Meskipun hanya sedikit golongan bilangan transendental yang diketahui (salah satu alasannya adalah sulitnya proses pembuktian bahwa suatu bilangan tertentu merupakan bilangan transendental), bilangan transendental tidaklah langka: hampir semua bilangan real dan kompleks merupakan bilangan transendental, sebab himpunan semua bilangan aljabar merupakan himpunan terhitung, sementara himpunan bilangan riil dan himpunan bilangan kompleks sama-sama merupakan himpunan takterhitung, dan oleh karena itu, lebih besar dari himpunan terhitung manapun.
Semua bilangan transendental merupakan bilangan irasional, sebab semua bilangan rasional merupakan bilangan aljabar.[4][5][6][7] Akan tetapi, konvers dari pernyataan tersebut tidaklah benar: Tidak semua bilangan irasional merupakan bilangan transendental. Akibatnya, himpunan bilangan riil terdiri dari tiga himpunan yang saling lepas, yaitu himpunan bilangan rasional, himpunan bilangan irasional aljabar, dan himpunan bilangan riil transendental.[4] Sebagai contoh, akar kuadrat dari 2 merupakan bilangan irasional, namun bukan transendental, sebab bilangan tersebut merupakan akar dari persamaan polinomial . Rasio emas (disimbolkan dengan atau ) adalah contoh lain dari bilangan irasional yang bukan transendental, sebab ia merupakan akar dari persamaan .
Sejarah
Nama "transendental" berasal dari bahasa Latin trānscendere, artinya "melewati atau melampaui, mengatasi",[8] dan pertama kali digunakan untuk konsep matematika pada paper dari Leibniz pada tahun 1682 dimana beliau membuktikan bahwa bukanlah fungsi aljabar dari .[9]
Johann Heinrich Lambert memberikan konjektur bahwa e dan π keduanya merupakan bilangan transendental pada paper bukti bahwa irasional miliknya di tahun 1768, dan mengajukan sketsa bukti tentatif bahwa transendental.[10]
Joseph Liouville adalah orang pertama yang membuktikan kewujudan bilangan transendental pada tahun 1844,[11] dan pada tahun 1851, beliau memberikan contoh pertama dalam bilangan desimal, seperti konstanta Liouville
dimana digit ke- setelah koma desimal adalah 1 jika (faktorial) untuk suatu bilangan asli, dan 0 untuk digit-digit lainnya.[12] Dengan kata lain, digit ke- dari bilangan ini ialah 1 hanya jika adalah , dst. Liouville berhasil menunjukkan bahwa bilangan ini termasuk ke dalam golongan bilangan yang dapat dihampiri dengan lebih dekat oleh bilangan rasional dibandingkan dengan bilangan irasional aljabar manapun, dan golongan bilangan ini disebut sebagai bilangan Liouville. Liouville berhasil menunjukkan bahwa semua bilangan Liouville merupakan bilangan transendental.[13]
Bilangan pertama yang terbukti transendental tanpa dikonstruksikan secara spesifik dengan tujuan untuk membuktikan kewujudan bilangan transendental ialah e oleh Charles Hermite pada tahun 1873.
Pada tahun 1874, Georg Cantor membuktikan bahwa himpunan semua bilangan aljabar merupakan himpunan terhitung dan himpunan bilangan riil merupakan himpunan takterhitung. Beliau juga memberikan metode baru untuk mengonstruksikan bilangan transendental.[14] Walaupun hal ini sudah diakibatkan dari bukti miliknya mengenai keterhitungan himpunan bilangan aljabar, Cantor juga menerbitkan konstruksi yang membuktikan bahwa bilangan transendental sama banyaknya dengan bilangan riil.[a]
Pada tahun 1900, David Hilbert mengajukan pertanyaan mengenai bilangan transendental, yang dikenal sebagai masalah ke-7 Hilbert: Jika merupakan bilangan aljabar selain 0 maupun 1, dan merupakan bilangan aljabar irasional, apakah merupakan bilangan transendental? Jawaban afirmatif diberikan pada tahun 1934 oleh teorema Gelfond–Schneider.
