Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Bilangan transendental

Dalam matematika, bilangan transendental[1] adalah bilangan riil atau kompleks yang bukan merupakan bilangan aljabar. Dengan kata lain, bilangan transendental adalah bilangan yang bukan merupakan akar dari polinomial tak nol dengan koefisien bilangan bulat (atau secara ekuivalen, bilangan rasional). Contoh terkenal dari bilangan transendental adalah π dan e.[2][3]

Meskipun hanya sedikit golongan bilangan transendental yang diketahui (salah satu alasannya adalah sulitnya proses pembuktian bahwa suatu bilangan tertentu merupakan bilangan transendental), bilangan transendental tidaklah langka: hampir semua bilangan real dan kompleks merupakan bilangan transendental, sebab himpunan semua bilangan aljabar merupakan himpunan terhitung, sementara himpunan bilangan riil dan himpunan bilangan kompleks sama-sama merupakan himpunan takterhitung, dan oleh karena itu, lebih besar dari himpunan terhitung manapun.

Semua bilangan transendental merupakan bilangan irasional, sebab semua bilangan rasional merupakan bilangan aljabar.[4][5][6][7] Akan tetapi, konvers dari pernyataan tersebut tidaklah benar: Tidak semua bilangan irasional merupakan bilangan transendental. Akibatnya, himpunan bilangan riil terdiri dari tiga himpunan yang saling lepas, yaitu himpunan bilangan rasional, himpunan bilangan irasional aljabar, dan himpunan bilangan riil transendental.[4] Sebagai contoh, akar kuadrat dari 2 merupakan bilangan irasional, namun bukan transendental, sebab bilangan tersebut merupakan akar dari persamaan polinomial . Rasio emas (disimbolkan dengan atau ) adalah contoh lain dari bilangan irasional yang bukan transendental, sebab ia merupakan akar dari persamaan .

Sejarah

Nama "transendental" berasal dari bahasa Latin trānscendere, artinya "melewati atau melampaui, mengatasi",[8] dan pertama kali digunakan untuk konsep matematika pada paper dari Leibniz pada tahun 1682 dimana beliau membuktikan bahwa bukanlah fungsi aljabar dari .[9]

Johann Heinrich Lambert memberikan konjektur bahwa e dan π keduanya merupakan bilangan transendental pada paper bukti bahwa irasional miliknya di tahun 1768, dan mengajukan sketsa bukti tentatif bahwa transendental.[10]

Joseph Liouville adalah orang pertama yang membuktikan kewujudan bilangan transendental pada tahun 1844,[11] dan pada tahun 1851, beliau memberikan contoh pertama dalam bilangan desimal, seperti konstanta Liouville

dimana digit ke- setelah koma desimal adalah 1 jika ( faktorial) untuk suatu bilangan asli , dan 0 untuk digit-digit lainnya.[12] Dengan kata lain, digit ke- dari bilangan ini ialah 1 hanya jika adalah , dst. Liouville berhasil menunjukkan bahwa bilangan ini termasuk ke dalam golongan bilangan yang dapat dihampiri dengan lebih dekat oleh bilangan rasional dibandingkan dengan bilangan irasional aljabar manapun, dan golongan bilangan ini disebut sebagai bilangan Liouville. Liouville berhasil menunjukkan bahwa semua bilangan Liouville merupakan bilangan transendental.[13]

Bilangan pertama yang terbukti transendental tanpa dikonstruksikan secara spesifik dengan tujuan untuk membuktikan kewujudan bilangan transendental ialah e oleh Charles Hermite pada tahun 1873.

Pada tahun 1874, Georg Cantor membuktikan bahwa himpunan semua bilangan aljabar merupakan himpunan terhitung dan himpunan bilangan riil merupakan himpunan takterhitung. Beliau juga memberikan metode baru untuk mengonstruksikan bilangan transendental.[14] Walaupun hal ini sudah diakibatkan dari bukti miliknya mengenai keterhitungan himpunan bilangan aljabar, Cantor juga menerbitkan konstruksi yang membuktikan bahwa bilangan transendental sama banyaknya dengan bilangan riil.[a]

Pada tahun 1882, Ferdinand von Lindemann menerbitkan bukti pertama bahwa transendental.

