaan ini kepada Pembina/Konsultan Penerjemahan atau Translation Officer. Secara berkala, mereka mengikuti seminar dan lokakarya seputar perkembangan dunia biblika, ilmu bahasa, dan ilmu penerjemahan, pada aras nasional melalui Ikatan Sarjana Biblika Indonesia maupun aras internasional melalui Translation Coordinator United Bible Societies (UBS).[2] Dalam menerjemahkan, ada dua sikap setia yang dipegang teguh oleh LAI, yaitu pertama, setia terhadap makna teks Alkitab dalam bahasa sumbernya (Ibrani, Aram, dan Yunani), dan kedua, setia terhadap kewajaran hasil terjemahannya dalam bahasa penerima. LAI merupakan salah satu dari beberapa lembaga Alkitab di dunia yang memiliki percetakan sendiri. Berdasarkan buku 60 tahun Perjalanan LAI, Injil Adalah Kekuatan Allah Yang Menyelamatkan, pada awal tahun 1960-an Presiden Soekarno melarang impor buku-buku berbahasa Indonesia. Dengan begitu Alkitab yang selama itu didatangkan dari Belanda, Inggris maupun Jepang tidak dapat lagi masuk ke Indonesia. Maka Badan Pengurus LAI, memutuskan untuk membangun sebuah percetakan sendiri. Dengan dukungan dana dari pemerintah, umat kristiani Indonesia dan United Bible Societies (UBS), LAI membangun percetakan khusus untuk Alkitab di Ciluar, Bogor, Jawa Barat.[1] Percetakan tersebut diresmikan pada 9 Februari 1966. Pengguntingan pita dilakukan oleh Ny. Hartini Soekarno, sementara yang menyampaikan pidato peresmian adalah Wakil Perdana Menteri J. Leimena. Tiga puluh tahun kemudian, tepatnya 4 Oktober 1995, Percetakan LAI pindah ke lokasi baru dengan kapasitas yang lebih besar. Kalau sebelumnya produksi Alkitab dan Testamen berkisar 700 ribuan eksemplar per tahun, kapasitas Percetakan LAI yang sekarang bisa mencapai dua juta eksemplar Alkitab per tahun. Menurut data dari LAI, sejak 1967 hingga 2013 mereka telah menerbitkan dan menyebarkan tidak kurang dari 465.914.261 eksemplar Alkitab (termasuk porsi Alkitab).[3][4] Proses penerbitan Alkitab maupun buku-buku terbitan LAI lainnya dimulai dengan penyuntingan naskah, yang dilanjutkan dengan tata letak, desain, imposisi, film/plat, cetak, dan jilid. Dalam proses penyuntingan, teks terjemahan akan diperiksa lagi kelengkapan dan konsistensi isinya, termasuk ejaan dan tanda baca dengan mengacu pada pedoman Ejaan yang Disempurnakan dan kaidah bahasa. Setelah teks diyakini baik dan bersih, proses kemudian dilanjutkan dengan menyiapkan tampilan Alkitab (tata letak/desain) yang mudah dibaca dan indah dilihat, sesuai dengan sasaran penerima. Dan setelahnya masuk proses cetak. Percetakan LAI dalam menjalankan proses produksinya didukung oleh mesin – mesin modern untuk terus berkarya memenuhi kebutuhan Alkitab dan bagian-bagiannya, bukan saja untuk umat kristiani dan gereja-gereja di Indonesia, tetapi juga mencetak untuk lembaga-lembaga Alkitab tetangga, seperti Alkitab Hindi, Alkitab Malaysia, Alkitab dalam Bahasa Hakha untuk LA Myanmar, Alkitab Fiji, dan Perjanjian Baru Aborigin untuk LA Australia. Untuk menjaga mutu, percetakan LAI telah mendapatkan sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2015. Percetakan LAI juga memiliki kemampuan yang cukup membanggakan, yaitu mampu mencetak Alkitab 4 warna dengan bible paper. Sejauh ini kemampuan LAI dalam