Sifat-sifat
Setiap bilangan rasional merupakan bilangan aljabar (sebab bilangan merupakan akar dari persamaan polinomial ). Akibatnya, setiap bilangan transendental merupakan bilangan irasional, dengan menggunakan kontraposisi.[16]
Himpunan semua polinomial dengan koefisien rasional merupakan himpunan terhitung dan banyak akar dari setiap polinomial tersebut adalah berhingga. Akibatnya, himpunn semua bilangan aljabar juga merupakan himpunan terhitung. Akan tetapi, argumen diagonal Cantor membuktikan bahwa himpunan semua bilangan riil (dan oleh sebab itu, himpunan semua bilangan kompleks) merupakan himpunan takterhitung. Oleh karena himpunan bilangan riil merupakan gabungan dari himpunan bilangan aljabar dan himpunan bilangan transendental, maka mustahil bagi kedua himpunan bagian tersebut untuk sama-sama berstatus sebagai himpunan terhitung. Hal ini mengakibatkan bahwa himpunan bilangan transendental merupakan himpunan takterhitung.
Menyubstitusikan suatu nilai transendental ke fungsi aljabar dengan variabel tunggal akan menghasilkan nilai yang transendental. Misalnya, berdasarkan informasi bahwa merupakan bilangan transendental, maka dapat disimpulkan bahwa , , , , dan juga merupakan bilangan transendental.
Akan tetapi, fungsi aljabar dengan multivariabel mungkin saja menghasilkan bilangan aljabar saat variabelnya bernilai transendental dan tidak bebas aljabar. Misalnya, bilangan dan sama-sama merupakan bilangan aljabar, namun jelas tidak.
Semua bilangan Liouville merupakan bilangan transendental, namun tidak sebaliknya.
Bilangan yang terbukti transendental
Terdapat beberapa bilangan yang terbukti sebagai bilangan transendental, diantaranya yaitu:
jika dan merupakan bilangan asli yang bukan merupakan perpangkatan dari suatu bilangan bulat yang sama, serta (dibuktikan melalui teorema Gelfond–Schneider)
Nilai lemniskatik dari fungsi theta (nilai memenuhi persyaratan yang sama seperti sebelumnya) juga merupakan bilangan transendental.[23]
Konjektur bilangan transendental
Banyak kombinasi yang tak trivial dari dua (atau lebih) bilangan transendental yang belum diketahui transendental atau bahkan irasional: , , , , , , . Kebenaran atas konjektur Schanuel akan mengakibatkan semua bilangan di atas bersifat transendental dan bebas aljabar.[24]
Nilai dari fungsi Gamma untuk dan bilangan asli belum diketahui irasional, apalagi transendental.[29][30]
Bukti untuk bilangan spesifik
Bukti bahwa e transendental
Bukti pertama yang menyatakan bahwa basis dari logaritma alami (yaitu ) merupakan bilangan transendental berasal dari tahun 1873. Dalam artikel ini, akan digunakan strategi dari David Hilbert (1862–1943) yang menyederhanakan bukti orisinal dari Charles Hermite. Gagasannya ialah sebagai berikut:
Asumsikan bahwa merupakan bilangan aljabar, dengan tujuan untuk mencari kontradiksi. Artinya, merupakan akar dari suatu polinomial minimal yang berderajat . Secara simbolis, maka terdapat suatu sedemikian sehingga
dengan .
Andaikan , maka dengan mengingat bahwa , didapatkan
yang berarti bahwa merupakan akar dari polinomial . Akan tetapi, hal ini mustahil terjadi, sebab diasumsikan bahwa polinomial merupakan polinomial minimum. Akibatnya, asumsi di awal (bahwa koefisien ) bernilai salah, sehingga dapat disimpulkan bahwa .
