Genosida budaya atau kulturisida adalah sebuah konsep yang mula-mula dideskripsikan oleh pengacara Polandia Raphael Lemkin pada 1944, dalam buku yiang sama yang mencetuskan istilah genosida.[1] Penghancuran budaya adalah bagian utama dalam perumusan genosida Lemkin.[1] Definisi pasti genosida budaya masih dipertentangkan, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa tak mencantumkannya dalam definisi genosida yang dipakai dalam Konvensi Genosida tahun 1948.[2]Museum Genosida Armenia mengartikan kulturisida sebagai "tindakan dan sikap yang dilakukan untuk menghancurkan budayabangsa atau kelompok etnis melalui penghancuran spiritual, nasional, dan budaya",[3] yang nampak secara esensial sama dengan etnosida. Beberapa etnologis, seperti Robert Jaulin, menggunakan istilah etnosida sebagai pengganti dari genosida budaya,[4] meskipun penggunaan tersebut telah dikritik karena memiliki risiko kebingungan antara etnisitas dan budaya.[5] Genosida budaya dan etnosida pada masa lalu dipakai dalam konteks berbeda.[6] Genosida budaya tanpa etnosida dilakukan kala identitas etnis berbeda dipertahankan, tetapi unsur budaya berbeda disingkirkan.[7]
Kulturisida melibatkan penghapusan dan penghancuran artefak budaya, seperti buku, karya seni, dan struktur.[8] Masalah tersebut dialamatkan dalam berbagai perjanjian intenrasional, termasuk Konvensi Jenewa dan Statuta Roma, yang mendefinisikan kejahatan perang berkaitan dengan penghancuran budaya. Genosida budaya juga melibatkan asimilasi paksa, serta penindasan kegiatan bahasa atau budaya yang tak selaras dengan pernyataan penghancur dari apa yang sesuai.[8] Di antara banyak alasan potensial lainnya, genosida budaya dapat dilakukan untuk motif agama (seperti ikonoklasme yang berdasarkan pada anikonisme); sebagai bagian dari kampanye pembersihan etnis dalam upaya untuk menghapuskan bukti bangsa dari sejarah atau lokasi tertentu; sebagai bagian dair upaya untuk mengimplementasikan Nol Tahun, kala masa lalu dan budaya terkaitnya dihapus dan sejarahnya "dirombak". Para perancang Konvensi Genosida tahun 1948 awalnya berniat menggunakan istilah tersebut, tetapi kemudian mengurungkannya dari pencantuman.[9][10][11] Istilah "genosida budaya" dinyatakan dalam berbagai deklarasi PBB, namun tak dipakai oleh Konvensi Genosida PBB.[4]
^"Cultural genocide". The Armenian genocide Museum-institute. Diarsipkan dari asli tanggal 22 Agustus 2024. Diakses tanggal 10 Oktober 2019.
^ abJaulin, Robert (1970). La paix blanche: introduction à l'ethnocide [White Peace: An Introduction to Ethnocide] (dalam bahasa Prancis). Éditions du Seuil.
^Gerard Delanty; Krishan Kumar (29 June 2006). The SAGE Handbook of Nations and Nationalism. SAGE. hlm. 326. ISBN978-1-4129-0101-7. Diarsipkan dari asli tanggal 2023-01-09. Diakses tanggal 28 February 2013. The term 'ethnocide' has in the past been used as a replacement for cultural genocide (Palmer 1992; Smith 1991:30-3), with the obvious risk of confusing ethnicity and culture.