proses penerjemahan sampai penyiapan teks siap terbit cukup diakui oleh sesama lembaga Alkitab yang tergabung dalam United Bible Societies. Selain mencetak Alkitab untuk kebutuhan umat Kristiani di Indonesia, LAI juga mencetak dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan pra cetak (pengetikan, typesetting, desain Selain mengerjakan typesetting Alkitab dan bagian-bagiannya untuk keperluan internal LAI, unit Pre-Press Production Center LAI juga melakukan pekerjaan typesetting untuk lembaga kristiani/gereja-gereja di Indonesia, dan sesama Lembaga Alkitab di mancanegara. Beberapa Lembaga Alkitab yang menjalin kerja sama dengan LAI dalam tata letak maupun pencetakan terbitan, antara lain: British & Foreign Bible Society (BFBS), UBS for Africa Region, Bible Society in Australia, New Zealand Bible Society, Bible Society of Malaysia, Bible Society of Singapore. Penyebaran AlkitabSejak berdiri hingga 31 Desember akhir 2022, total penyebaran Alkitab dan bagian-bagiannya sebanyak: 69,782,545eks. dengan perincian: Alkitab(PL+PB): 33,234,775 eks, Testamen: 36,547,770 eks. Kegiatan Penyebaran Alkitab dan bagian-bagiannya (dalam hal ini produk cetak LAI), dilakukan melalui jalur distribusi yang didukung oleh Penyalur-penyalur Utama (Pertama) LAI,yaitu: PT BPK Gunung Mulia, Toko Buku Kalam Hidup, Toko Buku Imanuel, PT Gapura Mitra Sejati, PT Muliapurna Jayaterbit, dan Toko buku Gloria Batam. Selain Penyalur utama, LAI juga menggunakan jalur distribusi melalui: Bible House (Toko Buku) LAI, toko-toko buku, pesanan khusus, jalur-jalur misi yang didukung para mitra seperti gereja, lembaga-lembaga kristiani, dan individu-individu dan yang terakhir melalui penjualan online. Meningkatnya penggunaan Alkitab digital utamanya di daerah perkotaan dan kalangan muda mulai berdampak pada menurunnya penggunaan Alkitab cetak. Namun di sisi lain, juga membuka peluang baru bagi LAI untuk mengembangkan produk-produk digital baru untuk memenuhi kebutuhan umat. Pelibatan (Bible Engagement)Bible Engagement (pelibatan Alkitab), yaitu upaya menjadikan Alkitab sebagai pedoman hidup umat melalui berbagai program literasi (pemberantasan buta aksara), pendidikan, lokakarya dan pendampingan umat kristiani. LAI tidak hanya menyediakan dan menyebarkan Alkitab, tapi juga berkomitmen untuk membantu umat kristiani untuk bisa berinteraksi dan lebih memahami firman Tuhan. Dalam komitmen itulah, LAI menyelenggarakan sebuah program sosial, Pembaca Baru Alkitab (PBA LAI). Program ini diselenggarakan terutama di beberapa wilayah mayoritas Kristen yang angka buta huruf penduduknya cukup tinggi. Data Biro Pusat Statistik Indonesia menunjukkan bahwa tingkat buta huruf di beberapa wilayah di Indonesia masih cukup tinggi, dan untuk mengatasinya, sangat diperlukan dukungan banyak pihak. Program PBA merupakan kepedulian LAI untuk membantu umat kristiani membaca, karena mereka tidak dapat mengerti firman Tuhan bila tidak bisa membaca Alkitabnya. Dalam pelaksanaannya, LAI bekerja sama dengan gereja-gereja dan pemerintah daerah setempat, antara lain dalam melakukan pendataan penduduk buta huruf, dan pengadaan tenaga pengajar. Seminar, Bedah Buku dan Kuliah Umum Masih dalam komitmennya untuk membantu umat kristiani