Tiofenol
Tiofenol adalah sebuah senyawa organobelerang dengan rumus kimia C6H5SH, terkadang disingkat menjadi PhSH. Cairan tak berwarna yang berbau busuk ini adalah senyawa tiol aromatik yang paling sederhana. Struktur kimia tiofenol dan turunannya mirip dengan fenol, di mana atom oksigen dalam gugus hidroksil (−OH) yang terikat pada cincin aromatik dalam fenol digantikan oleh atom belerang. Awalan tio- menyiratkan senyawa yang mengandung belerang dan ketika digunakan sebelum nama kata dasar untuk senyawa yang biasanya mengandung atom oksigen, dalam kasus 'tiol', atom oksigen pada alkohol digantikan oleh atom belerang. Tiofenol juga menggambarkan kelas senyawa yang secara formal berasal dari tiofenol itu sendiri. Semuanya memiliki gugus sulfhidril (–SH) yang terikat secara kovalen pada suatu cincin aromatik. Ligan organobelerang dalam obat tiomersal adalah sebuah tiofenol. SintesisTerdapat beberapa metode sintesis untuk tiofenol dan senyawa terkait, meskipun tiofenol sendiri biasanya dibeli untuk operasi laboratorium. 2 metode tersebut adalah reduksi benzenasulfonil klorida dengan seng[5] dan aksi belerang elemental pada fenil magnesium halida atau fenillitium yang diikuti oleh pengasaman. Melalui penataan ulang Newman–Kwart, fenol (1) dapat diubah menjadi tiofenol (5) melalui konversi menjadi O-aril dialkiltiokarbamat (3), diikuti oleh pemanasan untuk menghasilkan turunan S-aril isomerik (4).[6] Dalam reaksi tiofenol Leuckart, bahan awalnya adalah anilin melalui garam diazonium (ArN2X) dan xantat (ArS(C=S)OR).[7][8] Sebagai alternatif, natrium sulfida dan triazena dapat bereaksi dalam larutan organik dan menghasilkan tiofenol.[9] Tiofenol dapat diproduksi dari klorobenzena dan hidrogen sulfida pada alumina pada suhu 700 hingga 1.300 °F (371 hingga 704 °C). Disulfida adalah produk sampingan utama.[10] Media reaksinya bersifat korosif dan memerlukan lapisan reaktor keramik atau yang serupa. Aril iodida dan belerang dalam kondisi tertentu juga dapat menghasilkan tiofenol.[11] KegunaanTiofenol digunakan dalam produksi obat-obatan termasuk sulfonamida. Agen antijamur butokonazol dan mertiolat adalah turunan tiofenol.[9] Sifat dan reaksiKeasamanTiofenol memiliki keasaman yang jauh lebih besar daripada fenol, seperti yang ditunjukkan oleh nilai pKa mereka (6,62 untuk tiofenol dan 9,95 untuk fenol). Pola serupa terjadi pada H2S versus H2O, dan semua tiol versus alkohol terkait. Pereaksian PhSH dengan basa kuat seperti natrium hidroksida (NaOH) atau logam natrium akan menghasilkan garam natrium tiofenolat (PhSNa). AlkilasiTiofenolat sangat bersifat nukleofilik, sehingga menghasilkan laju alkilasi yang tinggi.[12] Dengan demikian, pereaksian C6H5SH dengan metil iodida dengan adanya basa akan menghasilkan metil fenil sulfida, C6H5SCH3, suatu tioeter yang sering disebut sebagai tioanisol. Reaksi semacam itu cukup ireversibel. C6H5SH juga bereaksi dengan karbonil tak jenuh α,β melalui adisi Michael. OksidasiTiofenolat, terutama dengan adanya basa, mudah dioksidasi menjadi difenil disulfida:
Disulfida ini dapat direduksi kembali menjadi tiol menggunakan natrium borohidrida yang diikuti dengan pengasaman. Reaksi redoks ini juga dimanfaatkan dalam penggunaan C6H5SH sebagai sumber atom H. KlorinasiFenilsulfenil klorida, suatu cairan berwarna merah darah (t.d. 41–42 °C, 1,5 mm Hg), dapat dibuat melalui reaksi tiofenol dengan klorin (Cl2).[13] Koordinasi ke logamKation logam membentuk tiofenolat, beberapa di antaranya bersifat polimer. Salah satu contohnya adalah "C6H5SCu," yang diperoleh dengan mereaksikan tembaga(I) klorida dengan tiofenol.[14] KeamananInstitut Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja (NIOSH) AS telah menetapkan batas paparan yang direkomendasikan (recommended exposure limit, REL) pada batas tertinggi 0,1 ppm (0,5 mg m−3), dan paparan tidak lebih dari 15 menit.[15] Referensi
Pranala luar
|