Mazmur ini menggambarkan jenis hati yang harus dimiliki oleh seorang raja Israel jikalau Ia ingin memerintah sesuai dengan kehendak Allah. Sikap-sikap yang terungkap dalam mazmur ini juga mengena kepada orang yang menjadi pemimpin gereja (bandingkan Kisah Para Rasul 20:28; 24:16).[4]
Ayat 2
Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela: Bilakah Engkau datang kepadaku? Aku hendak hidup dalam ketulusan hatiku di dalam rumahku.[5]
Orang percaya yang setia akan memprioritaskan hal menyenangkan Allah di dalam rumah mereka. Kesalehan yang sejati harus pertama-tama diwujudkan dan dikembangkan dalam hubungan keluarga. Maksud dan tujuan seluruh hati kita haruslah untuk mencari Allah di dalam doa, mempelajari Firman Allah, mengadakan kebaktian keluarga, menunjukkan kasih dan perhatian kepada anggota keluarga, hidup tanpa cacat dan memiliki mata yang menolak untuk memandang kejahatan (lihat Mazmur 101:3 berikutnya).[4]
Ayat 3
Tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila; perbuatan murtad aku benci, itu takkan melekat padaku.[6]
Orang fasik menggunakan mata mereka untuk melihat kedursilaan, kefasikan, kekerasan, kekejaman, pornografi, dan bermacam-macam kejahatan lainnya sebagai sarana memuaskan hawa nafsu dan keinginan akan kesenangan yang tak wajar. Melalui televisi, film, video, buku dan majalah, orang dapat memandang bermacam-macam kejahatan. Akan tetapi, orang yang mengabdi kepada Allah dan kebenaran-Nya akan membenci dan menjauhi kejahatan (lihat Mazmur 97:10) dan menjaga kehidupan pribadi dan keluarga mereka dengan tidak menyuguhkan hal-hal yang tidak menyenangkan atau yang mendukakan Roh Kudus (lihat Mazmur 101:2 sebelumnya; Roma 1:32).[4]