Selenol secara struktural mirip dengan tiol, tetapi ikatan C–Se sekitar 8% lebih panjang pada 196 pm. Sudut C–Se–H mendekati 90°. Ikatan tersebut melibatkan orbital p yang hampir murni pada Se, sehingga sudutnya mendekati 90 derajat. Energi ikatan Se–H lebih lemah daripada ikatan S–H' Too many ('";, sehingga selenol lebih mudah teroksidasi dan akan berfungsi sebagai donor atom H. Ikatan Se–H lebih lemah daripada ikatan S–H sebagaimana tercermin dalam energi disosiasi ikatan (bond dissociation energy, BDE)-nya. Untuk C 6H 5Se–H, BDE-nya adalah 326 kJ/mol, sedangkan untuk C 6H 5S–H, BDE-nya adalah 368 kJ/mol.[2]
Selenol adalah asam yang sekitar 1000 kali lebih kuat daripada tiol: pKaCH 3SeH adalah 5,2 vs 8,3 untuk CH 3SH. Deprotonasi akan menghasilkan anionselenolat, RSe− , yang sebagian besar contohnya sangat nukleofilik dan cepat teroksidasi oleh udara.[3]
Titik didih selenol cenderung sedikit lebih tinggi daripada tiol. Perbedaan ini dapat dikaitkan dengan meningkatnya ikatan van der Waals menjadi lebih kuat untuk atom yang lebih besar. Selenol yang mudah menguap memiliki bau yang sangat menyengat.
Selenol memiliki sedikit kegunaan komersial, karena dibatasi oleh toksisitas selenium serta sensitivitas ikatan Se–H. Basa konjugatnya, selenolat, juga memiliki kegunaan terbatas dalam sintesis organik.
L-selenosisteina, senyawa selenol yang terjadi secara alami
Peran biokimia
Selenol memiliki peran penting dalam proses biologis tertentu. Tiga enzim yang ditemukan pada mamalia mengandung selenol di tempat aktifnya: glutationa peroksidase, iodotironina deiodinase, dan tioredoksin reduktase. Selenol dalam protein ini merupakan bagian dari asam amino esensialselenosisteina.[3] Selenol berfungsi sebagai reduktor untuk menghasilkan turunan asam selenenat (RSe–OH), yang selanjutnya direduksi ulang oleh enzim yang mengandung tiol. Metanaselenol (umumnya disebut "metilselenol") (CH 3SeH), yang dapat diproduksi secara in vitro melalui inkubasi selenometionina dengan enzim metionina gama-liase (METase) bakteri, melalui metilasi biologis ion selenida, atau secara in vivo melalui reduksi asam metanaseleninat (CH 3–Se(=O)–OH), telah digunakan untuk menjelaskan aktivitas antikanker dari senyawa organoselenium tertentu.[4][5][6] Prekursor metanaselenol sedang diselidiki secara aktif dalam pencegahan dan terapi kanker. Dalam penelitian ini, metanaselenol ditemukan lebih aktif secara biologis daripada etanaselenol (CH 3CH 2SeH) atau 2-propanaselenol ((CH 3) 2CH(SeH)).[7]
Dimetil diselenida dapat dengan mudah direduksi menjadi metanaselenol di dalam sel.[10]
Reaksi
Selenol mudah teroksidasi menjadi diselenida, yaitu senyawa yang mengandung ikatan Se–Se. Misalnya, pereaksian benzenaselenol dengan bromin akan menghasilkan difenil diselenida.
2 C 6H 5SeH + Br 2 → (C 6H 5Se) 2 + 2 HBr
Dalam keadaan basa, selenol mudah dialkilasi untuk menghasilkan selenida. Hubungan ini diilustrasikan melalui metilasi metanaselenol untuk menghasilkan dimetil selenida.
Keamanan
Senyawa organoselenium (atau senyawa selenium apa pun) merupakan racun kumulatif, meskipun selenium dalam jumlah kecil diperlukan untuk kesehatan.[11]
^ abWessjohann L, Schneider A, Abbas M, Brandt W (2007). "Selenium in Chemistry and Biochemistry in Comparison to Sulfur". Biological Chemistry. 388 (10): 997–1006. doi:10.1515/BC.2007.138. PMID17937613. S2CID34918691.
^Zeng H, Briske-Anderson M, Wu M, Moyer MP (2012). "Methylselenol, a Selenium Metabolite, Plays Common and Different Roles in Cancerous Colon HCT116 Cell and Noncancerous NCM460 Colon Cell Proliferation". Nutrition and Cancer. 64 (1): 128–135. doi:10.1080/01635581.2012.630555. PMID22171558. S2CID21968566.
^Zuazo A, Plano D, Ansó E, Lizarraga E, Font M, Irujo JJ (2012). "Cytotoxic and Proapototic Activities of Imidoselenocarbamate Derivatives Are Dependent on the Release of Methylselenol". Chemical Research in Toxicology. 25 (11): 2479–2489. doi:10.1021/tx300306t. PMID23043559.
^Reich, Hans J. (1979) [13 Mar 1978]. "Functional group manipulation using organoselenium reagents". Accounts of Chemical Research. 12. American Chemical Society: 23. doi:10.1021/ar50133a004.