Kabupaten Malaka adalah sebuah wilayah kabupaten di ProvinsiNusa Tenggara Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Betun. Malaka merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Belu yang disahkan dalam sidang paripurna DPR RI pada 14 Desember 2012 di gedung DPR RI tentang Rancangan UU Daerah Otonomi Baru (DOB). Kabupaten ini berbatasan langsung dengan negara Timor Leste. Jumlah penduduk Kabupaten Malaka tahun 2019 berjumlah 194.300 jiwa, dan pada pertengahan 2024 sebanyak 204.735 jiwa.[1][2]
Geografi
Secara geografis, Kabupaten Malaka terletak pada 9°18'7.19" - 9°47'26.68" Lintang Selatan dan 124°38'32.17" - 125°5'21.38" Bujur Timur. Luas wilayah kabupaten ini adalah 1.160,63 km². Wilayahnya berbatasan langsung dengan Timor Leste. Kabupaten Malaka berjarak sekira 232 Km dari Kota Kupang ke arah timur.[8]
Batas wilayah
Batas-batas wilayah Kabupaten Malaka adalah sebagai berikut:
Topografi Kabupaten Malaka terdiri dari pesisir, dataran rendah, lembah dan sebagian besar merupakan perbukitan di bagian utara dengan ketinggian wilayahnya antara 0-800 meter di atas permukaan air laut (Mdpl). Titik tertingginya berada di Gunung Mandeu di Kecamatan Malaka Timur, perbatasan Kabupaten Belu. Kabupaten Malaka memiliki panjang garis pantai 82,94 km.
Keadaan topografi Kabupaten Malaka bervariasi antara ketinggian 0 sampai dengan +806 mdpl (meter di atas permukaan air laut). Variasi ketinggian rendah (0-269 mdpl) mendominasi wilayah bagian selatan, yaitu Kecamatan Wewiku, Malaka Barat, sebagian Malaka Tengah dan Kobalima. Sementara pada bagian tengah wilayah ini terdiri dari area dengan dataran sedang (270-537 mdpl), yaitu sebagian Kecamatan Weliman, Malaka Tengah, Kobalima, dan Botin Loebele. Dataran tinggi (538-806 mdpl) di Kabupaten Malaka menempati kawasan bagian utara, yakni Kecamatan Laenmanen, Io Kufeu, sebagian Kecamatan Sasitamean, Malaka Timur, dan Kobalima Timur. Bentuk topografi wilayah Kabupaten Malaka merupakan daerah datar berbukit-bukit hingga pegunungan dengan sungai-sungai yang mengalir ke utara dan selatan mengikuti arah kemiringan lerengnya. Sungai-sungai yang ada di Kabupaten Malaka mengalir dari bagian selatan dan bermuara di
Selat Ombai dan Laut Timor.
Pada umumnya kemiringan lahan wilayah Kabupaten Malaka didominasi kemiringannya antara 0–15%. Keadaan kemiringan lahan wilayah Kabupaten Malaka akan dikelompokkan menjadi 5 kelas dengan masingmasing lokasi sebagai berikut:
Daerah dengan kemiringan lereng 30-45%, yaitu daerah yang bergelombang dan berbukit terdapat sedikit di Kecamatan Malaka Timur.[8]
Geologi
Jenis tanah di Kabupaten Malaka didominasi oleh aluvial, latosol, dan Renzina. Jenis tanah aluvial seluas 46.828,74 Ha, sebagian besar tersebar di Kecamatan Malaka Barat, Wewiku, Malaka Tengah, Kobalima, dan Kobalima Timur. Jenis tanah latosol seluas 39.194,82 Ha sebagian besar tersebar di Kecamatan Rinhat, Sasitamean, Laenmanen, Malaka Timur, dan Botin Leobele. Sementara jenis tanah renzina seluas 21.829,18 Ha sebagian besar tersebar di Kecamatan Weliman, Malaka Tengah, dan Io Kufeu. Selain ketiga jenis tanah tersebut, di Kabupaten Malaka terdapat pula jenis tanah grumosol dan mediteran, meskipun luasannya hanya sedikit. Jenis tanah Grumosol terdapat di Kecamatan Laenmanen seluas 209.82 Ha, sementara Jenis tanah Mediteran terdapat di Kecamatan Io Kufeu dan Rinhat seluas 1.690,66 Ha.[8]
Hidrologi
Hidrologi terdiri atas ketersediaan air hujan, ketersediaan air sungai, ketersediaan mata air, ketersediaan tampungan air. Air hujan juga biasa digunakan masyarakat Malaka apabila kekurangan air, tetapi penggunaan air hujan sekarang sudah jarang digunakan apalagi frekuensi hujan yang turun juga sangat jarang sehingga penggunaan air hujan hanya di lakukan oleh beberapa orang saja. Selain itu, penggunaan air hujan juga sering digunakan untuk menyiram tanaman dan lain-lain. Penggunaan air hujan hanya terdapat di desa-desa terpencil yang kekurangan air sedangkan untuk di kota-kota besar tidak terdapat penggunaan air hujan.