Informasi bilangan bulat dari koefisien-koefisien ini sulit untuk dimanfaatkan ketika dikalikan dengan perpangkatan dari bilangan irasional , namun perpangkatan tersebut dapat diserap ke dalam suatu integral yang “sebagian besar” merupakan bilangan bulat. Untuk suatu bilangan bulat , didefinisikan polinomial
sehingga diperoleh
Perhatikan bahwa persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk
dengan
Lema 2 — Untuk nilai yang cukup besar, maka
Bukti —
Berdasarkan definisi dari , maka
Perhatikan bahwa dan merupakan fungsi kontinu untuk setiap nilai , sehingga berdasarkan teorema nilai ekstrem, maka dan merupakan fungsi terbatas pada selang. Dengan kata lain, terdapat suatu konstanta sedemikian sehingga
Akibatnya, diperoleh
dengan merupakan konstanta yang tidak bergantung pada , sehingga berlaku
Dengan menggunakan definisi limit takhingga dan memilih , maka terbukti bahwa untuk nilai yang cukup besar, nilai dari .
Lema 3 — Untuk setiap bilangan asli, terdapat suatu bilangan asli sedemikian sehingga nilai dari merupakan bilangan bulat tak nol.
Bukti —
Diambil sembarang . Pertama, akan ditunjukkan bahwa merupakan bilangan bulat. Ingat kembali integral fungsi gamma, yaitu
yang berlaku untuk setiap bilangan asli . Secara umum,
jika , maka
Persamaan tersebut dapat digunakan untuk mencari nilai eksak dari , sebab setiap suku pada dapat dinyatakan sebagai
melalui integral substitusi. Akibatnya,
Perhatikan bahwa merupakan polinomial dengan koefisien bilangan bulat. Dengan kata lain, merupakan kombinasi linier dari perpangkatan dengan koefisien bilangan bulat. Akibatnya, bilangan merupakan kombinasi linier (dengan koefisien bilangan bulat yang sama) dari , sehingga merupakan bilangan bulat.
Berdasarkan definisi dari , maka
sehingga didapatkan
Jelas bahwa , , dan merupakan polinomial dalam variabel , sehingga dan juga merupakan polinomial dalam variabel . Perhatikan bahwa
suku dengan pangkat terendah dari ialah (untuk suatu bilangan bulat ). Akibatnya, merupakan kelipatan dari
suku dengan pangkat terendah dari ialah (untuk suatu bilangan bulat ). Akibatnya, merupakan kelipatan dari
Oleh karena habis membagi semua faktorial di atasnya (yaitu , , dst.), maka merupakan kelipatan dari . Dengan kata lain, terbukti bahwa merupakan bilangan bulat.
Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa bukan merupakan kelipatan dari . Untuk sembarang bilangan asli , pilih sebagai sembarang bilangan prima yang lebih dari dan lebih dari . Telah dibuktikan sebelumnya bahwa merupakan kelipatan dari . Akibatnya,
sehingga berlaku
Perhatikan bahwa
semua faktor dari merupakan bilangan bulat tak nol yang kurang dari bilangan prima . Akibatnya, bukanlah kelipatan dari .
suku dengan derajat terendah dari polinomial ialah (untuk suatu bilangan bulat ), sehingga merupakan kelipatan dari . Dengan kata lain, .
Berdasarkan kedua informasi di atas, maka nilai dari bukan merupakan kelipatan dari , sehingga jelas tidak mungkin nol.
Dengan memilih nilai yang memenuhi Lema 2 dan Lema 3, maka bilangan super kecil ditambah dengan bilangan bulat tak nol akan sama dengan nol, dan jelas bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi. Oleh karena terjadi kontradiksi, maka asumsi di awal (bahwasanya merupakan pembuat nol dari suatu polinomial dengan koefisien bilangan bulat) bernilai salah, sehingga dapat disimpulkan bahwa bukan bilangan aljabar. Dengan kata lain, terbukti bahwa transendental.
Bukti bahwa π transendental
Strategi serupa (yang berbeda dari pendekatan orisinal dari Lindemann) dapat digunakaan untuk menunjukkan bahwa bilangan π merupakan bilangan transendental. Selain fungsi gamma dan beberapa estimasi seperti pada bukti untuk , fakta mengenai polinomial simetris memiliki peran penting dalam pembuktiannya.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai bukti Ketransendentalan dan , lihat bagian referensi dan pranala luar.
