Lê Văn Duyệt (1763 atau 1764 – 3 Juli 1832) adalah seorang jenderal Vietnam yang membantu Nguyễn Ánh —kelak Kaisar Gia Long— meredakan pemberontakan Tây Sơn, menyatukan Vietnam dan mendirikan dinasti Nguyễn. Setelah Nguyễn berkuasa pada tahun 1802, Duyệt menjadi seorang mandarin berpangkat tinggi yang menjabat dalam pemerintahan dua kaisar Nguyễn yang pertama, yakni Gia Long dan Minh Mạng.[1]
Terlahir dalam suatu keluarga petani di dekat Tiền Giang, Duyệt kemudian bergabung dengan Pangeran Nguyễn Ánh dalam memerangi pemberontakan Tây Sơn. Karena kemampuannya dalam kemiliteran, Duyệt menapaki kariernya dengan cepat dalam angkatan bersenjata Nguyễn dan menjadi seorang jenderal besar ketika perang Tây Sơn—Nguyễn berakhir. Setelah berdirinya Dinasti Nguyễn, Duyệt menjabat sebagai seorang mandarin berpangkat tinggi dan, kemudian, viceroy dari bagian selatan Vietnam.
Pemerintahannya sangat stabil dan membantu perkembangan wilayah Vietnam selatan, mengubahnya menjadi sebuah daerah yang damai dan makmur.[2] Selain itu, Duyệt menentang naik takhtanya Kaisar Minh Mạng serta membela misionaris dan umat Kristen dari kebijakan-kebijakan Konfusian dan isolasionis sang kaisar.[3] Sikap-sikapnya ini memicu konflik antara Duyệt dengan Minh Mạng dan selanjutnya menyebabkan penistaan atas makam Duyệt, yang mana membuat Lê Văn Khôi (anak angkat Duyệt) melakukan pemberontakan melawan istana. Di kemudian hari, Kaisar Thiệu Trị, penerus Minh Mạng, memulihkan nama baik Duyệt dan memperbaiki makamnya.
Masa kecil
Lê Văn Duyệt lahir pada tahun 1763[1] atau 1764 di Định Tường (Tiền Giang saat ini), sebuah kota provinsi di Delta Mekong, di ujung selatan Vietnam. Orang tuanya adalah petani biasa yang leluhurnya berasal dari Provinsi Quảng Ngãi di Vietnam tengah pada saat perluasan ke arah selatan oleh para Penguasa Nguyễn.[4] Duyệt terlahir dalam suatu keluarga yang miskin, dan ia memelihara kerbau-kerbau selama masa kecilnya. Karena tertarik dengan harapan akan "Selatan Baru", mereka sekeluarga kemudian pindah ke Gia Định.[1]
Pada tahun 1780, Duyệt menjadi seorang kasim[n 1] dari Pangeran Nguyễn Ánh yang saat itu berumur 18 tahun, keponakan dari Penguasa Nguyễn terakhir yang mati terbunuh. Nguyễn Ánh merupakan yang paling senior dalam keluarga tersebut, yang mana berhasil menyelamatkan diri dari pemberontakan tiga bersaudara Tây Sơn yang merebut Vietnam selatan dari Nguyễn pada tahun 1777. Akibatnya Nguyễn Ánh dan beberapa pendukung setianya melarikan diri ke dalam hutan lebat di Delta Mekong, jauh di selatan. Kemudian Nguyễn Ánh menjadikan Duyệt seorang Cai Cơ ("Komandan") para pengawalnya.[6] Mulai tahun 1777 dan seterusnya, perimbangan kekuatan militer antara Tây Sơn dan Nguyễn berubah-ubah, karena masing-masing pihak secara teratur saling melakukan serangan balasan.[7]
Pada tahun 1782, Tây Sơn kembali menyerang Gia Định (kemudian dikenal sebagai Saigon, dan sekarang Kota Ho Chi Minh) dan Nguyễn Ánh terpaksa melarikan diri ke Pulau Phú Quốc dalam pengawalan Duyệt. Peristiwa ini merupakan salah satu dari banyaknya kejadian Gia Định berpindah tangan.[6] Pada tahun 1787 Duyệt mulai mengorganisir dan memerintah unitnya sendiri, serta melakukan sendiri perekrutan para tamtamanya.[8] Tahun 1788 mengawali perubahan angin ke dukungan terhadap pihak Nguyễn setelah Pigneau de Behaine, seorang imamKatolikPrancis yang bersahabat dengan Nguyễn Ánh dengan harapan agar pangeran muda tersebut dapat memperoleh kekuasaan dan memberikan hak-hak istimewa untuk agamanya, merekrut para perwira militer Prancis untuk berperang demi Nguyễn. Pada tahun tersebut, 1788, Nguyễn kembali merebut Gia Định dan tidak pernah melepaskannya lagi.[7] Sejak saat itu Nguyễn Ánh mengubah kota tersebut menjadi sebuah benteng dan pusat kekuasaannya serta mulai memantapkan posisinya di daerah sekitarnya, sebelum menyerang Tây Sơn dengan tujuan menumpas mereka.[9]
Pada tahun 1789, Nguyễn Ánh menjadikan Duyệt seorang jenderal. Sejak saat itu Duyệt mendampingi tuannya dalam banyak operasi militer melawan Tây Sơn. Peperangan yang berkelanjutan terus terjadi, kebanyakan berpusat di dekat Nha Trang dan Qui Nhơn di pesisir tengah selatan, di mana Nguyễn mengepung kubu pertahanan Tây Sơn.[10] Pada tahun 1801 Duyệt meraih kemenangan dalam pertempuran maritim di Thị Nại, yang mana merupakan suatu titik balik peperangan dan menandakan kejatuhan sepenuhnya pihak Tây Sơn. Pada tahun yang sama, Tong Viet Phuc, seorang kolega dekatnya, terbunuh oleh Tây Sơn dalam suatu pertempuran, sehingga membuat Duyệt mengalami "suatu amarah yang hampir membuatnya gila" dan mulai membunuh setiap prajurit musuh yang ia temui, hingga menyebabkan Nguyễn Ánh menegurnya.[11] Tak lama kemudian Nguyễn Ánh memanfaatkan tidak adanya sebagian besar tentara Tây Sơn, yang sedang berusaha untuk merebut kembali Quy Nhon, untuk memimpin pasukannya dalam suatu serangan di Phú Xuân, ibu kota Tây Sơn. Namun Nguyễn menghadapi perlawanan keras dari pasukan Tây Sơn di sekitar gerbang laut Tu Dung, pintu masuk ke kubu kota Phú Xuân.[12] Menyadari bahwa pasukannya tidak dapat menembus pertahanan melalui serangan frontal, Nguyễn Ánh memerintahkan Duyệt untuk memimpin satu divisi angkatan laut untuk menyerang kompleks pertahanan Tây Sơn dari belakang.[13] Lê Văn Duyệt dan wakilnya Le Chat berhasil mengalahkan pasukan Tây Sơn dan menyebabkan panglima mereka, Pangeran Nguyen Van Tri, melarikan diri. Hal ini membuka jalan bagi Nguyễn untuk menyerbu kubu kota Phú Xuân.[13]
