Kereta api Pandanaran merupakan layanan kereta api yang pernah dioperasikan oleh PT Kereta Api di Jawa untuk melayani relasi Semarang Tawang–Solo Balapan melalui Gundih.
Layanan Pandanwangi dimaksudkan untuk mengurangi tekanan transportasi jalan raya antara Solo dan Semarang. Rangkaiannya terdiri dari tiga unit KRD yang dimiliki oleh PT KAI Daerah Operasi IV Semarang. Rute ini melayani perjalanan dua kali sehari, berangkat dari Stasiun Solo Balapan, ke arah utara melalui Gundih, Kedungjati, dan Brumbung hingga mencapai Stasiun Semarang Tawang. Waktu tempuh rata-rata adalah 2,5 jam, sama dengan waktu tempuh bus AKAP Semarang–Solo (Terminal Tirtonadi) pada waktu itu.
Walaupun dimaksudkan untuk mempercepat perjalanan antara Semarang dan Solo, trayek ini masih dibatasi oleh kondisi rel di daerah antara Gundih dan Gemolong yang masih di bawah standar rata-rata rel kereta api di Jawa, sehingga kereta api harus berjalan lambat. KRD yang sudah tua juga membuat terkadang bermasalah pada mesinnya, sehingga terkadang ditarik lokomotif, biasanya seri BB200.
Sejarah
Kereta ini muncul pada tahun 1970 yang awalnya merupakan kereta api unggulan lalu menjadi kereta api kelas campuran.
Awalnya, kereta ini mempunyai rute Semarang-Yogyakarta. Namun, kereta ini diperpendeki menjadi Semarang-Solo.
Memasuki 1980an, KA Pandanaran turun kelas menjadi kelas 3 saja. Pada 1990an, penurunan kelas ini semakin parah karena KA Pandanaran ditambah gerbong barang dan petikemas dan menjadi kelas campuran, walaupun dikembailkan menjadi kelas 3. KA Pandanaran sempat di diperpanjang ke Pekalongan.
Kereta api Pandawangi terakhir beroperasi tanggal 24 Oktober 2011 dikarena PT Kereta Api Indonesia sering mengalami kerugian dan setelah adanya Jalan tol yang menghubungkan Kota Semarang dengan Kota Solo dan kalah bersaing dengan mobil pribadi dan angkutan umum. Kini, kereta api yang melayani relasi Semarang–Solo adalah kereta api Banyubiru dan kereta api Joglosemarkerto. Berbeda dengan kereta api Pandanwangi, kereta ini hanya berhenti di stasiun besar.
Insiden
Pada 17 Juni 1973, pukul 19:50, KA Pandanaran 75 yang dihela lokomotif BB200 35 ditabrak KA Barang 2620 yang dihela lokomotif CC200 01. Tabrakan terjadi di jalur satu Stasiun Telawa, Boyolali. Awalnya, KA 75 direncanakan untuk bersilang dengan KA 2620. Namun, saat KA 75 belum sempurna memasuki jalur satu, tiba-tiba KA 2620 menabrak KA 75 dari depan. Tabrakan diakibatkan oleh matinya mesia CC 200 01, yang diikuti dengan kosongnya tangki udara, yang membuat masinis KA 2620 tidak bisa mengerem atau memberi semboyan ikat rem keras untuk PLRM (Pelayan Rem) maupun memberikan semboyan bahaya. Akibatnya, KA 2620 terus melaju tak terkendali di jalur yang menurun, menerobos sinyal masuk yang menunjukan aspek tidak aman dan menabrak KA 75 yang sedang memasuki jalur satu. Akibat kejadian ini, 11 orang meninggal dunia. BB 200 35 dan CC 200 01 rusak berat, dan akhirnya diafkirkan dan dirucat.[butuh rujukan]
Pranala luar
|
---|
- Hanya berisi layanan kereta api yang dioperasikan oleh induk perusahaan. Untuk layanan yang dioperasikan oleh anak perusahaan, lihat Templat:KAI Commuter untuk layanan KAI Commuter, Templat:KAI Bandara untuk layanan KAI Bandara dan Templat:KCIC untuk layanan KCIC/Whoosh
|
Kereta api antarkota |
---|
Eksekutif | |
---|
Campuran | Eksekutif dan Bisnis | |
---|
Eksekutif dan Premium | |
---|
Eksekutif dan Ekonomi | |
---|
|
---|
Premium | |
---|
Ekonomi | Susunan kursi 2–2 | |
---|
Susunan kursi 3–2 | |
---|
|
---|
| |
Kereta api lokal |
---|
Ekonomi lokal | |
---|
KRD | |
---|
Perintis dan bus rel | |
---|
LRT | |
---|
KA bandara dan feeder KAI | |
---|
|
Layanan lain dan topik terkait |
---|
Kereta wisata | |
---|
Rencana beroperasi | |
---|
Pengganti KA |
- Purwokerto–Purbalingga–Wonosobo pp (angkutan terusan)
- Semarang–Demak–Kudus-Pati pp (angkutan terusan)
|
---|
Topik terkait | |
---|
|
|
- Tebal pada kelas ekonomi: tidak disubsidi.
- Miring: KA tambahan/fakultatif.
- Garis bawah: KA aglomerasi.
|