dalam pembelajaran firman Tuhan, LAI menyelenggarakan program Seminar, Bedah Buku, Kuliah Umum, Kuliah Penerjemahan Alkitab. Seminar dan Bedah Buku. Setiap tahun LAI menyelenggarakan seminar Alkitab/Biblika di kota-kota di tanah air dengan mengambil tema yang sedang dibutuhkan atau tema aktual, dan menyediakan pembicara yang berkompeten untuk itu. Program ini diadakan dalam kerjasama dengan gereja dan organisasi kristiani. Kuliah Umum dan Kuliah Penerjemahan Alkitab. Tingginya frekuensi penerimaan surat dari pembaca awam maupun teolog seputar teks dan penerjemahan Alkitab, membawa LAI untuk mendekati STT (Sekolah Tinggi Teologi). Tujuan Kuliah Penerjemahan adalah untuk membekali para mahasiswa teologi dengan pengetahuan tentang bagaimana pekerjaan penerjemahan Alkitab dilakukan, sedangkan Kuliah Umum diadakan untuk membantu STT-STT di daerah dalam mengikuti perkembangan/ isu-isu terbaru dalam dunia biblika umumnya, dan penerjemahan Alkitab khususnya. Melalui kegiatan ini diharapkan, Alkitab semakin dikenal dan dimengerti dan pada gilirannya bisa membantu pertumbuhan kehidupan beriman umat kristiani di Indonesia. Kontak e-mail: [email protected] Perpustakaan & Museum Biblika LAI Bagi umat kristiani yang memerlukan informasi dunia Biblika dan kealkitaban, LAI membuka Perpustakaan dan Museum Biblika. Perpustakaan Biblika LAI menyediakan koleksi buku-buku bidang ilmu biblika, teologi, linguistik dan penerjemahan Alkitab, cetak maupun elektronik. Juga menyediakan film dokumentasi dan rohani. Keanggotaan Perpustakaan terbuka untuk umum dengan iuran per tahun. Kontak e-mail: [email protected]. Museum LAI merupakan Museum Alkitab pertama di Indonesia, dengan koleksinya antara lain Alkitab-alkitab kuno dalam berbagai bahasa daerah di Indonesia, bahasa Melayu, serta dalam berbagai bahasa asing di dunia. Juga terdapat replika gulungan naskah Laut Mati, gambar serta informasi yang berkaitan dengan sejarah Alkitab, artefak yang berasal dari kebudayaan masyarakat Israel, dan beragam lagi benda-benda yang berhubungan dengan Kitab Suci. Kedua program ini adalah kegiatan yang bertujuan membawa “Alkitab dan Lembaga Alkitab Indonesia” semakin dekat dengan umat yang membaca Alkitab. Dalam program ini, peserta diajak mengenal proses penerjemahan, pencetakan, dan penerbitan Alkitab melalui presentasi atau cerita dengan bantuan gambar, permainan, kuis, tour ke Museum Alkitab dan kunjungan langsung ke Percetakan LAI. Paket Wisata Alkitab terbuka bagi semua kelompok umur, dan diselenggarakan pada hari kerja. Paket Liburan Alkitab diselenggarakan hanya pada bulan Juni - Juli, untuk mengisi liburan sekolah anak dan remaja. Kegiatan Paket Wisata dan Liburan Alkitab dirancang untuk rombongan/kelompok 20 - 100 orang per group, tanpa biaya. Melalui kedua paket ini diharapkan Alkitab dan LAI semakin dikenal dan menjadi bagian dari kehidupan umat kristiani di Indonesia. Kemitraan LAI dengan para pemangku kepentingannya didasari panggilan agar Kitab Suci dapat diakses dan mudah tersedia untuk semua orang, dalam bahasa yang mereka mengerti dan dalam media pilihan mereka. Alkitab untuk semua, yang artinya LAI berusaha agar Kitab Suci mudah diakses dan dijangkau semua orang. Mengapa LAI harus bermitra?
