Tadarus![]() Tadarus (bahasa Arab: تَدَارُس) adalah tradisi yang dilakukan umat Islam di Indonesia dengan membaca Al-Qur'an secara berulang-ulang yang biasanya diikuti oleh dua orang atau lebih, terutama pada bulan Ramadan. IkhtisarTadarus merupakan istilah yang memiliki asal kata dari bahasa Arab "darasa" (bahasa Arab: دَرَسَ), yang selalu diartikan dengan mempelajari atau menelaah.[1][2] Penyebutan kata tersebut dalam berbagai bentuknya juga dapat ditemukan sebanyak enam kali di dalam Al-Qur'an, diantaranya surah Ali ‘Imran/3:79; al-An’am/6: 105 dan 156; al-‘Araf/7:169; Maryam/19:56; al-Anbiya/21:85; Saba’/34:44 dan al-Qalam/37:68. Dalam ilmu nahwu, kata tadarus termasuk dalam wazan tafa'ul (bahasa Arab: تَفَاعُل), yang secara morfologis menunjukkan makna partisipasi atau timbal balik.[3] Wazan tafa'ul mengindikasikan bahwa suatu kegiatan dilakukan oleh dua orang atau lebih, dan bukan oleh individu tunggal.[4] Dalam pembentukannya menjadi "tadarus", kata ini mengalami proses morfologis yang melibatkan penambahan imbuhan "ta" (تَ) di awal kata, yang dalam wazan tafa'ul, mengindikasikan adanya interaksi antara orang-orang yang saling mempelajari atau membaca.[4] Imbuhan "alif" (ا) di tengah kata memperkuat dan menunjukkan adanya upaya bersama dalam melakukan suatu kegiatan, menegaskan bahwa kegiatan membaca dan mempelajari dilakukan secara bersama-sama, saling menyimak, dan saling mengoreksi.[5][6] Pola wazan tafa'ul secara konsisten menunjukkan makna partisipasi, seperti contoh lain "ta'awun" yang berarti "saling tolong-menolong", memberikan bukti bahwa pembentukan kata "tadarus" mengikuti aturan morfologis yang jelas dan memiliki makna yang konsisten.[7] Dalam konteks tradisi di Indonesia, terutama di bulan Ramadan, kata "tadarus" mengalami penyempitan makna menjadi "membaca Al-Qur'an secara berulang-ulang", yang sering terjadi dalam bahasa di mana suatu kata memperoleh makna khusus dalam konteks tertentu.[8] Kata "tadarus" telah menjadi kata baku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dalam KBBI, tadarus diartikan sebagai pembacaan Al-Quran secara bersama-sama selama bulan Ramadan.[9] PelaksanaanPada hakikatnya tadarus Al-Quran sama saja dilakukan seperti hendaknya kita ingin membaca Al-Quran sendiri atau mengaji. Praktik tadarus yang umum di Indonesia adalah di mana orang-orang berkumpul di masjid atau musala untuk membaca Al-Qur'an secara bergantian atau bersama-sama. Tadarus dapat dilakukan pada waktu apapun, walaupun sebagian besar masjid di Indonesia menerapkan kegiatan tadarus pada malam hari setelah salat tarawih.[4] Amalan tadarus Al-Quran yang dilakukan oleh para salafus shalih bervariasi dari mengkhatamkan Al-Quran dalam sehari, tiga hari, lima hari, enam hari, hingga tujuh hari atau lebih. Amalan yang paling sering dipraktikkan adalah mengkhatamkan Al-Quran dalam waktu tujuh hari.