Stasiun Kedungjati

Stasiun Kedungjati
Kereta Api Indonesia
JS25

Stasiun Kedungjati, 2019
Lokasi
Koordinat7°9′42″S 110°38′16″E / 7.16167°S 110.63778°E / -7.16167; 110.63778
Ketinggian+36 m
Operator
Letak
Jumlah peron4 (satu peron sisi dan tiga peron pulau yang agak tinggi). Stasiun ini merupakan stasiun pulau.
Jumlah jalur3 (jalur 2: sepur lurus)
LayananJoglosemarkerto
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
KlasifikasiIII/kecil[2]
Sejarah
Dibuka19 Juli 1868
Nama sebelumnyaStation Kedoeng-Djattie
Operasi layanan
Stasiun sebelumnya Layanan aglomerasi Stasiun berikutnya
Brumbung
Berlawanan jarum jam
Joglosemarkerto
Lingkar Jawa Tengah
Telawa
Searah jarum jam
Fasilitas dan teknis
FasilitasParkir Cetak tiket mandiri Ruang/area tunggu Pemesanan langsung di loket Pusat informasi Toilet VIP Area merokok 
Jenis persinyalanMekanik tipe Siemens & Halske semiotomatis
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Stasiun Kedungjati (KEJ) merupakan stasiun kereta api kelas III/kecil yang terletak di Kedungjati, Kedungjati, Grobogan. Stasiun yang terletak pada ketinggian +36 meter ini termasuk dalam Daerah Operasi IV Semarang.

Sejarah

Stasiun Kedungjati
Bangunan generasi pertama Stasiun Kedungjati yang dindingnya masih terbuat dari kayu
Bangunan generasi pertama sebelum 1907
Bangunan generasi kedua Stasiun Kedungjati yang dinaungi atap stasiun berukuran besar
Bangunan generasi kedua setelah 1907

Stasiun Kedungjati selesai dibangun pada 1867 sebagai bagian dari seksi pertama dari jalur kereta api Samarang–Vorstenlanden. Meski segmen Samarang–Tangoeng (Tanggung) sudah dibuka 10 Agustus 1867, stasiun ini belum kunjung dioperasikan, karena sering terjadi insiden longsor di area proyek Tanggung–Kedungjati. Bangunan stasiun, depo kereta, dan depo lokomotif, serta menara air, rampung pada tahun tersebut. Stasiun itu juga diperlengkapi pemutar rel dan dua corong air.[3] Bahkan, agar proyeknya cepat rampung, Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) terus membujuk para pekerja pribumi untuk berpartisipasi dalam proyek hingga selesai. Sejumlah keberatan pun muncul: tanah yang digunakan untuk membangun jalur ini justru berkualitas buruk dan labil. Upaya perbaikan masih terus dilakukan meski gagal berkali-kali karena curah hujan di wilayah Grobogan selatan masih tinggi selama tahun 1867–1868.[4] Pada tanggal 19 Juli 1868, Stasiun Kedungjati akhirnya dibuka dan segmen seksi pertama ini rampung seluruhnya,[5] dan sehari sesudahnya, jalur ini diresmikan melalui perayaan yang cukup meriah dan dihadiri 280 warga lokal di Semarang. Dari Stasiun Kedungjati, jalur bercabang dua, yakni satu ke Stasiun Willem I (Ambarawa) dan satunya lagi menuju Solo.[6] Jalur seksi kedua menuju Solo ini rampung pada 10 Februari 1870[7], dan diresmikan penuh pada delapan hari berikutnya (18 Februari).[8][9]

Saat ini arsitektur stasiun ini serupa dengan Stasiun Ambarawa di Ambarawa, bahkan dahulu beroperasi jalur kereta api dari Kedungjati ke Stasiun Ambarawa, yang sudah tidak beroperasi sejak tahun 1976. Pada tahun 1907, Stasiun Kedungjati yang tadinya dibangun dari kayu diubah ke bata berplester. Seperti Stasiun Ambarawa dan Purwosari, stasiun ini dahulu adalah stasiun pulau.[10][11]

Bangunan dan tata letak

Ruang tunggu kelas 3 yang berada persis paling depan dari Stasiun Kedungjati, yang membedakannya dengan Stasiun Ambarawa

Stasiun ini memiliki tiga jalur kereta api aktif dengan jalur 2 merupakan sepur lurus. Dua jalur di peron selatan memiliki percabangan ke Ambarawa, Magelang, hingga akhirnya ke Yogyakarta sebagai bagian dari reaktivasi jalur tersebut. Rel yang ada di jalur tersebut sudah sepenuhnya menggunakan bantalan beton. Sayangnya, jalur bagian selatan yang menuju Ambarawa sudah lama ditutup, tetapi PT KAI dan Direktorat Jenderal Perkeretaapian telah merencanakan bahwa jalur ini akan dihidupkan kembali dan saat ini proses reaktivasi jalur sedang dihentikan.