Pada tahun 1802, Nguyễn Ánh, yang menyatakan dirinya sebagai Kaisar Gia Long setelah merebut Phú Xuân (Huế), mengangkat Duyệt ke posisi Khâm Sai Chưởng Tả Quân Dinh Bình Tây Tướng Quân (Jenderal Besar Divisi Kiri Raja, Jenderal Pengamanan Tây Sơn) dan memerintahkannya untuk menyerang Vietnam selatan yang dikuasai Tây Sơn. Pada bulan Oktober 1802, Duyệt merebut bagian utara wilayah tersebut, dan mengganti namanya dari Bắc Hà ("Sungai Utara") menjadi Bắc Thành ("Kubu Kota Utara") sehingga menandai kemenangan akhir Nguyễn atas Tây Sơn.[8][14]
Strategi Duyệt, bersama dengan teknologi dan taktik militer Prancis yang direkrut oleh Pigneau, memainkan peran penting dalam keberhasilan Nguyễn Ánh dan pendirian Dinasti Nguyễn.[7]
Mandarin dari Dinasti Nguyễn
Dari tahun 1802 sampai 1812, Duyệt menjabat sebagai seorang jenderal berpangkat tinggi di Huế, ibu kota kekaisaran baru, di Annam (Vietnam tengah). Pada tahun 1812, Kaisar Gia Long menetapkan Duyệt sebagai viceroyGia Định. Saat itu viceroy Gia Định memiliki yurisdiksi tidak hanya atas Cochinchina (Vietnam selatan), tetapi juga atas Kamboja.[n 2]
Jabatan viceroy memiliki kekuasaan yang signifikan; meskipun tidak ada gambaran tepat mengenai tanggung jawab pemimpin Gia Định hingga saat ini, hak-haknya meliputi kuasa "... untuk memutuskan perkara hukum; dan untuk mengangkat serta memberhentikan para pejabat seturut kehendaknya sendiri. Sudah cukup dengan hanya melapor ke istana setelah bertindak atas kebijakannya sendiri."[16] Gia Long mempercayai Duyệt dan orang-orang selatan sesamanya; semua deputi terkemuka sang viceroy adalah para penduduk setempat yang besar di sana, sedangkan banyak di antara mereka yang memerintah wilayah utara tidak demikian. Hal ini memungkinkan Duyệt dan kelompoknya untuk mengembangkan suatu basis dukungan yang kuat dengan masyarakat, dan memberi mereka martabat lebih untuk memimpin.[17] Ia juga berusaha untuk memperluas basis dukungan bagi Nguyễn di selatan dengan mengangkat para mantan pemberontak dan bandit serta para pengungsi dari Tiongkok yang baru tiba, yang melarikan diri dari tanah air mereka setelah jatuhnya Dinasti Ming, untuk menduduki pos-pos administratif jika mereka memenuhi syarat; serta mendorong partisipasi dan integrasi mereka ke dalam masyarakat.[18][19] Berdasarkan sistem pada masa tersebut, para gubernur militer seperti Duyệt dipindah ke posisi yang berbeda-beda bersama dengan masing-masing unit yang mereka perintah selama bertahun-tahun, sehingga ia dapat mengandalkan kesetiaan mereka.[15]
Pada tahun 1812, seorang adik laki-laki Ang Chan (Raja Kamboja) yang didukung Siam, bangkit dan merebut takhta sehingga menyebabkan sang raja melarikan diri ke Gia Định. Kemudian tahun 2013 Duyệt, atas persetujuan Gia Long, memasuki Kamboja dengan membawa pasukan yang terdiri dari 10.000 tentara dan memaksa pasukan Siam untuk mundur. Ia memulihkan takhta Ang Chan dan membangun dua kubu kota, Nam Vang dan La Liem,[n 3] di wilayah Kamboja untuk mempertahankan yurisdiksi Vietnam atas bangsa tersebut, yang mana secara resmi dibuat sebagai protektorat, sehingga meningkatkan prestise Duyệt.[15][20] Selain itu, pemerintahan dalam negeri Duyệt efektif dan membuat kestabilan wilayah selatan, sehingga rakyat menjulukinya Cọp Gấm Đồng Nai ("Harimau Putih dari Đồng Nai").[21] Sebagai mandarin yang paling dipercaya Gia Long, Duyệt sering bertindak sebagai penghubung antara sang kaisar dengan para delegasi pemerintah dan pedagang Eropa yang mengunjungi Vietnam.[22] Dalam upayanya untuk membeli senjata, pada awal tahun 1820-an Duyệt mengirim delegasi untuk mencari para pejabat Britania, tetapi rombongan tersebut tersesat dalam badai dan ditangkap di Birma. Duyệt tetaplah seorang penganjur kebijakan luar negeri yang mendukung perang, meskipun protektorat atas Kamboja telah mapan. Ia menganjurkan suatu aliansi dengan Birma untuk melawan Siam, dan mengungkapkan keyakinannya bahwa Vietnam dapat mengalahkan Siam dan mendominasi Asia Tenggara.[23]