Aliran sungai yang besar biasanya mengalir sepanjang tahun, tetapi ada juga sungai yang kering pada musim kemarau. Hal ini terjadi karena fluktuasi curah hujan yang sangat kontras antarbulan dan dipengaruhi juga oleh kondisi geologi serta morfologi suatu wilayah.
Sungai-sungai di wilayah Kabupaten Malaka sudah mulai banyak digunakan untuk irigasi, tetapi beberapa di antaranya masih bersifat irigasi non-teknis. Saat ini, telah dibangun irigasi teknis (sistem irigasi Malaka) mulai dari jaringan irigasi primer, jaringan irigasi sekunder sampai jaringan irigasi tersier yang memanfaatkan air dari Bendungan Benenai (sungai Benenain di Kecamatan Malaka Barat) yang mampu mengairi daerah irigasi seluas 10.000 Ha, bahkan sampai 15.000 Ha mencakup wilayah pelayanan Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah, dan Kecamatan Kobalima.
Selain sungai, di Kabupaten Malaka juga terdapat mata air yang biasa digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, sehingga sangat penting sehingga pemanfaatan sumber mata air yang ada di Kabupaten Malaka perlu dioptimalkan.[8]
Iklim
Wilayah Kabupaten Malaka memiliki temperatur rata-rata 24-34 °C dan tingkat kelembapan nisbi sebesar ±70%. Wilayah kabupaten ini beriklim tropis yang bertipe iklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yakni musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau di wilayah Kabupaten Malaka berlangsung dari bulan Juni–November dengan bulan terkering adalah Agustus. Musim penghujan di Kabupaten Malaka berlangsung pada periode bulan Desember hingga bulan April.
Curah hujan tahunan di wilayah ini berkisar antara 800–1600 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 80 hingga 120 hari hujan per tahun. Kondisi curah hujan di Kabupaten Malaka bervariasi antara 14–252 mm/bulan. Curah hujan yang cukup rendah (16–68 mm/bulan) mendominasi wilayah bagian timur sedangkan curah hujan yang cukup tinggi (120–172 mm/bulan) terdapat di sebagian besar wilayah utara. Kabupaten Malaka dilintasi oleh sungai terbesar di pulau Timor bagian barat yaitu Sungai Benanain. Di pesisirnya terdapat wilayah hutan bakau seluas ±1.830 Hektar yang dijadikan kawasan Cagar Alam Maubesi.[9]
sehubungan dengan belum berlangsungnya pemilihan bupati, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Prov. NTT, Herman Nai Ulu diangkat menjadi Penjabat Bupati (23 April 2013−23 April 2015)
sehubungan dengan belum berlangsungnya pemilihan bupati, Sekretaris Daerah Kab. Malaka, Donatus Bere diangkat menjadi Penjabat Bupati (23 April 2015−16 Februari 2016)
selama masa peralihan ini, Sekretaris Daerah Kab. Malaka, Donatus Bere diangkat menjadi Pelaksana Harian Bupati (17 Februari 2021−26 Maret 2021)
selama masa peralihan ini, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi NTT, Viktorius Manek, ditunjuk menjadi Penjabat Bupati (26 Maret 2021−26 April 2021)
Kabupaten Malaka terdiri dari 12 Kecamatan dan 127 Desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 190.561 jiwa dengan luas wilayah 1.160,63 km² dan sebaran penduduk 164 jiwa/km².[17][18]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Malaka, adalah sebagai berikut:
Sedikitnya ada 8 pantai yang ditetapkan oleh pemerintah kabupaten Malaka sebagai destinasi wisata unggulan yaitu Pantai Motadikin, Wemasa, Lo'odik, Raihenek, Taberek, Pantai Komu, Kletek dan Pantai Abudenok.[19] selain itu juga terdapat wisata alam lainnnya seperti Danau Mantasi, Danau Nanebot, Gua Maria, Gua Kelelawar, Mata Air Weliman, Mata Air Wematan Maromak Oan Laran, Bendung Sungai Benanain, serta penangkaran rusa.
Wisata Budaya
Banyak ragam upacara adat yang dilaksanakan oleh masyarakat Kabupaten Malaka yang sebagian besar berasal dari Suku Tetun. Salah satunya adalah Hamis Batar no Hatama Mamaik yang merupakan upacara adat sebagai tanda syukur dimulainya musim panen jagung. Selain itu rumah serta perkampungan adat khas juga masih bisa dapat dijumpai, diantaranya perkampungan adat Tuaninu Taisuni, Wekumu dan rumah adat Loro Dirma di Kecamatan Malaka Timur, serta perkampungan adar Kamanasa di Kecamatan Malaka Tengah.
Mayoritas penduduk Kabupaten Malaka menganut agama Kristen dengan persentase hampir 98% yang detailnya adalah penganut agama Katolik dengan angka lebih dari 85%, kemudian disusul dengan pelbagai denominasi gereja Protestan sebesar 9%. Lalu disusul oleh agama Islam sebesar 0.99% dan agama Hindu sebesar 0.15%.