Sebagai stasiun besar pada era NIS—meski sekarang sudah menjadi stasiun kelas III—stasiun ini menyediakan fasilitas ruang VIP yang setara dan berkelas seperti halnya Ambarawa. Atap peron terbuat dari seng bergelombang yang cenderung landai menyesuaikan iklim tropis. Perbedaan yang mendasar dengan Stasiun Ambarawa adalah bentang atapnya yang sebesar 14,65 m. Tidak seperti Stasiun Ambarawa yang penempatan ruang tunggu kelas 3-nya berada di belakang stasiun, penempatan ruang tunggu kelas 3 Stasiun Kedungjati justru berada di depan pintu keberangkatan. Terdapat empat jam stasiun mekanik, dengan masing-masing dua buah di peron utara dan peron selatan. Selain itu, stasiun ini memiliki depo lokomotif dan pemutar rel, tetapi jejak-jejaknya sudah menghilang dan menyisakan fondasinya saja. Sementara itu, gudang yang berlokasi di depan stasiun masih ada.[10][12][13]

Layanan kereta api

Aglomerasi

Nama kereta api Kelas Relasi perjalanan Keterangan
Lingkar Jawa Tengah–Daerah Istimewa Yogyakarta
JS Joglosemarkerto Eksekutif-Ekonomi Solo Balapan Semarang Tawang Perjalanan berlawanan arah jarum jam mulai pagi hari via Semarang TawangTegalPurwokertoYogyakartaSolo Balapan hingga berakhir di Semarang Tawang pada petang hari.
Solo Balapan Perjalanan searah jarum jam mulai pagi hari via YogyakartaPurwokertoTegalSemarang Tawang hingga berakhir di Solo Balapan pada petang hari.
Purwokerto Perjalanan searah jarum jam mulai petang hari via Tegal dan Semarang Tawang hingga berakhir di Solo Balapan pada malam hari.

Referensi

  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ "Verslag van de werkzaamheden aan den spoorweg Samarang-Vorstenlanden, over de maand December 1867". Javasche Courant. 21 Februari 1868. 
  4. ^ Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (1869). Schetskaart van de spoorweg Samarang-Vorstenlanden door de Raad van Beheer der Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij aan de Heeren leden van de Staten-Generaal aangeboden. 
  5. ^ Vereniging voor de Statistiek in Nederland (1872). "de Indische Spoorweg 1867-71". Staatkundig en Staathuishoudkundig Jaarboekje voor 1872. Amsterdam: E.S. Witkamp. hlm. 337. 
  6. ^ "Samarang, 20 Julij". Bataviaasch Handelsblad. 25 Juli 1868. 
  7. ^ Reitsma, S.A. (1928). Korte Geschiedenis der Nederlandsch-Indische Spoor- en Tramwegen. Weltevreden: G. Kolff & Co. 
  8. ^ "Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij lijn Samarang-Vorstenlanden (Advertentie)". de Locomotief. 16 Februari 1870. 
  9. ^ Vereniging voor de Statistiek in Nederland (1872). "de Indische Spoorweg 1867-71". Staatkundig en Staathuishoudkundig Jaarboekje voor 1872. Amsterdam: E.S. Witkamp. hlm. 337. 
  10. ^ a b Dananjaya, Putu (20 Juni 2016). "Stasiun Ambarawa, Stasiun Militer Belanda". BPCB Jawa Tengah. Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud RI. Diakses tanggal 4 Agustus 2018. 
  11. ^ "Nieuw station te Ambarawa". de Locomotief. 6 April 1907. 
  12. ^ Jateng, BPCB (2016-06-20). "Stasiun Kedungjati". Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-06-20. 
  13. ^ Astuti, D (2017-10-24). "Gaya Arsitektur Stasiun Kedung Jati". Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-06-20. 

Pranala luar

(Indonesia) Situs resmi KAI dan jadwal kereta api

Stasiun sebelumnya Piktogram dari KA Jarak Jauh Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Tanggung
menuju Brumbung
Semarang–Vorstenlanden
Brumbung–Solo Balapan
Padas
Terminus Kedungjati–Secang Ngombak
menuju Secang

Informasi yang berkaitan dengan Stasiun Kedungjati