  1. Beliau membuktikan bahwa merupakan bilangan transendental jika merupakan bilangan aljabar tak nol.
  2. Oleh karena merupakan bilangan aljabar (lihat identitas Euler), maka haruslah transendental.
  3. Mengingat bahwa merupakan bilangan aljabar, maka haruslah bilangan transendental.

Pendekatan ini kemudian diperumum oleh Karl Weierstrass menjadi apa yang dikenal sekarang sebagai teorema Lindemann–Weierstrass. Ketransendentalan mengakibatkan bahwa konstruksi geometris yang hanya melibatkan lukisan jangka dan mistar tidak dapat menghasilkan hasil tertentu, seperti mempersegikan lingkaran.

Pada tahun 1900, David Hilbert mengajukan pertanyaan mengenai bilangan transendental, yang dikenal sebagai masalah ke-7 Hilbert: Jika merupakan bilangan aljabar selain 0 maupun 1, dan merupakan bilangan aljabar irasional, apakah merupakan bilangan transendental? Jawaban afirmatif diberikan pada tahun 1934 oleh teorema Gelfond–Schneider.

Sifat-sifat

  • Setiap bilangan rasional merupakan bilangan aljabar (sebab bilangan merupakan akar dari persamaan polinomial ). Akibatnya, setiap bilangan transendental merupakan bilangan irasional, dengan menggunakan kontraposisi.[16]
  • Himpunan semua polinomial dengan koefisien rasional merupakan himpunan terhitung dan banyak akar dari setiap polinomial tersebut adalah berhingga. Akibatnya, himpunn semua bilangan aljabar juga merupakan himpunan terhitung. Akan tetapi, argumen diagonal Cantor membuktikan bahwa himpunan semua bilangan riil (dan oleh sebab itu, himpunan semua bilangan kompleks) merupakan himpunan takterhitung. Oleh karena himpunan bilangan riil merupakan gabungan dari himpunan bilangan aljabar dan himpunan bilangan transendental, maka mustahil bagi kedua himpunan bagian tersebut untuk sama-sama berstatus sebagai himpunan terhitung. Hal ini mengakibatkan bahwa himpunan bilangan transendental merupakan himpunan takterhitung.
  • Menyubstitusikan suatu nilai transendental ke fungsi aljabar dengan variabel tunggal akan menghasilkan nilai yang transendental. Misalnya, berdasarkan informasi bahwa merupakan bilangan transendental, maka dapat disimpulkan bahwa , , , , dan juga merupakan bilangan transendental.
    • Akan tetapi, fungsi aljabar dengan multivariabel mungkin saja menghasilkan bilangan aljabar saat variabelnya bernilai transendental dan tidak bebas aljabar. Misalnya, bilangan dan sama-sama merupakan bilangan aljabar, namun jelas tidak.
  • Semua bilangan Liouville merupakan bilangan transendental, namun tidak sebaliknya.

Bilangan yang terbukti transendental

Terdapat beberapa bilangan yang terbukti sebagai bilangan transendental, diantaranya yaitu:

Konjektur bilangan transendental

  • Banyak kombinasi yang tak trivial dari dua (atau lebih) bilangan transendental yang belum diketahui transendental atau bahkan irasional: , , , , , , . Kebenaran atas konjektur Schanuel akan mengakibatkan semua bilangan di atas bersifat transendental dan bebas aljabar.[24]
  • Konstanta Euler–Mascheroni : Pada tahun 2010, telah ditunjukkan bahwa daftar takhingga dari konstanta Euler–Lehmer (termasuk ) memuat paling banyak satu bilangan aljabar.[25][26] Pada tahun 2012, telah ditunjukkan bahwa setidaknya salah satu dari dan konstanta Gompertz merupakan bilangan transendental.[27]
  • Nilai dari fungsi zeta Riemann untuk bilangan ganjil
    • Termasuk konstanta Apéry , yang diketahui merupakan bilangan irasional. Untuk bilangan lain , , , , informasi keirasionalannya bahkan belum diketahui.
  • Nilai dari fungsi beta Dirichlet untuk bilangan genap
  • Nilai dari fungsi Gamma untuk dan bilangan asli belum diketahui irasional, apalagi transendental.[29][30]