Kemitraan LAI dengan Gereja dan Pemerintah Dalam melaksanakan tugas persekutuan, kesaksian dan pelayanannya melalui penerjemahan, penerbitan dan penyebaran Alkitab dan bagian-bagiannya, LAI bekerja sama dengan gereja-gereja di Indonesia didorong semangat saling percaya dan saling memberdayakan dalam semua aspek pelayanan lembaga Alkitab. Dalam semangat ini LAI melayani dan mendapatkan pengakuan semua gereja di Indonesia. Kerja sama tersebut dinyatakan dalam penandatangan Kesepakatan Kerja Sama (MoU) antara LAI dengan sinode-sinode gereja di tanah air. Sampai 31 Maret 2018, LAI telah melakukan 31 penandatangan MoU dengan berbagai sinode gereja di Indonesia. Dalam posisinya sebagai badan logistik gereja, LAI menghargai peran gereja sebagai agen utama misi Tuhan di dunia. Ke depan LAI terus berusaha membangun hubungan baru dan kemitraan dengan gereja-gereja yang pada masa sebelumnya tidak sepenuhnya terlibat dalam karya pelayanan Lembaga Alkitab. Tidak hanya dengan gereja, LAI juga menjalin dan terus mengusahakan kemitraan dengan pemerintah. Salah satu butir Deklarasi Komitmen Kemitraan dalam Konferensi Nasional LAI dengan mitra mengamanatkan agar: pemerintah meningkatkan perhatian dan dukungannya pada pengadaan dan penyebaran Alkitab dan pemberantasan buta aksara untuk meningkatkan kecerdasan spiritual bangsa. Kemitraan ini telah mulai terwujud dalam pengakuan dari pemerintah kepada LAI sebagai lembaga yang berfungsi menyediakan Alkitab dan bagian-bagiannya, baik cetak maupun non cetak dalam berbagai Bahasa di Indonesia. Selain itu dalam program Pembaca Baru Alkitab (pemberantasan buta huruf berbasis Alkitab), LAI terus bermitra dengan pemerintah daerah setempat dalam penyelenggaraan program tersebut. Kemitraan Penggalangan Dukungan Dalam menjabarkan misi berikutnya, "mengupayakan agar umat Allah dapat membaca dan mendengar Firman Allah, serta mengenal dan hidup di dalam Yesus Kristus yang menjadi Pokok Pemberitaan Kabar Baik", sering kali LAI menerima permohonan bantuan Alkitab dari daerah-daerah terpencil dan tertinggal di Indonesia. Kebutuhan Firman Tuhan begitu besar, namun daya beli warga masyarakat umumnya sangat rendah tidak memungkinkan mereka untuk bisa membeli Alkitab. Dari tahun ke tahun, permintaan seperti ini semakin banyak diterima LAI. Untuk membantu pengadaan Alkitab bagi mereka, LAI menyelenggarakan berbagai program dan kegiatan kemitraan penggalangan dukungan dengan umat Tuhan di Nusantara, antara lain melalui: Program Sahabat Alkitab (SA), yaitu program yang menjangkau pribadi-pribadi yang tergerak dan menyatakan kesediaannya untuk membantu LAI menjalankan visi dan misinya. Seorang Sahabat Alkitab LAI akan mempunyai peran:
Program Satu Dalam Kasih (SDK) Program SDK, yaitu program yang menjembatani kebutuhan Alkitab di daerah-daerah terpencil yang karena kondisi geografis, ekonomi dan sosial tidak mampu membeli dan memiliki Alkitab. Satu Dalam Kasih dilaksanakan setiap tahun dengan mempertimbangkan daerah yang benar-benar membutuhkan Alkitab berdasarkan surat-surat permohonan yang diterima LAI. Seseorang dapat memberikan dukungan dengan menentukan jumlah Alkitab yang akan disumbangnya. Tahun ini (2025) LAI berencana membagikan Alkitab dan bagian-bagiannya sebanyak 155.000 Alkitab dan bagian-bagiannya sebanyak 155.000 orang. Program Tangan-Tangan Yang Menopang (TTYM) Program TTYM adalah kegiatan khusus yang diselenggarakan LAI dan para mitra untuk mengupayakan pengadaan biaya penerjemahan dan/atau pencetakan perdana Alkitab dalam bahasa daerah. Penerjemahan Alkitab yang membutuhkan waktu panjang, memerlukan dana yang tidak sedikit. Begitu juga dengan pencetakan perdana Alkitab dalam bahasa daerah. Sehubungan dengan itu, dukungan dari masyarakat kristiani yang lebih kuat, sangat dibutuhkan. Program Bulan Doa Alkitab, mengajak gereja-gereja dan umat kristiani untuk mengucap syukur atas tersedianya Alkitab dan bagian-bagiannya di bumi nusantara melalui ibadah syukur pada bulan Sptember setiap tahunnya. Dalam ibadah syukur ini gereja-gereja dan umat kristiani diajak untuk memberikan persembahan syukur untuk mendukung biaya penerjemahan Alkitab dalam bahasa daerah. Program Tabungan Anak Sekolah Minggu Program Tabungan Anak Sekolah Minggu, yaitu program bagi anak-anak Sekolah Minggu untuk memberi tabungan ”Alkitab bagi Temanku” sepanjang bulan September. Dalam melaksanakan penggalangan dukungan, LAI didukung oleh umat kristiani yang memberi diri sebagai tenaga volunteer untuk menjadi Koordinator Sahabat Alkitab, Koordinator Satu Dalam Kasih, anggota Kelompok Kerja Penggalangan Dukungan (KKPD), Kelompok Kerja Pemuda (KKP) atau Milenial Bible Community, Kelompok Kerja Pembina Anak (KKPA) dan Komunitas Eldove. Hingga akhir tahun 2017 telah terbentuk Mitra-mitra LAI, yaitu 9 KKPD, 3 KKPA, 1 Komunitas Eldove, 62 Koordinator Satu Dalam Kasih, 18 Koordinator Sahabat Alkitab dan 758 anggota SA dari berbagai kota-kota besar di Indonesia. Yang dimaksud dengan perwakilan adalah perpanjangan fungsi LAI dalam melaksankan visi dan misinya di daerah (wilayah pelayanan perwakilan masing-masing). Perwakilan LAI dipimpin oleh seorang Kepala Perwakilan yang bertanggung jawab langsung kepada Sekretaris Umum LAI. Tanggung jawabnya tidak hanya pada distribusi Alkitab dan membuka saluran-saluran distribusi baru, tetapi juga memliki tugas penting lain, antara lain: memperkenalkan LAI kepada gereja-gereja, lembaga, pemerintah dan umat Tuhan di wilayah pelayanannya, dan mencari dukungan gereja/ lembaga/ pemerintah/ perorangan. LAI memiliki lima kantor perwakilan, yaitu: Perwakilan Medan,Perwakilan Surabaya, Perwakilan Manado, Perwakilan Makassar, dan Perwakilan Jayapura. Alamat dan Nomor RekeningKantor Pusat Lembaga Alkitab Indonesia Jl. Salemba Raya No. 12, Jakarta 10430 Telp. (+62) (021) 3142890; Whatsapp: (+62) 811 1925 400[5] Email: [email protected] ; Website: www. alkitab.or.id Rekening (Bank Account) BRI Cab. Kramat Raya, No. Rek. 033501000281304 BCA Matraman, No. Rek. 3423016261 Bank Mandiri Cab. Gambir, No. Rek. 1190080000126 Bank BNI Cab. Kramat Raya, No. Rek. 0010534054 BCA (USD), No. Rek. 3429556555, Identifier Code: CENAIDJA Instagram : lembagaalkitabindonesia Youtube : Lembaga Alkitab Indonesia Facebook : Indonesian Bible Society Twitter : @Lembaga Alkitab Lihat pulaReferensi
Pustaka
Pranala luar |