Pada tahun 1815 Kaisar Gia Long memanggil Duyệt kembali untuk menumpas pemberontakan yang meluas di Vietnam tengah.[24] Pada tahun 1819 Duyệt berada di Nghệ An dan Thanh Hóa di Vietnam utara untuk memadamkan pemberontakan demi Gia Long. Selama masa ini, ia menggabungkan kekuatan dengan seorang mantan pimpinan pemberontak dari sekelompok minoritas di dataran tinggi di Cao Bằng. Orang ini diangkat anak oleh Duyệt dengan nama Lê Văn Khôi, dan anak buahnya juga ikut ke istana.[8] Lalu Khôi langsung diangkat menduduki jabatan tinggi di Gia Định.[15] Selama empat tahun terakhir pemerintahan Gia Long, Duyệt naik hingga tingkatan tertinggi dalam istana; ia dan Pham Dang Hung, orang selatan lainnya, adalah satu-satunya pengikut yang masih ada setelah sang kaisar meninggal. Gia Long memutuskan bahwa Duyệt memegang kendali atas lima resimen kekaisaran.[25]
Setelah mengamankan Vietnam tengah, Duyệt diangkat kembali menjadi viceroy Kamboja dan Vietnam Selatan pada tahun 1820 oleh Kaisar Minh Mạng, penerus Gia Long.[24] Kaisar tersebut lebih meningkatkan kekuasaan Duyệt dengan memberinya kuasa untuk mengawasi semua perdagangan luar negeri yang masuk ke wilayahnya, serta menarik pajak di Kamboja dan pada ekspor-impor seturut kebijakannya. Hal ini memberikan Duyệt kendali atas sumber daya ekonomi secara luas dalam wilayah pertanian yang subur dan kaya akan kayu hasil hutan, dan yang terpenting, pengembangan lahan. Wilayah selatan tersebut saat itu hanya dihuni oleh etnis Vietnam selama beberapa abad terakhir; imigrasi, pembukaan dan pengembangan lahan kemudian berlangsung dengan pesat.[16]
Pada awal periode keduanya sebagai viceroy, Duyệt menumpas pemberontakanorang Khmer setempat dan mendapat 10.000 wajib pajak baru, sehingga menghasilkan satu sumber pendapatan baru bagi istana. Ia mengawal renovasi Kanal Vĩnh Tế, sebuah terusan yang penting di Vietnam selatan. Selain itu Duyệt berhasil mengatasi kerusuhan dan aktivitas kriminal, serta meningkatkan perdagangan luar negeri di Kamboja dan Vietnam selatan.[24][26] Karya-karya Duyệt menciptakan kestabilan dan perkembangan Vietnam selatan, mengubahnya menjadi daerah yang damai dan makmur.[27] Sebagai pengakuan atas pelayanan Duyệt, Minh Mạng memberikan penghargaan kepada Duyệt sebuah sabuk yang terbuat dari batu giok — sebuah hadiah bergengsi dalam sistem Konfusian yang biasanya diberikan kepada seorang kaisar sebagai upeti, atau seorang penguasa kepada pejabatnya atas suatu pelayanan luar biasa — dan mempertunangkan seorang putri kepada anak angkat Duyệt untuk menjadi istrinya.[25]
Duyệt juga terlibat dalam intrik di kalangan internal istana. Ia menjadi terlibat dalam persaingan sengit dengan Jenderal Nguyễn Văn Thành, viceroy Vietnam utara dan panglima Divisi Pusat; Thành adalah seorang jenderal terkemuka lainnya dari Gia Long.[8] Dalam perselisihan ini Duyệt dibantu oleh Nguyen Huu Nghi, yang pernah menjadi seorang kepercayaan Thành sebelum meninggalkannya. Belakangan, seorang prajurit Thành yang lain ketahuan sedang berbaur dalam kamp militer Duyệt dan tertangkap. Duyệt mengklaim bahwa orang tersebut mengaku dikirim oleh Thành untuk membunuhnya.[8]
Di lain pihak, Duyệt adalah mandarin yang mendakwa istri dari mantan Putra Mahkota Cảnh atas tuduhan melakukan hubungan sedarah dengan putra tertuanya, dan kemudian melakukan eksekusi dengan menenggelamkan sang ibu pada tahun 1824. Tindakan Duyệt secara efektif mengakhiri klaim atas singgasana Vietnam oleh keturunan Pangeran Cảnh.[25] Namun suatu laporan mengatakan bahwa Minh Mạng sebelumnya telah memperoleh informasi dari pihak lain mengenai hubungan gelap tersebut. Choi Byung Wook, seorang sejarawan Korea, menggambarkan peristiwa ini sebagai suatu "peristiwa paling dramatis yang melukiskan kesetiaan Lê Văn Duyệt kepada Minh Mạng".[25]
Konflik dengan Minh Mạng
Ada banyak ketegangan antara Duyệt dan Minh Mạng. Meskipun Gia Long telah memperoleh dukungan Eropa untuk mengklaim takhtanya dan mengizinkan para misionaris untuk berkarya di Vietnam sebagai rasa terima kasihnya kepada Pigneau,[28] ia menjalankan pemerintahan Konfusian klasik. Ia juga mengungkapkan kekecewaannya perihal kecaman Katolik atas tradisi pemujaan leluhur mereka, suatu prinsip dasar dari budaya Vietnam; Putra Mahkota Cảnh telah dikonversi oleh Pigneau dan sesudahnya menolak untuk sujud atau membungkukkan diri kepada leluhurnya, tetapi malah menodai sebuah kuil dengan kotoran.[29]
Ketika Putra Mahkota Cảnh meninggal dunia karena penyakit cacar selama masa perang melawan Tây Sơn, maka putra dari Cảnh dianggap akan menggantikan Gia Long; tetapi pada tahun 1816 Nguyễn Phúc Đảm, putra dari istri kedua Gia Long, diangkat sebagai penggantinya.[30] Gia Long memilihnya karena karakternya yang kuat dan keengganannya yang sangat konservatif terhadap Dunia Barat, sebaliknya garis keturunan Cảnh telah memeluk agama Katolik dan menjauhi tradisi Konfusian seperti pemujaan leluhur.[31] Gia Long mengatakan kepada putranya untuk memperlakukan orang-orang Eropa — khususnya Prancis — dengan hormat, tetapi tidak untuk memberikan mereka posisi apapun yang dominan.[30]