Bukti untuk bilangan spesifik

Bukti bahwa e transendental

Bukti pertama yang menyatakan bahwa basis dari logaritma alami (yaitu ) merupakan bilangan transendental berasal dari tahun 1873. Dalam artikel ini, akan digunakan strategi dari David Hilbert (1862–1943) yang menyederhanakan bukti orisinal dari Charles Hermite. Gagasannya ialah sebagai berikut:

Asumsikan bahwa merupakan bilangan aljabar, dengan tujuan untuk mencari kontradiksi. Artinya, merupakan akar dari suatu polinomial minimal yang berderajat . Secara simbolis, maka terdapat suatu sedemikian sehingga dengan .

Lema 1 — Koefisien .

Bukti —

Akan dibuktikan bahwa menggunakan kontradiksi.

Andaikan , maka dengan mengingat bahwa , didapatkan yang berarti bahwa merupakan akar dari polinomial . Akan tetapi, hal ini mustahil terjadi, sebab diasumsikan bahwa polinomial merupakan polinomial minimum. Akibatnya, asumsi di awal (bahwa koefisien ) bernilai salah, sehingga dapat disimpulkan bahwa .

Informasi bilangan bulat dari koefisien-koefisien ini sulit untuk dimanfaatkan ketika dikalikan dengan perpangkatan dari bilangan irasional , namun perpangkatan tersebut dapat diserap ke dalam suatu integral yang “sebagian besar” merupakan bilangan bulat. Untuk suatu bilangan bulat , didefinisikan polinomial sehingga diperoleh Perhatikan bahwa persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk dengan

Lema 2 — Untuk nilai yang cukup besar, maka

Bukti —

Berdasarkan definisi dari , maka Perhatikan bahwa dan merupakan fungsi kontinu untuk setiap nilai , sehingga berdasarkan teorema nilai ekstrem, maka dan merupakan fungsi terbatas pada selang . Dengan kata lain, terdapat suatu konstanta sedemikian sehingga Akibatnya, diperoleh dengan merupakan konstanta yang tidak bergantung pada , sehingga berlaku Dengan menggunakan definisi limit takhingga dan memilih , maka terbukti bahwa untuk nilai yang cukup besar, nilai dari .

Lema 3 — Untuk setiap bilangan asli , terdapat suatu bilangan asli sedemikian sehingga nilai dari merupakan bilangan bulat tak nol.

Bukti —

Diambil sembarang . Pertama, akan ditunjukkan bahwa merupakan bilangan bulat. Ingat kembali integral fungsi gamma, yaitu yang berlaku untuk setiap bilangan asli . Secara umum,

jika , maka

Persamaan tersebut dapat digunakan untuk mencari nilai eksak dari , sebab setiap suku pada dapat dinyatakan sebagai melalui integral substitusi . Akibatnya,

Perhatikan bahwa merupakan polinomial dengan koefisien bilangan bulat. Dengan kata lain, merupakan kombinasi linier dari perpangkatan dengan koefisien bilangan bulat. Akibatnya, bilangan merupakan kombinasi linier (dengan koefisien bilangan bulat yang sama) dari , sehingga merupakan bilangan bulat.

Berdasarkan definisi dari , maka sehingga didapatkan

Jelas bahwa , , dan merupakan polinomial dalam variabel , sehingga dan juga merupakan polinomial dalam variabel . Perhatikan bahwa

  1. suku dengan pangkat terendah dari ialah (untuk suatu bilangan bulat ). Akibatnya, merupakan kelipatan dari
  2. suku dengan pangkat terendah dari ialah (untuk suatu bilangan bulat ). Akibatnya, merupakan kelipatan dari

Oleh karena habis membagi semua faktorial di atasnya (yaitu , , dst.), maka merupakan kelipatan dari . Dengan kata lain, terbukti bahwa merupakan bilangan bulat.

Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa bukan merupakan kelipatan dari . Untuk sembarang bilangan asli , pilih sebagai sembarang bilangan prima yang lebih dari dan lebih dari . Telah dibuktikan sebelumnya bahwa merupakan kelipatan dari . Akibatnya, sehingga berlaku

Perhatikan bahwa

  1. semua faktor dari merupakan bilangan bulat tak nol yang kurang dari bilangan prima . Akibatnya, bukanlah kelipatan dari .
  2. suku dengan derajat terendah dari polinomial ialah (untuk suatu bilangan bulat ), sehingga merupakan kelipatan dari . Dengan kata lain, .

Berdasarkan kedua informasi di atas, maka nilai dari bukan merupakan kelipatan dari , sehingga jelas tidak mungkin nol.

Dengan memilih nilai yang memenuhi Lema 2 dan Lema 3, maka bilangan super kecil ditambah dengan bilangan bulat tak nol akan sama dengan nol, dan jelas bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi. Oleh karena terjadi kontradiksi, maka asumsi di awal (bahwasanya merupakan pembuat nol dari suatu polinomial dengan koefisien bilangan bulat) bernilai salah, sehingga dapat disimpulkan bahwa bukan bilangan aljabar. Dengan kata lain, terbukti bahwa transendental.

Bukti bahwa π transendental

Strategi serupa (yang berbeda dari pendekatan orisinal dari Lindemann) dapat digunakaan untuk menunjukkan bahwa bilangan π merupakan bilangan transendental. Selain fungsi gamma dan beberapa estimasi seperti pada bukti untuk , fakta mengenai polinomial simetris memiliki peran penting dalam pembuktiannya.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai bukti Ketransendentalan dan , lihat bagian referensi dan pranala luar.

Lihat juga

Sistem bilangan
Bilangan kompleks
Bilangan real
Bilangan rasional
Bilangan bulat
Bilangan asli
Nol: 0
Satu: 1
Bilangan prima
Bilangan komposit
Bilangan bulat negatif
Pecahan
Desimal terhingga
Diadik (biner terhingga)
Desimal berulang
Bilangan irasional
Bilangan irasional aljabar
Bilangan transendental
Bilangan imajiner

Catatan

  1. ^ Cantor mengonstruksikan sebuah korespondensi satu-ke-satu antara himpunan bilangan transendental dengan himpunan bilangan riil. Dalam artikel ini, Cantor hanya menerapkan konstruksi miliknya ke himpunan bilangan irasional.[15]

