Papajar![]() Papajar adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Sunda di Jawa Barat dengan berkumpul dan makan bersama beberapa hari sebelum masuknya bulan Ramadan. Papajar merupakan tradisi yang dilestarikan di sebagian wilayah Ciamis, Cianjur, dan Sukabumi. IkhtisarPapajar diyakini mulai berkembang di masyarakat Sunda sejak tahun 1690-an, berasal dari kata "pajar" yang mengalami pengulangan atau reduplikasi dwipurwa. Reduplikasi dwipurwa adalah pengulangan suku kata pertama pada sebuah kata, yang dalam bahasa Sunda dikenal dengan istilah rajekan.[1] "Pajar" sendiri memiliki kesamaan makna dengan fajar dalam bahasa Indonesia, yaitu cahaya kemerah-merahan yang muncul di langit timur saat matahari terbit.[2] Istilah "papajar" tidak dapat ditemukan secara langsung dalam kamus bahasa Sunda pada umumnya, namun istilah tersebut berasal dari dua kata yang berbeda. Papajar disusun dari kata "Mapag" dan "Pajar" yang dalam bahasa Sunda berarti menyambut fajar. Jika fajar diibaratkan dengan terbitnya matahari, maka Papajar dimaknai sebagai upaya menyambut terbitnya bulan Ramadan, bulan suci bagi umat Islam.[3][4] Tradisi ini terus dilestarikan dan menjadi bagian dari identitas masyarakat Jawa Barat hingga saat ini. Di Ciamis, papajar lebih dikenal dengan istilah "mesalin".[3] PelaksanaanPada tahun 1690-anTradisi Papajar sudah ada sejak abad ke-16. Tradisi ini berkembang sejak masa kepemimpinan Wiratanudatar II (Dalem Tarikolot) sekitar tahun 1691-1707.[5] Bermula dari praktik berkumpulnya para ulama di Masjid Agung Cianjur yang terletak di pusat kota atau alun-alun. Pertemuan ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai penetapan awal bulan Ramadan, yang kemudian akan disebarluaskan kepada masyarakat di daerah asal masing-masing ulama.[6] Mengingat jarak tempuh yang signifikan dari tempat tinggal mereka ke pusat kota, para ulama membawa perbekalan makanan dan minuman. Saat menanti pengumuman dari imam besar, mereka memanfaatkan waktu dengan makan bersama. Kebiasaan ini lambat laun terinstitusionalisasi menjadi tradisi yang dikenal sebagai Papajar, yang secara etimologis berasal dari "mapag pajar," bermakna menyambut fajar, merujuk pada penantian pengumuman hingga terbitnya fajar. Tradisi ini mencerminkan adaptasi praktis terhadap kondisi geografis dan kebutuhan komunikasi pada masa lalu.[6] Saat iniPapajar dilakukan satu minggu hingga satu hari sebelum hari pertama Ramadan. Namun saat ini, papajar telah mengalami evolusi dari praktik perjalanan keagamaan para ulama menjadi fenomena sosial dan budaya yang lebih luas. Papajar bermula sebagai momen bagi para ulama untuk berkumpul di Masjid Agung Cianjur, menanti pengumuman awal Ramadan untuk kemudian menyebarkan berita tersebut ke kampung asalnya. Perjalanan para ulama ke pusat kota mendorong kebiasaan membawa perbekalan dan makan bersama, yang kemudian menjadi inti dari tradisi ini di abad berikutnya.[7] Seiring waktu, esensi religius papajar bergeser. Meskipun doa-doa dan kebersamaan tetap menjadi bagian dari pelaksanaan, tradisi ini semakin diwarnai oleh kegiatan perjalanan rekreasi dan kebersamaan.[7] Makan bersama (botram) dan kunjungan ke tempat-tempat wisata menjadi ciri khas Papajar bersama dengan keluarga.[8] Pergeseran ini mencerminkan adaptasi budaya terhadap perubahan zaman, dimana aspek sosial dan rekreasi semakin menonjol. Namun, jejak sejarah tetap terlihat dalam kebiasaan membawa bekal makanan dalam jumlah besar, yang mengingatkan pada perjalanan para ulama di masa lalu.[5] Satu minggu sebelum Ramadan, tempat wisata lokal menjadi ramai pengunjung untuk melakukan papajar, misalnya Pantai Pelabuhanratu, Pantai Sukapura, Pantai Istana Presiden, Pantai Bupalo, Alun-alun Gadobangkong, hingga ruang terbuka hijau.[9] Tradisi serupaPapajar memiliki kemiripan dengan munggahan, yang sama-sama dilakukan oleh masyarakat Sunda di wilayah Jawa Barat dalam rangka menyambut bulan Ramadan dengan cara makan bersama. Namun papajar berfokus pada rekreasi dan kebersamaan, seperti piknik bersama keluarga besar dan kerabat. Sementara munggahan berfokus pada silaturahmi dan rasa syukur, seperti pertemuan keluarga dan antar tetangga di rumah untuk berbagi makanan. Keduanya juga memiliki perbedaan waktu pelaksanaan, papajar dapat dilakukan seminggu sebelum penetapan hari pertama Ramadan dan munggahan umumnya dilakukan satu hari sebelum Ramadan.[10][11] Referensi
|