Minh Mạng tidak menyukai Duyệt karena ia adalah salah seorang mandarin berpangkat tinggi yang menentang rencana suksesi Gia Long.[32] Duyệt dan banyak dari sejawatnya di selatan cenderung berada dalam posisi yang menguntungkan Kekristenan, dan mendukung keturunan Nguyễn Phúc Cảnh agar dapat naik takhta. Sebagai akibatnya, Duyệt sangat dihormati oleh komunitas Katolik.[33] Sejarawan Mark McLeod mengatakan bahwa, "Sebagai kepala sebuah wilayah yang menikmati otonomi yang cukup besar, Lê Văn Duyệt memiliki alasan yang baik untuk memilih supaya kekaisaran tersebut setelah kematian Gia Long diperintah oleh seorang penguasa yang lunak atau belum dewasa."[33] Menurut McLeod, karena Duyệt bukan berasal dari latar belakang ningrat berpendidikan dan tidak memiliki pendidikan Konfusian klasik, ia tidak memberi penekanan besar pada tradisi dan lebih peduli dengan kebutuhan militer; sebagai akibatnya, ia lebih tertarik dalam memelihara hubungan erat dengan orang-orang Eropa agar ia dapat memperoleh senjata dari mereka, daripada mengkhawatirkan mengenai implikasi sosial dari Westernisasi.[33] Ada juga spekulasi bahwa Gia Long mengkhawatirkan ahli waris Cảnh yang saat itu berumur 18 tahun masih terlalu muda dan bisa saja dimanipulasi, dan bahwa ia akan melupakan akar Ketimurannya, sedangkan Minh Mạng yang lebih dewasa (saat itu berumur 26 tahun) tidak akan melakukannya.[33] Gian Long menyadari kenyataan bahwa klerus Katolik menentang naik takhtanya Minh Mạng.[33]
Minh Mạng mulai melakukan berbagai pembatasan pada agama Katolik.[34] Ia memberlakukan "maklumat larangan atas agama Katolik" dan mengecam Kekristenan sebagai suatu "doktrin heterodoks".[34] Ia memandang umat Katolik sebagai salah satu sumber yang dapat mengakibatkan perpecahan,[34] terutama karena para misionaris berdatangan di Vietnam dalam jumlah yang terus meningkat.[35]
Karena peran Barat dalam perang antara Nguyễn dan Tây Sơn, serta peran Pigneau dalam memperoleh bantuan Eropa, Duyệt melindungi orang-orang Barat dan mereka yang konversi ke Katolik dari kebijakan-kebijakan Konfusian dan isolasionis Minh Mạng dengan tidak mematuhi perintah-perintah sang kaisar.[36] Dalam membela umat Kristen, Duyệt menulis surat kepada Ming Mạng, "Kita masih memiliki di antara gigi kita nasi yang diberikan para misionaris kepada kita ketika kita mengalami kelaparan."[37] Hal ini merupakan tanggapan atas suatu maklumat kekaisaran yang memerintahkan para misionaris untuk meninggalkan daerah operasi mereka dan pindah ke ibu kota kekaisaran, seolah-olah karena istana membutuhkan para penerjemah, namun pada kenyataannya untuk menghentikan mereka menyebarkan ajaran agama.[38] Sementara para pejabat pemerintah di Vietnam utara dan tengah mematuhinya, Duyệt tidak menaati perintah tersebut dan Minh Mạng terpaksa menunggu waktu yang tepat.[38] Selama masa itu, umat Kristen di selatan masih secara terbuka menunjukkan identitas mereka dan mempraktikkan keyakinan mereka tanpa menghadapi kendala apapun dari para pejabat setempat.[39] Choi mengatakan bahwa, "Dari sudut pandang Minh Mạng dan anak buahnya, tanah Gia Định benar-benar terlindung oleh pamor Lê Văn Duyệt."[39]
Kebijakan Duyệt terhadap para penjahat dan mantan pemberontak juga memicu konflik dengan Minh Mạng. Pada awal abad ke-19, tahun-tahun awal Dinasti Nguyễn diganggu dengan berbagai pemberontakan gencar, terutama di Vietnam tengah dan utara. Hal ini mengakibatkan ditangkapnya sejumlah besar pemberontak, bersama dengan penjahat biasa. Orang-orang tersebut umumnya diasingkan ke bagian yang berlawanan dari negara tersebut, sehingga sejumlah besarnya berakhir di Vietnam selatan. Di antara mereka termasuk banyak mantan pemberontak yang terhindar dari hukuman mati setelah dikalahkan oleh Duyệt di Vietnam tengah dan selatan selama operasi pengamanan yang dilakukannya pada akhir tahun 1810-an, dan telah bersumpah setia secara pribadi kepada sang jenderal.[40] Orang-orang tersebut dikirim ke selatan bersama dengan istri dan anak mereka untuk memindahkan mereka dari daerah-daerah yang berpotensi terjadi pemberontakan dan untuk menghukum mereka, tetapi tujuan lainnya adalah memulai koloni-koloni miter untuk membantu perkembangan Vietnam selatan, yang baru belakangan diambil alih oleh etnis Vietnam.[41] Para narapidana diberikan peralatan untuk bekerja di lahan tersebut dan beberapa kemudian diampuni.[41] Duyệt dan Gia Long mempekerjakan para pejabat Tây Sơn yang menyerah di berbagai posisi otoritas, dan kebijakan ini terus berlanjut karena kurangnya tenaga kerja sampai Minh Mạng berkuasa. Duyệt ingin melanjutkan kebijakan ini dan menulis surat kepada Minh Mạng untuk minta izin, tetapi ditolak. Kaisar tersebut menjawab bahwa kebijakan seperti itu adalah "seperti melepaskan seekor monyet supaya dapat memanjat pohon".[42] Bagi Minh Mạng, penempatan para mantan narapidana dan pemberontak dalam posisi-posisi kekuasaan bertentangan dengan sistem keteraturan Konfusian dan merusak kehormatan negara, sementara Duyệt hanya mementingkan kepraktisannya.[43]
Selama tahun 1820-an, Duyệt terus meningkatkan hubungan dengan masyarakat Tionghoa pendatang yang telah menetap di Vietnam dalam jumlah besar sehingga membawanya dalam konflik dengan Minh Mạng. Jenderal tersebut mengadopsi seorang pedagang imigran Tionghoa sebagai putranya dan memberinya berbagai keistimewaan, misalnya mengangkatnya ke posisi pada badan yang mengatur perdagangan. Shimao, seorang sejarawan Jepang, menyimpulkan bahwa Duyệt dan kelompoknya diberi hadiah dan penghargaan berupa uang oleh para pedagang Tionghoa sebagai imbalan atas perlakuan yang menguntungkan dari para pejabat pemerintah.[44] Diperlihatkan juga kalau salah seorang anak buah Duyệt itu sendiri adalah juga seorang pengusaha yang memiliki seorang agen Tiongkok.[45] Pada saat itu Vietnam selatan memproduksi beras dalam jumlah berlimpah namun ekspor dilarang oleh Minh Mạng; bagaimanapun harga beras di Vietnam, yang mana lebih rendah dibandingkan dengan di luar negeri, terus naik sebesar 50–100% di berbagai belahan negara tersebut selama lima tahun.[46][47] Sementara itu, pasokan opium terus meningkat. Ada anggapan bahwa para pedagang Tionghoa, yang mana dilindungi oleh Duyệt, melakukan ekspor beras secara ilegal dengan harga lebih tinggi, dan kemudian membawa pulang opium selama perjalanan mereka kembali bersama dengan para imigran baru.[46] Pada pihaknya, sang jenderal tidak setuju dengan pandangan yang dipegang oleh kaisar, dan mengatakan bahwa masyarakat dari kedua ras terlibat dalam perdagangan ilegal, serta menyalahkan kecanduan pribadi para imigran yang datang, ketimbang para pedagang Tionghoa, yang membawa opium tersebut.[45] Sejarawan Nola Cooke mengatakan bahwa sudut pandang Duyệt lebih masuk akal dan ia memperkirakan bahwa sikap sang kaisar lebih karena rasa takut akan konsekuensi dari pengaruh orang-orang Tionghoa yang tidak proporsional di negara tersebut, bukannya kenyataan dari perdagangan ilegal.[45] Duyệt ingin memberikan lebih banyak lagi keringanan pajak kepada para imigran Tionghoa yang baru datang, yang dianggap miskin, untuk mendorong imigrasi dan mempercepat pembangunan daerah tersebut. Di sisi lain, sang kaisar merasa skeptis dengan alasan bahwa adalah hal yang sulit untuk menentukan siapa yang benar-benar membutuhkannya dan sistem konsesi tersebut berpotensi tidak adil.[45][48] Namun demikian Duyệt tidak mematuhi Minh Mạng dan konsesi pajak diberikan. Karena keterlibatan mereka dalam ekspor beras ilegal dan impor opium, pada tahun 1827 Minh Mạng berusaha untuk melarang orang-orang Tionghoa tersebut dari keterlibatan dalam perdagangan laut.[45] Akan tetapi hal ini dengan mudah dihindari oleh para pedagang itu, di mana mereka memanfaatkan hubungannya dengan Duyệt dan melakukan kecurangan dalam pendaftaran, sering kali dengan penggunaan nama Vietnam dari istri mereka.[45][49] Minh Mạng telah berhasil mengambil tindakan keras atas kecurangan dalam perdagangan laut sebelum Duyệt meninggal dunia[49]
Untuk sementara waktu sosok dan sikap Duyệt di wilayah selatan memaksa Minh Mạng untuk melunakkan kebijakan-kebijakannya dan mengizinkan pewartaan para misionaris Kristen. Namun tetap saja ketegangan di antara keduanya meningkat, dan Minh Mạng sudah tidak sabar ingin melakukan pembatasan terhadap otonomi yang diberikan ayahnya kepada Duyệt dan orang-orang selatan. Kaisar tersebut secara perlahan mulai menurunkan kembali kekuatan militer mereka,[50] dalam suatu upaya untuk melemahkan basis kekuatan Duyệt dengan secara bertahap memindahkan para ajudan sang jenderal.[51]
Pada tahun 1821, Minh Mạng mengirimkan dua ajudannya dari Vietnam tengah untuk bertugas sebagai pejabat pendidikan di selatan. Salah satu tujuannya adalah agar mereka mengawasi sistem pendidikan dan proses pemeriksaan kekaisaran, yang akan memungkinkan mereka untuk menentukan siapa saja yang akan bertugas dalam pemerintahan sebagai para mandarin dan karenanya mengisi jajaran selatan dengan orang-orang pilihan istana. Namun upaya mereka terhambat atau dicegah oleh para pejabat Duyệt, dan mereka kembali ke ibu kota dua tahun kemudian dengan kegagalan.[52] Pada tahun 1823, Tran Nhat Vinh, salah seorang bawahan terdekat Duyệt, didakwa oleh seorang penjabat Minh Mạng dari Huế, yang menuduhnya melakukan perdagangan beras di pasar gelap dan mengoperasikan sebuah rumah bordil.[51] Duyệt menghentikan proses hukum dan dengan marah mencoba untuk membalasnya;[51] ia berseru kepada kaisar agar mengeksekusi pejabat yang membuat tuduhan itu.[53] Peristiwa ini berakhir dengan kebuntuan, namun beberapa tahun kemudian Vinh dipindahkan ke Vietnam utara dan kemudian dipenjarakan, sementara Duyệt tidak mampu berbuat apa-apa dari selatan; posisi Vinh diambil oleh salah seorang anak buah kaisar.[53] Pada tahun 1826, Duyệt menolak pemindahan seorang pejabat daerah oleh istana, sehingga sang kaisar mengkritiknya melalui suatu pengumuman yang menyatakan bahwa penunjukkan pejabat istana berada di bawah wewenang Huế. Tahun berikutnya Duyệt mengeksekusi para penjahat yang dinyatakan bersalah tanpa memberitahu ibu kota, sehingga sang kaisar mengkritiknya lagi, katanya, "otoritas tertinggi untuk memutuskan masalah hidup dan mati adalah milik istana."[54]
Pada tahun 1829, Duyệt mengalami pukulan lainnya ketika Nguyễn Văn Thoại, seorang sekutu yang ditunjuknya untuk mengelola Kamboja, meninggal dunia. Jenderal tersebut mencalonkan bawahannya yang lain untuk menggantikan koleganya, yaitu Nguyen Van Xuan, tetapi Minh Mạng menolaknya dan sebagai gantinya mengangkat salah seorang mandarinnya, Bui Minh Duc, untuk pos tersebut. Meskipun Minh Mạng secara resmi meminta Duc untuk bekerja sama dengan Duyệt, kaisar tersebut lalu mengangkat Duc ke pos Menteri Dewan Perang, sehingga menempatkannya di atas Duyệt dalam rantai komando dan secara efektif membuat sang jenderal tidak berarti dalam kaitannya dengan pengelolaan protektorat tersebut.[53] Pada tahun 1831, tepat sebelum kematian Duyệt, Minh Mạng mulai membubarkan infrastruktur militernya dan mengirim satuan-satuan anggotanya ke bagian-bagian lain Vietnam; Minh Mạng juga mengirim seorang jenderal loyalis, Nguyen Van Khue, ke Gia Định untuk melemahkan kekuasaan sang viceroy. Selain itu tidak ada satu pun laporan pemerintah dapat disetujui secara resmi dan dikirim ke ibu kota sebelum ditandatangani oleh para pejabat sipil yang dikirimkan ke selatan oleh kaisar tersebut. Semua pergerakan yang melemahkan otonomi selatan ini secara bertahap meningkatkan sentimen kedaerahan dan kebencian di kalangan penduduk setempat.[55]
Kehidupan pribadi dan keluarga
Lê Văn Duyệt memiliki seorang istri yang bernama Đỗ Thị Phận. Selain Lê Văn Khôi, Duyệt memiliki anak angkat lain yang bernama Lê Văn Yen yang beristrikan Puteri Ngoc Nghien, salah seorang anak perempuan Gia Long.[24]
Secara umum Duyệt dideskripsikan sebagai seorang yang keras, bertemperamen tinggi, tetapi adil, sehingga membuatnya ditakuti dan dihormati oleh masyarakat.[56] Banyak perwira militer dan birokrat tingkat rendah yang segan untuk berbicara dengannya secara langsung, sebagaimana juga beberapa pejabat tinggi.[11] Beberapa catatan kemudian menggambarkan cara-caranya yang keras dalam suatu sudut pandang yang lebih negatif. Menurut Phan Thuc Truc, seorang pejabat kekaisaran di kemudian hari, Duyệt terkadang melakukan pukulan mematikan pada anjing-anjing dan memenggal kepala pejabat-pejabat senior setempat tanpa alasan apa pun.[11] Duyệt juga dianggap sebagai seorang eksentrik; ia mengangkat 30 orang dari suku di dataran tinggi sebagai pelayan, memelihara 100 ayam dan 100 anjing di rumahnya. Setiap kali ia kembali ke rumah dinasnya setelah suatu penugasan, ia memerintahkan seekor harimau dan 50 anjing untuk berbaris di belakangnya.[57] Pada tahun 1825, Michel-Duc Chaigneau, keponakan dari Jean-Baptiste Chaigneau (mandarin militer Gia Long dari Prancis), mengunjungi Gia Định dalam suatu misi pemerintah dan mengatakan bahwa Duyệt "memiliki bakat yang luar biasa baik dalam pertempuran maupun adminstrasi. Rakyat takut padanya, namun ia sungguh dicintai oleh rakyat karena ia adil."[57]
Ia juga dikenal karena kecintaannya akan sabung ayam, hát bội (opera klasik Vietnam), dan tari istana, yang mana semuanya populer di kalangan masyarakat Vietnam selatan pada umumnya.[58] Kabarnya ia menyampaikan suatu pidato panjang yang memuji sabung ayam, dengan cara bercanda, di hadapan Kaisar Gia Long dan terkadang memukul sendiri genderang pada pementasan hát bội untuk memberi semangat kepada para aktor dan aktrisnya.[56][59] Ia juga dikenal memiliki perlindungan dari roh-roh para dewi yang dihormati secara umum oleh orang-orang selatan setempat dalam agama-agama rakyat.[57] Selain itu, Duyệt merupakan instruktur dari tiga formalitas đình, suatu kode etik upacara dan adat istiadat yang meniru ritual-ritual kerajaan.[58]
George Finlayson, seorang perwakilan dari pemerintah Britania yang mengunjungi Gia Định pada tahun 1822, mendeskripsikan Duyệt sebagai seseorang yang senang berpakaian biasa, hampir serupa dengan para petani konstituennya.[57] Finlayson mengatakan bahwa Duyệt "berpenampilan cerdas, dan mungkin dihormati karena aktivitas yang cukup besar baik dari pikiran maupun tubuhnya: wajahnya bulat dan lembut, raut mukanya bergelambir dan berkeriput; ia tidak berjanggut, dan memiliki kemiripan yang cukup besar dengan wanita tua: suaranya juga terdengar melengking dan feminin."[57]
Gaya Duyệt yang tidak formal menyebabkan ia mengalami kesulitan selama pemerintahan Minh Mạng, karena pemerintahan kaisar kedua tersebut lebih berorientasi pada Konfusianisme klasik daripada ayahnya. Para mandarin yang lebih muda menganggap Duyệt dan kelompoknya di selatan sebagai orang-orang yang tidak berbudaya, dan para perwira militer yang lebih tua merasa semakin tidak nyaman di dalam istana seiring berjalannya waktu.[60] Gia Long juga dipandang sebagai seorang yang jujur dan lugas dalam menangani urusan-urusannya, sedangkan Minh Mạng dianggap tidak jelas dalam mengungkapkan pemikirannya kepada para birokratnya.[60] Hal ini dikaitkan dengan ketergantungan Gia Long pada para perwira militer selama masa peperangan, yang mana mengharuskannya untuk berterus terang dan tegas, sedangkan Minh Mạng dibesarkan dalam lingkungan para cendekiawan di istana setelah pendirian Dinasti Nguyễn, dan dianggap sebagai seorang penguasa monarki yang tenang dan senang belajar.[60] Setelah suatu kunjungan ke ibu kota pada tahun 1824, Duyệt merasakan bahwa istana kekaisaran merupakan suatu lingkungan yang tidak nyaman dan menceritakan hal ini kepada seorang koleganya:
Istana merekrut para pejabat sipil dan hendak membuat suatu sistem kekuasaan yang tepat bersama mereka. Kita berdua telah dibesarkan di dunia ini dari suatu latar belakang militer. Kita hanya mengetahui ungkapan secara langsung dan tindakan yang cepat, sehingga terkadang melanggar tata krama atau peraturan resmi. Kita aslinya berbeda dengan mereka. Kita lebih baik melepaskan kedudukan kita ... guna menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan.[60]
Duyệt dan Le Chat, sesama jenderal dari selatan, kemudian mengundurkan diri dari kedudukan mereka, tetapi sang kaisar menolak penawaran mereka. Duyệt menginginkan suatu posisi di ibu kota, namun tidak diberikan karena adanya kecurigaan di kalangan istana bahwa sang jenderal dapat melakukan kudeta kekaisaran, tidak berbeda dengan banyak pemberontakan di masa lalu Vietnam. Duyệt dikirim kembali ke Vietnam selatan, jauh dari kursi kekaisaran.[61]
Kematian dan peninggalan
Pada tanggal 3 Juli1832, Lê Văn Duyệt meninggal dunia di Kubu Kota Saigon dalam usia 68 tahun. Ia dimakamkan di Bình Hòa, Gia Định (sekarang Kota Ho Chi Minh). Makamnya disebut Lăng Ông Bà Chiểu ("Makam Sang Jenderal Besar di Ba Chieu") oleh masyarakat setempat.[62]
Kematian Duyệt membuka jalan bagi Minh Mạng untuk menerapkan kebijakan-kebijakannya di selatan, sebab anak buah sang viceroy tidak lagi memiliki pengaruh yang dapat menentang istana. Kaisar tersebut juga berusaha untuk mengurangi kekuasaan politik para pengikut Duyệt dengan menghapuskan jabatan viceroy dan menempatkan wilayah selatan di bawah kekuasaannya secara langsung, sehingga menjadikan Duyệt sebagai pemegang terakhir jabatan tersebut.[54] Segera setelah kematian Duyệt, orang-orang yang baru ditunjuk Minh Mạng berdatangan dan mengambil alih pemerintahan setempat. Para pejabat baru kemudian melakukan suatu penyelidikan dan melaporkan bahwa Duyệt dan para pembantunya telah terlibat dalam berbagai praktik kotor dan korupsi.[54]
Sebagai akibatnya, Bạch Xuân Nguyên, orang yang memimpin penyelidikan, memerintahkan penghinaan kepada Duyệt secara anumerta. Hal ini menyebabkan penistaan makamnya, eksekusi 16 orang kerabatnya, dan penahanan para koleganya.[54] Perilaku Minh Mạng membuat Lê Văn Khôi, anak angkat Duyệt, meloloskan diri dari penjara dan memulai pemberontakan melawan sang kaisar pada tanggal 10 Mei1833.[63]
Setelah berhasil menahan pemberontakan yang berlangsung selama 3 tahun tersebut, yang mana didukung oleh invasi Siam, dan dengan singkat mengambil kendali atas wilayah selatan, sang kaisar menodai makam Duyệt dan menaruh sebuah prasasti bertuliskan "Đây chỗ tên lại cái lộng quyền Lê Văn Duyệt chịu phép nước" ("Di sini berbaring sang kasim Lê Văn Duyệt yang melawan hukum") di atas reruntuhan makamnya.[64] Makam tersebut tetap dibiarkan rusak sampai masa pemerintahan kaisar berikutnya, Thiệu Trị, yang merehabilitasi Duyệt dan memperbaiki makamnya.[65] Selanjutnya, Kaisar Tự Đức mengubah makam tersebut menjadi monumen nasional.[64]
