Stasiun Kedungjati
Stasiun Kedungjati (KEJ) merupakan stasiun kereta api kelas III/kecil yang terletak di Kedungjati, Kedungjati, Grobogan. Stasiun yang terletak pada ketinggian +36 meter ini termasuk dalam Daerah Operasi IV Semarang. SejarahStasiun Kedungjati Stasiun Kedungjati selesai dibangun pada 1867 sebagai bagian dari seksi pertama dari jalur kereta api Samarang–Vorstenlanden. Meski segmen Samarang–Tangoeng (Tanggung) sudah dibuka 10 Agustus 1867, stasiun ini belum kunjung dioperasikan, karena sering terjadi insiden longsor di area proyek Tanggung–Kedungjati. Bangunan stasiun, depo kereta, dan depo lokomotif, serta menara air, rampung pada tahun tersebut. Stasiun itu juga diperlengkapi pemutar rel dan dua corong air.[3] Bahkan, agar proyeknya cepat rampung, Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) terus membujuk para pekerja pribumi untuk berpartisipasi dalam proyek hingga selesai. Sejumlah keberatan pun muncul: tanah yang digunakan untuk membangun jalur ini justru berkualitas buruk dan labil. Upaya perbaikan masih terus dilakukan meski gagal berkali-kali karena curah hujan di wilayah Grobogan selatan masih tinggi selama tahun 1867–1868.[4] Pada tanggal 19 Juli 1868, Stasiun Kedungjati akhirnya dibuka dan segmen seksi pertama ini rampung seluruhnya,[5] dan sehari sesudahnya, jalur ini diresmikan melalui perayaan yang cukup meriah dan dihadiri 280 warga lokal di Semarang. Dari Stasiun Kedungjati, jalur bercabang dua, yakni satu ke Stasiun Willem I (Ambarawa) dan satunya lagi menuju Solo.[6] Jalur seksi kedua menuju Solo ini rampung pada 10 Februari 1870[7], dan diresmikan penuh pada delapan hari berikutnya (18 Februari).[8][9] Saat ini arsitektur stasiun ini serupa dengan Stasiun Ambarawa di Ambarawa, bahkan dahulu beroperasi jalur kereta api dari Kedungjati ke Stasiun Ambarawa, yang sudah tidak beroperasi sejak tahun 1976. Pada tahun 1907, Stasiun Kedungjati yang tadinya dibangun dari kayu diubah ke bata berplester. Seperti Stasiun Ambarawa dan Purwosari, stasiun ini dahulu adalah stasiun pulau.[10][11] Bangunan dan tata letakStasiun ini memiliki tiga jalur kereta api aktif dengan jalur 2 merupakan sepur lurus. Dua jalur di peron selatan memiliki percabangan ke Ambarawa, Magelang, hingga akhirnya ke Yogyakarta sebagai bagian dari reaktivasi jalur tersebut. Rel yang ada di jalur tersebut sudah sepenuhnya menggunakan bantalan beton. Sayangnya, jalur bagian selatan yang menuju Ambarawa sudah lama ditutup, tetapi PT KAI dan Direktorat Jenderal Perkeretaapian telah merencanakan bahwa jalur ini akan dihidupkan kembali dan saat ini proses reaktivasi jalur sedang dihentikan. Sebagai stasiun besar pada era NIS—meski sekarang sudah menjadi stasiun kelas III—stasiun ini menyediakan fasilitas ruang VIP yang setara dan berkelas seperti halnya Ambarawa. Atap peron terbuat dari seng bergelombang yang cenderung landai menyesuaikan iklim tropis. Perbedaan yang mendasar dengan Stasiun Ambarawa adalah bentang atapnya yang sebesar 14,65 m. Tidak seperti Stasiun Ambarawa yang penempatan ruang tunggu kelas 3-nya berada di belakang stasiun, penempatan ruang tunggu kelas 3 Stasiun Kedungjati justru berada di depan pintu keberangkatan. Terdapat empat jam stasiun mekanik, dengan masing-masing dua buah di peron utara dan peron selatan. Selain itu, stasiun ini memiliki depo lokomotif dan pemutar rel, tetapi jejak-jejaknya sudah menghilang dan menyisakan fondasinya saja. Sementara itu, gudang yang berlokasi di depan stasiun masih ada.[10][12][13] Layanan kereta apiAglomerasi
Referensi
Pranala luar(Indonesia) Situs resmi KAI dan jadwal kereta api Wikimedia Commons memiliki media mengenai Kedungjati Station.
Informasi yang berkaitan dengan Stasiun Kedungjati |