Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Kereta api Kuda Putih

KRD 300 Kuda Putih
KRD PNKA seri 300 (Kuda Putih), tanpa ornamen kuda di tutup semboyannya
Jenis bakal pelantingKereta rel diesel
BeroperasiTidak
ProdusenGlässing und Schollwer
Ferrostaal
Mulai beroperasi1963-1980
Jml. sudah diproduksi10
Formasi2 kereta per set
Kapasitas60 penumpang (50 duduk, 10 berdiri)
OperatorPerusahaan Negara Kereta Api,
Perusahaan Jawatan Kereta Api
Data teknis
Konstruksi bodiBaja nirkarat
Panjang kereta18.690 mm (736 in)
Lebar2.900 mm (110 in)
Tinggi3.550 mm (140 in)
Diameter roda784 mm (30,9 in)
Jarak gandar2.060 mm (81 in)
Kelajuan maksimum90 km/h (56 mph)
Berat32 t (31 ton panjang; 35 ton pendek)
MesinGM 8V71
Daya mesin215 hp (160 kW)
TransmisiVoith Diwabus U+S
Jari-jari lengkung terkecil80 m (260 ft)
AbarUdara tekan
Lebar sepur1.067 mm (3 ft 6 in)
Referensi/catatan kaki
Catatan kaki: [1]

KRD PNKA seri 300, umumnya dijuluki sebagai Kuda Putih, adalah kereta rel diesel yang pernah beroperasi di beberapa lintas di Jawa, Indonesia. KRD ini merupakan pendahulu kereta api Prambanan Ekspres. Kereta yang berjuluk Turangga Seta ini merupakan KRD yang pertama kalinya dioperasikan di Indonesia dan dioperasikan oleh Perusahaan Negara Kereta Api Inspeksi VI Yogyakarta. Nama "Kuda Putih" berasal dari gambar dua ekor kuda yang terdapat pada tutup semboyan berbentuk kupu-kupu di atas kaca kabin masinisnya.

Sejarah

Pengadaan

Kereta api ini diberi nomor seri 300 sebanyak sepuluh buah (dengan perincian 7 MBW 300 dan 3 MADW 300, kelak menjadi MCW 300 dan MCDW 300) dan diproduksi oleh pabrik di Jerman, yakni Glässing und Schollwer, yang merupakan subkontraktor dari Ferrostaal, pada tahun 1963. Setiap satu rangkaian hanya terdiri atas dua unit kereta yang semuanya berkabin masinis.[2]

KRD ini memiliki panjang 18.690 mm, berat 32 ton, daya mesin 215 hp, dan dapat melaju hingga 90 km/jam. KRD ini mempergunakan transmisi hidraulik Voith Diwabus U+S dan mesin GM 8V71.[3] Bodi kereta menggunakan bahan baja nirkarat. Bentuk KRD ini diyakini juga mirip dengan bus, oleh karena itu, KRD ini dapat disebut juga sebagai bus rel (rail bus). Motor diesel pada KRD ini terpasang di bawah lantai.[4]

Karier

Dalam buku Sejarah Perkeretaapian Indonesia jilid 2, disebutkan bahwa "dengan datangnya KRD baru" maka dijalankan kereta api kilat dan jam perjalanan luar biasa pada rute Jakarta–Bandung mulai tanggal 12 Juni 1965, tanpa menjelaskan bagaimana wujud atau seri KRD tersebut.[5] Kemungkinan besar, KRD yang dimaksud dalam buku tersebut adalah KRD Kuda Putih. KRD ini ditengarai hanya sebentar menikmati rute tersebut, sebelum akhirnya berubah menjadi KRD Yogyakarta–Solo.[4]

Kuda Putih mangkrak di Depo Solo Balapan.

Semenjak saat itu, Kuda Putih menjadi primadona bagi masyarakat yang bolak-balik di rute Yogyakarta–Solo.[4] Kuda Putih terus dikembangkan tak hanya melayani rute tersebut, bahkan operasi kereta api ini juga diperpanjang sampai Kutoarjo, bahkan Purwokerto. Rata-rata yang menggunakan KA Kuda Putih adalah para pelajar dan pedagang yang hendak melaju menuju Yogyakarta.[6]

Pada dekade 1970-an, sejumlah unit KRD ini mulai rusak karena tidak ada suku cadang. Bahkan, agar tetap bisa melayani penumpang komuter yang pada masa itu terus bertambah, KRD ini ditarik lokomotif diesel.[4] Di tahun 1980, Kuda Putih berjalan secara rutin di Kutoarjo–Yogyakarta–Solo Jebres.[7] Kemudian pada tahun 1982, Kuda Putih dijalankan di rute Semarang Tawang–Telawa pp.[8] Akhirnya, KRD MCDW 300 berhenti beroperasi sejak sekitar akhir 1980-an, dan perannya digantikan oleh KRD MCW 302. Sejak saat itu, KRD ini banyak yang dirucat dan disisakan satu unit di Depo Solo Balapan.[4]

Pelestarian

Pada tanggal 30 November 2011, Unit Pusat Pelestarian dan Benda Bersejarah PT Kereta Api Indonesia memindahkan satu unit KRD Kuda Putih yang tersisa ke Stasiun Lempuyangan untuk dijadikan sebagai monumen. Pada hari Kamis, 8 Desember 2011, KRD ini dipindahkan dari Depo Solo Balapan ke Stasiun Lempuyangan dengan menggunakan kereta api luar biasa (KLB). Untuk melaksanakan proses unspoor di Stasiun Lempuyangan, digunaka kereta derek Kirow. KRD ini dijadikan sebagai kereta pustaka sekaligus monumen.[9]

Referensi

  1. ^ Hartono A.S. 2012, hlm. 203.
  2. ^ Hartono A.S. 2012, hlm. 186.
  3. ^ Hartono A.S. 2012, hlm. 201.
  4. ^ a b c d e "KRD MCDW 300". Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur, PT KAI. Diakses tanggal 2025-05-28.
  5. ^ Tim Telaga Bakti Nusantara & Asosiasi Perkeretaapian Indonesia 1997, hlm. 413.
  6. ^ "Kereta api Kuda Putih". Berita Yudha. 12 September 1979.
  7. ^ "Perjalanan Kereta Api". Kedaulatan Rakyat. 2 Agustus 1980.
  8. ^ Anthony, E. (19 November 1982). "Kereta Api Tua, Angkutan Paling Top". Suara Karya.
  9. ^ "Restorasi KRD MCDW 300". Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur PT KAI. Diarsipkan dari asli tanggal 2015-01-02. Diakses tanggal 2025-05-28.

Daftar pustaka

  • Hartono A.S. (2012). Lokomotif & Kereta Rel Diesel di Indonesia. Depok: Ilalang Sakti Komunikasi. ISBN 9789791841702.
  • Tim Telaga Bakti Nusantara; Asosiasi Perkeretaapian Indonesia (1997). Sejarah Perkeretaapian Indonesia. Vol. 2. Bandung: Angkasa. ISBN 9796651688. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
Kembali kehalaman sebelumnya