Surah Al-Isra'
Surah Al-Isra'ʾ (bahasa Arab: الإسرا, translit. al-Isrā', har. 'Memperjalankan di Malam Hari')[1] adalah surah ke-17 dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 111 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Kata Isra' merujuk pada ayat pertama surah ini yang mengisahkan Isra Mikraj nabi Islam Muhammad. Surah ini merupakan salah satu surah al-Musabbihat karena surah ini diawali dengan memuji Allah. Nama lain surah ini, Banī Isrāʾīl (bahasa Arab: بني إسرائيل, har. 'Anak-anak Israel')[2] dikaitkan dengan kisah Bani Israil pada ayat ke-2 sampai dengan ayat ke-8 serta 101 hingga 104. Ayat-ayat tersebut menerangkan bahwa Bani Israil, yang setelah menjadi bangsa yang kuat lagi besar lalu menjadi bangsa yang terhina karena menyimpang dari ajaran Allah. Dihubungkannya kisah Isra Mikraj dengan riwayat Bani Israil pada surah ini, memberikan peringatan bahwa umat Islam akan mengalami keruntuhan, sebagaimana halnya Bani Israil, apabila mereka juga meninggalkan ajaran-ajaran agamanya. Berdasarkan asbabunnuzul surah ini, surah ini termasuk ke dalam surah Makkiyah. Isi
Ayat-ayat pentingPerjalanan malam hari Muhammad![]() Surah ini mendapatkan namanya pada ayat pertama surah ini, yang dalam berbagai riwayat hadis, mengisahkan Isra', yakni perjalanan malam hari Nabi Muhammad dari Masjidilharam ke sebuah tempat yang makna harfiahnya adalah "masjid yang jauh". Lokasi yang disebutkan dalam ayat 1 surah ini adalah masjidil-aqṣa,[3] umumnya merujuk pada Masjidilaqsa (yakni, Bukit Bait Suci) di Yerusalem. Yerusalem (atau al-Quds) tidak disebutkan secara langsung di dalam al-Qur'an, tetapi ayat pertama surah ini menjelaskan bahwa Nabi melakukan Isra' dari Masjidilharam ke "Masjidilaqsa":
Dalam tradisi Muslim, telah disepakati bahwa Masjidilaqsa adalah masjid yang terletak di Yerusalem (yakni, Bukit Bait Suci), sedangkan Masjidilharam merujuk pada masjid di Makkah. Surah ini juga mengisahkan nabi lainnya, misalnya Musa. Surah yang termasuk dalam Makkiyah ini diwahyukan beberapa waktu sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Seperti surah Makkiyah lainnya, surah ini memuat perintah untuk bertauhid dan beriman kepada nabi. Namun, surah ini juga memuat perintah untuk salat, terkhususnya salat lima waktu yang mulai diperintahkan sejak Nabi mi'raj ke Sidratulmuntaha. Tambahannya lagi, surah ini memuat perintah untuk menjauhi perzinaan, menghormati kedua orang tua, bersabar dalam berbagai cobaan, serta bersabar dalam berjuang melawan kaum musyrikin Makkah kala itu. NerakaAyat 17:8 mengisahkan Neraka yang telah disediakan bagi siapa saja yang menolak agama Allah:
Namun, Allah dapat mengampuni seluruh dosa-dosanya apabila orang-orang tersebut benar-benar tobat. Namun, hukuman juga dijatuhkan bagi seseorang yang mengingkari Akhirat (ayat 7:10):
Hari Pengadilan TerakhirAyat 17:13 hingga 17:15 dan 17:71 memuat nasib manusia pada Hari Pengadilan Terakhir, apakah mereka mendapat rahmat atau azab:
Ayat 17:71 menyatakan bahwa setiap umat di Hari Pengadilan Terakhir akan dipanggil oleh Allah bersama pemimpinnya.
Dalam kitab Syiah, Kitab al-Kafi, disebut bahwa Ja'far ash-Shadiq ditanya mengenai tafsir ayat 17:71 ("(Ingatlah) pada hari (ketika) Kami panggil setiap umat dengan pemimpinnya..."), lalu ia menjawab bahwa itu adalah Imam atau pemimpin yang hidup bersama mereka dan ia adalah Mahdi, al-Qa'im pada masa itu.[4] Dzul-Qurba
Ayat ini berhubungan dengan kisah Nabi Muhammad saat memberikan tanah Fadak kepada putrinya Fatimah.[6][7] Malaikat dan jinAyat 17:70 menjelaskan bahwa Allah telah melebihkan manusia "di atas segala makhluk", termasuk malaikat dan jin. Bani IsrailAyat 17:104 berbunyi: "Katakanlah (Nabi Muhammad), 'Berimanlah kamu kepadanya (Al-Qur’an) atau tidak usah beriman (itu sama saja bagi Allah)! Sesungguhnya orang-orang yang telah diberi pengetahuan sebelumnya, apabila (Al-Qur’an) dibacakan kepada mereka, mereka menyungkurkan wajah (dengan) bersujud.'"[8] Ath-Thabari (w. 923) menyebut 'orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya' adalah penduduk Palestina. Az-Zamakhsyari (w. 1144) menyebut orang-orang tersebut sebagai pengikut Firaun. Al-Qurthubi (w. 1272) menyebut dua-duanya.[8] Ayat ini merupakan ayat sajdah, disunnahkan untuk melakukan sujud tilawah.[9] Referensi
Pranala luar![]() Wikisumber memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini:
|