Referensi

  1. ^ "Bilangan transendental". Pasti (Padanan Istilah). Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Diakses tanggal 16 Agustus 2025.
  2. ^ "The 15 Most Famous Transcendental Numbers - Cliff Pickover" [15 Bilangan Transendental Yang Paling Terkenal - Cliff Pickover]. sprott.physics.wisc.edu (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 23-01-2020.
  3. ^ Shidlovskii, Andrei B. (Juni 2011), Transcendental numbers, Walter de Gruyter, hlm. 1, ISBN 9783110889055
  4. ^ a b Bunday, B. D.; Mulholland, H. (20 Mei 2014). Pure Mathematics for Advanced Level [Matematika Murni untuk Tingkat Lanjut] (dalam bahasa Inggris). Butterworth-Heinemann. ISBN 978-1-4831-0613-7. Diakses tanggal 21 March 2021.
  5. ^ Baker, A. (1964). "On Mahler's classification of transcendental Numbers" [Klasifikasi Mahler mengenai bilangan transendental]. Acta Mathematica. 111: 97–120. doi:10.1007/bf02391010. S2CID 122023355.
  6. ^ Heuer, Nicolaus; Loeh, Clara (1 November 2019). "Transcendental simplicial volumes". arΧiv:1911.06386 [math.GT]. 
  7. ^ "Real number". Encyclopædia Britannica. mathematics (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-11.
  8. ^ "transcendental". Oxford English Dictionary. s.v.
  9. ^ Leibniz, Gerhardt & Pertz 1858, hlm. 97–98; Bourbaki 1994, hlm. 74
  10. ^ Lambert 1768
  11. ^ Kempner 1916
  12. ^ Weisstein, Eric W. "Liouville's Constant". MathWorld.
  13. ^ Liouville 1851
  14. ^ Cantor 1874; Gray 1994
  15. ^ Cantor 1878, hlm. 254
  16. ^ Hardy 1979
  17. ^ Weisstein, Eric W. "Transcendental Number". mathworld.wolfram.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-08-09.
  18. ^ Weisstein, Eric W. "Dottie Number" [Bilangan Dottie]. Wolfram MathWorld. Wolfram Research, Inc. Diakses tanggal 23 Juli 2016.
  19. ^ Mahler 1929; Allouche & Shallit 2003, hlm. 387
  20. ^ Weisstein, Eric W. "Konstanta Kelinci". Wolfram MathWorld (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-08-09.
  21. ^ Allouche, Jean-Paul; Cosnard, Michel (2000), "The Komornik–Loreti constant is transcendental" [Konstanta Komornik–Loreti itu transendental], American Mathematical Monthly (dalam bahasa Inggris), 107 (5): 448–449, doi:10.2307/2695302, JSTOR 2695302, MR 1763399
  22. ^ Duverney, Daniel; Nishioka, Keiji; Nishioka, Kumiko; Shiokawa, Iekata (1997). "Transcendence of Rogers-Ramanujan continued fraction and reciprocal sums of Fibonacci numbers" [Ketransendentalan pecahan berlanjut Rogers-Ramanujan dan timbal-balik dari jumlahan bilangan Fibonacci]. Proceedings of the Japan Academy, Series A, Mathematical Sciences. 73 (7): 140–142. doi:10.3792/pjaa.73.140. ISSN 0386-2194.
  23. ^ Bertrand, Daniel (1997). "Theta functions and transcendence". The Ramanujan Journal. 1 (4): 339–350. doi:10.1023/A:1009749608672. S2CID 118628723.
  24. ^ Waldschmidt, Michel (2021). "Schanuel's Conjecture: algebraic independence of transcendental numbers" [Konjektur Schanuel: Kebebasan aljabar dari bilangan transendental] (PDF) (dalam bahasa Inggris).
  25. ^ Murty, M. Ram; Saradha, N. (01-12-2010). "Euler–Lehmer constants and a conjecture of Erdös" [Konstanta Euler–Lehmer dan konjektur Erdös]. Journal of Number Theory (dalam bahasa Inggris). 130 (12): 2671–2682. doi:10.1016/j.jnt.2010.07.004. ISSN 0022-314X.
  26. ^ Murty, M. Ram; Zaytseva, Anastasia (01-01-2013). "Transcendence of generalized Euler constants" [Ketransendentalan dari perumuman konstanta Euler]. The American Mathematical Monthly (dalam bahasa Inggris). 120 (1): 48–54. doi:10.4169/amer.math.monthly.120.01.048. ISSN 0002-9890. S2CID 20495981.
  27. ^ Rivoal, Tanguy (2012). "On the arithmetic nature of the values of the gamma function, Euler's constant, and Gompertz's constant". Michigan Mathematical Journal (dalam bahasa Inggris). 61 (2): 239–254. doi:10.1307/mmj/1339011525. ISSN 0026-2285.
  28. ^ Rivoal, T.; Zudilin, W. (01-08-2003). "Diophantine properties of numbers related to Catalan's constant" [Sifat Diophantus dari bilangan-bilangan yang berkaitan dengan konstanta Catalan]. Mathematische Annalen (dalam bahasa Inggris). 326 (4): 705–721. doi:10.1007/s00208-003-0420-2. hdl:1959.13/803688. ISSN 1432-1807. S2CID 59328860.
  29. ^ "Mathematical constants" [Konstanta matematis]. Mathematics (general). Cambridge University Press (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 22-09-2022.
  30. ^ Waldschmidt, Michel (2022). "Transcendental Number Theory: recent results and open problems" [Teori Bilangan Transendental: hasil-hasil terbaru dan masalah-masalah terbuka.]. Michel Waldschmidt (dalam bahasa Inggris).

Sumber

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya