Sumitomo Mitsui Financial Group
Sumitomo Mitsui Financial Group, Inc. (株式会社三井住友フィナンシャルグループ ), atau biasa disingkat menjadi SMFG hingga bulan 2018 dan kemudian berbisnis dengan nama SMBC Group, adalah sebuah perusahaan jasa keuangan multinasional asal Jepang. Perusahaan ini adalah induk dari Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), SMBC Trust Bank, dan SMBC Nikko Securities. SMBC berasal dari penggabungan antara Sumitomo Bank dan Sakura Bank, yang merupakan suksesor dari Mitsui Bank. SMBC Group berbisnis di bidang perbankan ritel, perbankan korporat, dan perbankan investasi di seluruh dunia. Perusahaan ini menyediakan jasa keuangan untuk berbagai macam klien, mulai dari perorangan, UMKM, perusahaan, lembaga keuangan, hingga pemerintahan. Perusahaan ini beroperasi di lebih dari 40 negara sebagai bank dengan aset terbesar ke-12 di dunia. Perusahaan ini adalah salah satu lembaga keuangan global dengan jumlah pembiayaan proyek terbesar di dunia.[2][3] Perusahaan ini berkantor pusat di Marunouchi, Tokyo.[4] SMBC Group adalah bank terbesar kedua dari tiga bank besar di Jepang, dengan aset sebesar $2 triliun hingga akhir bulan Maret 2023, di bawah Mitsubishi UFJ Financial Group ($2,9 triliun) dan di atas Mizuho Financial Group ($1,9 triliun).[5] Pada tahun 2024, SMBC Group menempati peringkat ke-63 dalam daftar Forbes Global 2000.[6][7] Perusahaan ini dianggap sebagai bank sistemik oleh Financial Stability Board. Sejarah![]() ![]() ![]() SMBC dibentuk melalui penggabungan antara Sumitomo Bank dan Sakura Bank pada bulan April 2001. SMBC sebenarnya memulai sejarahnya pada tahun 1683, saat Mitsui Takatoshi mulai berbisnis di bidang perbankan. Pendahulu utama dari SMBC, Mitsui Bank dan Sumitomo Bank, didirikan sebagai bank swasta modern pada era Meiji, masing-masing pada tahun 1875 dan 1895. SMBC Group juga meliputi sejumlah bank nasional yang diberi nomor urut sesuai tanggal pendiriannya hingga tahun 1880:
Pada saat digabung, ukuran perusahaan ini mirip seperti Deutsche Bank.[9] Tahun awalPerusahaan ini awalnya dibebani oleh aset buruk dari krisis perbankan Jepang, sehingga perusahaan ini kemudian memutuskan untuk menghapus buku kredit macetnya dan menjual saham Goldman Sachs yang mereka pegang.[10][11] Pada tanggal 30 Juli 2002, SMBC mengumumkan bahwa mereka akan mendirikan sebuah perusahaan induk pada bulan Desember 2002, untuk menaungi Sumitomo Mitsui Card Company, Sumitomo Mitsui Bank Leasing, dan Japan Research Institute. Perusahaan induk tersebut memiliki modal sebesar 1 triliun yen, dengan CEO SMBC, Takashi Nishikawa dan Chairman SMBC, Akira Okada, masing-masing menjabat sebagai presiden dan chairman.[12] Pada bulan Juli 2002, SMBC mengumumkan bahwa mereka akan melunasi pinjaman sebesar 2 triliun yen yang sebelumnya diterima dalam bentuk obligasi subordinasi abadi. Pinjaman tersebut adalah bagian dari pinjaman sebesar 1,5 triliun yen yang disuntikkan ke sistem perbankan di Jepang pasca krisis keuangan pada akhir dekade 1990-an.[13] Pada tahun 2005, SMBC mengumumkan rencana pelunasan selama tiga tahun, dan pada bulan Oktober 2005, SMBC melunasi 323,6 miliar yen tambahan.[14] SMFG awalnya berniat melunasi semua pinjaman tersebut pada akhir tahun fiskal 2006, sebagaimana Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) dan Mizuho Financial Group (MHFG), karena aktifnya penyelesaian kredit macet dan meningkatnya kapasitas pelunasan. Financial Services Agency juga mendorong bank-bank untuk melunasi pinjamannya lebih cepat.[15] Pada bulan Desember 2002, SMBC mulai mempertimbangkan untuk mengambil alih Aozora Bank, yang didirikan pasca kolapsnya Nippon Credit Bank. Presiden Aozora Bank, Hiroshi Maruyama, kemudian menyatakan keberatannya atas rencana tersebut, karena akan menyulitkan Aozora Bank untuk melantai di bursa saham guna melunasi pinjamannya.[16] SMBC pun bersaing dengan perusahaan patungan antara Cerberus dan HypoVereinsbank, serta GE Capital. SMBC mengajukan tawaran sekitar 100 miliar yen, dan Cerberus juga mengajukan tawaran serupa. Namun, karena Cerberus telah memegang 12% saham Aozora Bank, maka Cerberus berhak membeli bank tersebut, jika harga yang ditawarkannya sama persis dengan tawaran dari pihak lain.[17] Pada bulan April 2003, Cerberus pun mengumumkan bahwa mereka resmi mengakuisisi Aozora Bank.[18] Pada bulan Maret 2003, SMBC memulai proses penggabungan terbalik dengan anak usahanya, Wakashio Bank (didirikan pada bulan Juni 1996), untuk mengamankan sumber daya keuangannya guna menutup potensi kerugian dari kepemilikan sahamnya. Walaupun SMBC dibubarkan dan Wakashio Bank menjadi perusahaan yang bertahan, sesuai Peraturan Komersial Jepang, Wakashio Bank dapat mengubah namanya menjadi SMBC. Presiden SMBC, Yoshifumi Nishikawa dan Chairman SMBC, Akishige Okada, pun masing-masing menjadi presiden dan chairman dari SMBC yang baru, sementara Hiroyasu Ichikawa, Presiden Wakashio Bank, menjabat sebagai direktur senior.[19] Tujuan dari penggabungan tersebut adalah untuk mencatatkan laba nontunai sekitar 2 triliun yen, dengan menjadikan Wakashio Bank sebagai perusahaan yang bertahan, dan untuk menghilangkan potensi kerugian dari SMBC, seperti pada sahamnya.[20][21] Laba nontunai tersebut kemudian digunakan untuk mempercepat proses hapus buku terhadap sekuritas yang merugi dan meningkatkan penjualan dari saham yang mereka pegang untuk mengurangi risiko dari fluktuasi harga saham.[22] Pasca penggabungan, aset SMBC pun tumbuh dari 102,4 triliun yen pada tahun 2003 menjadi lebih dari 200 triliun yen pada akhir tahun 2019, sehingga menjadikan perusahaan ini sebagai bank terbesar ke-12 di dunia.[23] Pada tanggal 14 Juli 2004, UFJ Holdings mengumumkan bahwa mereka memulai negosiasi dengan Mitsubishi Tokyo Financial Group (MTFG) untuk mengintegrasikan manajemennya. Sebagai respon, pada tanggal 30 Juli, SMFG mengumumkan bahwa mereka juga telah mengirim proposal integrasi manajemen ke UFJ.[24] Pada tanggal 8 Agustus, diberitakan bahwa SMFG pun mengirim dokumen proposal resmi ke MTFG untuk merangkum rincian dari rencana integrasi dengan UFJ Holdings.[25] Sebagai respon terhadap rencana MTFG untuk menyediakan investasi sekitar 500 miliar yen, SMFG menyatakan bahwa mereka akan berinvestasi antara 500 miliar yen hingga 700 miliar yen.[26] SMFG juga mengajukan rasio penggabungan sebesar "1:1", padahal rerata rasio harga saham dari SMFG dan UFJ saat itu hanya 1:0,77, sehingga sangat menguntungkan para pemegang saham UFJ.[27] Namun, pada bulan Februari 2005, MTFG dan UFJ resmi meneken perjanjian penggabungan dengan rasio sebesar "1:0,62." SMFG kemudian juga resmi menarik proposal yang sebelumnya dikirim ke UFJ.[28] Pada tanggal 1 Januari 2006, MTFG dan UFJ Holdings resmi bergabung untuk membentuk Mitsubishi UFJ Financial Group. Walaupun SMBC akhirnya kalah, persaingan tersebut dianggap sangat meningkatkan gairah di industri perbankan Jepang.[29] Pada bulan Februari 2005, diungkapkan bahwa SMFG sedang bernegosiasi dengan Daiwa Securities Group mengenai potensi penggabungan. Dua perusahaan tersebut sebelumnya telah mendirikan perusahaan patungan dengan nama Daiwa Securities SMBC untuk berbisnis di bidang transaksi korporat.[30] Namun, pada tanggal 8 April, Presiden Daiwa Securities Group Holdings, Shigeharu Suzuki, menyatakan bahwa, "Tidak ada keuntungan untuk bergabung pada saat ini, dan kami tidak berencana untuk memulai negosiasi dengan Sumitomo Mitsui Financial Group."[31] Pada bulan September 2006, SMFG mengakuisisi SMBC Friend Securities.[32] Referensi
Pranala luar |