Period, himpunan terhitung dari bilangan-bilangan (termasuk semua bilangan aljabar dan beberapa bilangan transendental) yang dapat didefinisikan melalui persamaan integral.
Konjektur Hartmanis–Stearns, konjektur mengenai kriteria transendental berdasarkan kompleksitas perhitungan dari ekspansi suatu bilangan.
^Cantor mengonstruksikan sebuah korespondensi satu-ke-satu antara himpunan bilangan transendental dengan himpunan bilangan riil. Dalam artikel ini, Cantor hanya menerapkan konstruksi miliknya ke himpunan bilangan irasional.[15]
Referensi
^"Bilangan transendental". Pasti (Padanan Istilah). Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Diakses tanggal 16 Agustus 2025.
^Weisstein, Eric W. "Konstanta Kelinci". Wolfram MathWorld (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-08-09.
^Allouche, Jean-Paul; Cosnard, Michel (2000), "The Komornik–Loreti constant is transcendental" [Konstanta Komornik–Loreti itu transendental], American Mathematical Monthly (dalam bahasa Inggris), 107 (5): 448–449, doi:10.2307/2695302, JSTOR2695302, MR1763399
Blanchard, André; Mendès France, Michel (1982). "Symétrie et transcendance". Bulletin des Sciences Mathématiques (dalam bahasa Inggris). 106 (3): 325–335. MR0680277.
Burger, Edward B.; Tubbs, Robert (2004). Making transcendence transparent. An intuitive approach to classical transcendental number theory (dalam bahasa Inggris). Springer. ISBN978-0-387-21444-3. Zbl1092.11031.
Calude, Cristian S. (2002). Information and Randomness: An algorithmic perspective. Texts in Theoretical Computer Science (dalam bahasa Inggris) (Edisi 2nd rev. and ext.). Springer. ISBN978-3-540-43466-5. Zbl1055.68058.
Lambert, J.H. (1768). "Mémoire sur quelques propriétés remarquables des quantités transcendantes, circulaires et logarithmiques". Mémoires de l'Académie Royale des Sciences de Berlin (dalam bahasa Prancis): 265–322.
Mahler, K. (1937). "Arithmetische Eigenschaften einer Klasse von Dezimalbrüchen". Proc. Konin. Neder. Akad. Wet. Ser. A (dalam bahasa Jerman) (40): 421–428.
Pytheas Fogg, N. (2002). Berthé, V.; Ferenczi, Sébastien; Mauduit, Christian; Siegel, A. (ed.). Substitutions in dynamics, arithmetics and combinatorics. Lecture Notes in Mathematics (dalam bahasa Inggris). Vol. 1794. Springer. ISBN978-3-540-44141-0. Zbl1014.11015.
Shallit, J. (15–26 July 1996). "Number theory and formal languages". Dalam Hejhal, D.A.; Friedman, Joel; Gutzwiller, M.C.; Odlyzko, A.M. (ed.). Emerging Applications of Number Theory. IMA Summer Program. The IMA Volumes in Mathematics and its Applications (dalam bahasa Inggris). Vol. 109. Minneapolis, MN: Springer (dipublikasikan 1999). hlm. 547–570. ISBN978-0-387-98824-5.
Pranala luar
Wikisumber memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini:
Fritsch, R. (29 Maret 1988). Transzendenz von e im Leistungskurs? [Ketransendentalan e pada mata kuliah lanjutan?] (PDF). Rahmen der 79. Hauptversammlung des Deutschen Vereins zur Förderung des mathematischen und naturwissenschaftlichen Unterrichts [Rapat Umum Tahunan ke-79 Asosiasi Jerman untuk Pengembangan Pendidikan Matematika dan Sains]. Der mathematische und naturwissenschaftliche Unterricht (dalam bahasa Jerman). Vol. 42. Kiel, DE (dipublikasikan 1989). hlm. 75–80 (presentasi), 375–376 (tanggapan). Diarsipkan dari asli(PDF) tanggal 16-07-2011 – via Universitas Ludwig Maximilian München. — Bukti bahwa transendental, dalam bahasa Jerman.