[4] Dalam riwayat Ali bin Abi Thalib, terdapat metode pembacaan Al-Qur'an yang dikenal dengan rumus fami bi-syauqin, di mana pembacaan dimulai pada hari Jumat dan diselesaikan pada hari Kamis atau malam Jumat. Pada hari Jumat, pembacaan dimulai dari Surah Al-Fatihah hingga akhir Surah An-Nisa (empat surah). Hari Sabtu, dilanjutkan dari Surah Al-Maidah hingga akhir Surah At-Taubah (lima surah). Hari Ahad, dimulai dari Surah Yunus hingga akhir Surah An-Nahl (tujuh surah). Hari Senin, pembacaan meliputi Surah Al-Isra hingga akhir Surah Al-Furqan (sembilan surah). Hari Selasa, dari Surah Asy-Syuara hingga akhir Surah Yasin (sebelas surah). Hari Rabu, dimulai dari Surah As-Saffat hingga akhir Surah Al-Hujurat (tiga belas surah). Terakhir, pada hari Kamis, pembacaan mencakup Surah Qaf hingga Surah An-Nas.[10] Metode ini dapat ditemukan dalam praktik tadarus yang dilakukan oleh masjid-masjid besar dan pondok pesantren selama Ramadan.[4]
SejarahPada era nabiTradisi tadarus Al-Qur'an pada masa Muhammad dan para sahabat dilakukan secara musyafahah, yaitu dengan talaqqi (bertemu langsung) dan mendengar bacaan dari Nabi atau sahabat, bertujuan untuk menjaga kemurnian Al-Qur'an melalui bacaan yang benar sesuai tajwid, tanpa kesalahan, seperti dalam pengucapan idgham, imalah, dan isymam yang tidak dapat dipelajari dari tulisan semata. Pengajaran Nabi melahirkan banyak qurra' (pembaca Al-Qur'an) yang meneruskan tradisi ini kepada generasi berikutnya, sehingga sampai kepada umat Islam saat ini dengan sanad yang bersambung kepada Nabi Muhammad SAW.[11] Muhadjir Effendy, seorang tokoh Muslim dan mantan menteri, menyatakan bahwa tradisi tadarus berakar dari tradisi 'shuffah'. Menurut manuskrip ceramahnya, 'shuffah', yang berarti serambi atau pelataran Masjid Nabawi, menjadi tempat Muhammad dan para sahabat berkumpul untuk saling menyimak dan mengoreksi bacaan Al-Qur'an setiap bulan Ramadan. Tradisi ini kemudian berkembang menjadi praktik tadarus yang dikenal luas di seluruh dunia.[12] Pada tokoh besarIbnu Rajab al-Hanbali, dalam Lathaif al-Ma’arif halaman 243, menjelaskan bahwa hadis tersebut menekankan keutamaan memperbanyak tadarus Al-Qur'an pada malam-malam bulan Ramadan, sebuah amalan yang telah dipraktikkan oleh para sahabat dan salafus shalih yang memberikan perhatian khusus kepada Al-Qur'an, terutama di bulan Ramadan. Sebagai contoh, sahabat Usman bin Affan menghidupkan setiap malam Ramadan dengan membaca Al-Qur'an dalam setiap rakaat salatnya. Sahabat lainnya, seperti Ubai bin Ka’b dan Tamim Ad-Dari, mengkhatamkan Al-Qur'an setiap pekan di bulan Ramadan.[13] Imam Malik, ketika bulan Ramadan tiba, menghentikan pengajiannya yang dihadiri banyak orang untuk fokus sepenuhnya pada Al-Qur'an.[14] Begitu pula Imam asy-Syafi’i yang mampu mengkhatamkan Al-Qur'an dua kali setiap hari di bulan Ramadan, pada waktu sore dan malam, sehingga total khatam 60 kali dalam sebulan. Tradisi serupaMeskipun populer di Indonesia, praktik serupa juga ditemukan di negara-negara Muslim lainnya, walau mungkin dengan nama yang berbeda. Misalnya, di negara-negara Arab, istilah yang lebih umum digunakan adalah qira'ah Al-Qur'an atau khatm Al-Qur'an.[15][16] Esensi dari praktik ini tetap sama, yaitu meningkatkan ibadah selama Ramadan dengan membaca dan mempelajari Al-Qur'an. Meskipun istilah "tadarus" mungkin lebih dikenal di Indonesia, Brunei Darussalam juga menggunakan istilah "tedarus".[17] Praktik membaca Al-Qur'an selama Ramadan adalah tradisi yang dilakukan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Referensi
|