Setelah pembentukan koloni Cochinchina oleh Prancis, Duyệt tetap dihormati meskipun kebijakan-kebijakan Prancis menanggalkan sistem kekaisaran Vietnam dan adat istiadat ritualnya. Perayaan tahunan untuk mengenang Duyệt dihadiri para politikus dari Cochinchina.[65] Hal ini tetap dibiarkan berlanjut kendati ada suatu legenda di Vietnam selatan yang menceritakan bahwa Duyệt menampakkan diri dalam mimpi Nguyễn Trung Trực, seorang nelayan yang terkenal karena memimpin sepasukan petani untuk melawan kolonisasi Prancis, dan memberi saran kepadanya tentang bagaimana melawan orang-orang asing.[57] Pada tahun 1937, makam Duyệt direnovasi dan diperluas berkat sumbangan dari sejumlah pejabat pemerintah kolonial dan elit bisnis.[65] Di bawah pemerintahan Vietnam Selatan, Duyệt dianggap sebagai seorang pahlawan nasional yang besar dan gambarnya terlihat di uang kertas, sementara jalan-jalan penting dinamakan dengan namanya. Sebaliknya, Duyệt dipandang rendah oleh pemerintahan Partai Komunis Vietnam karena perannya dalam memperluas pengaruh Prancis di Vietnam, sejalan dengan sebutan kaum komunis atas Dinasti Nguyễn sebagai "feodal" dan "reaksioner". Setelah Jatuhnya Saigon pada tahun 1975, makam Duyệt menjadi kumuh karena kurangnya pemeliharaan oleh negara, dan jalan-jalan yang dinamai untuk menghormatinya diberi nama baru.[66][67] Sikap ini tetap tidak berubah sampai tahun 2008, yang mana pemerintah saat itu merenovasi makam Duyệt,[68] dan mengizinkan suatu drama yang menggambarkan kehidupannya dipertunjukkan di depan umum.[69]
Bagaimanapun, Duyệt dipandang secara luas oleh rakyat Vietnam selatan sebagai pahlawan setempat yang terpenting. Choi menjelaskan popularitas Duyệt sebagai berikut: "Tidak peduli apakah mereka orang Vietnam asli atau pemukim Tionghoa, umat Buddhis atau Kristen, penduduk Saigon telah lama memberikan penghormatan secara antusias kepada seorang selatan favorit, pahlawan setempat —Lê Văn Duyệt— yang kuil indahnya terletak di Jalan Dinh Tien Hoang di Distrik Bình Thạnh. Anda tidak akan dapat menemukan suatu tempat lain di Huế ataupun Hanoi di mana penduduknya, terlepas dari latar belakang etnis atau agama, memandang pahlawan setempat mereka dengan penghormatan seperti itu".[70]
Dalam budaya populer
Lê Văn Duyệt, bersama dengan Nguyen Van Truong, Nguyễn Văn Nhơn, Nguyễn Huỳnh Đức, dan Trương Tấn Bửu, (semuanya adalah jenderal-jenderalnya Nguyễn Ánh) disebut Ngũ hổ tướng ("Lima Jenderal Harimau") dalam budaya rakyat Vietnam.[71] Lebih dari itu, biasanya orang menganggap Duyệt sebagai Đức Tả Quân ("Jenderal Besar Divisi Kiri Yang Terhormat"), berikut jabatan Tả Quân ("Jenderal Besar Divisi Kiri Tentara Dinasti Nguyễn") yang dipegang Duyệt selama beberapa waktu.[8] Sekolah Menengah Atas Lê Văn Duyệt di Saigon dinamai dengan menggunakan namanya.[72]
Catatan
Catatan kaki
^Duyệt bukanlah seorang kasim yang sesungguhnya, ia terlahir sebagai seorang hermafrodit.[5]
^Ketika Vietnam jatuh dalam perang saudara selama masa pemberontakan Tây Sơn, Kamboja merupakan daerah taklukan Siam. Setelah pendirian Dinasti Nguyễn, Kamboja menjadi pembayar upeti kepada Vietnam atas permintaan raja Kamboja Ang Chan, dan viceroy Gia Định memiliki yurisdiksi atas Kamboja mewakili para kaisar Nguyễn.[15]
^Nama-nama ini sesuai yang tertulis dalam sumber-sumber berbahasa Vietnam.[20]
Kutipan
^ abc(Inggris) Nghia M. Vo Saigon: A History - Page 46 2011
^(Inggris)Far-sighted sovereigns in Việt Nam Thế Giới Publishers (Hanoi, Vietnam) 2004 Page 64 "Terutama ketika para kesatria terpuji ini Nguyễn Văn Thành dan Lê Văn Duyệt menjadi, berturut-turut, Gubernur Jenderal Bắc Thành dan Gia Định, kewenangan mereka melampaui kendali istana pusat.
"
^(Inggris) Jacob Ramsay Mandarins and Martyrs: The Church and the Nguyen Dynasty Page 61 2008 "Huế mengakui keunggulan misi tersebut dalam jaringan kekuasaan Gia Định, terutama karena keterkaitannya yang erat dengan Lê Văn Duyệt, sebagai bagian dari ancaman umum yang ditimbulkan wilayah terpencil di selatan itu terhadap keutamaan ibu kota."
^(Inggris) Lucy Nguyen-Hong-Nhiem A Dragon Child: Reflections Of A Daughter Of Annam In America 2004 Page 58 "Kami diminta untuk mengevakuasi lingkungan itu dan pergi ke Sekolah Menengah Atas Lê Văn Duyệt."
Referensi
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Le Van Duyet.
(Inggris) Cooke, Nola; Li Tana (2004). Water frontier: commerce and the Chinese in the Lower Mekong Region, 1750–1880. Rowman and Littlefield. ISBN978-0-7425-3083-6.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
(Inggris) Hall, Daniel George Edward (1964). A history of South-east Asia (edisi ke-2). Macmillan.
(Inggris) Huỳnh Minh (2006). Gia Định Xưa (dalam bahasa Vietnamese). Ho Chi Minh City: Văn Hóa-Thông Tin Publishing House.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
(Inggris) Mantienne, Frédéric (October 2003). "The Transfer of Western Military Technology to Vietnam in the Late Eighteenth and Early Nineteenth Centuries: The Case of the Nguyen". Journal of Southeast Asian Studies. 34 (3): pp. 519–534. doi:10.1017/S0022463403000468.Pemeliharaan CS1: Teks tambahan (link)
(Inggris) McLeod, Mark W. (1991). The Vietnamese response to French intervention, 1862–1874. Praeger. ISBN978-0-275-93562-7.
(Inggris) Ngaosīvat, Mayurī; Ngaosyvathn, Pheuiphanh (1998). Paths to conflagration: fifty years of diplomacy and warfare in Laos, Thailand, and Vietnam, 1778–1828. ISBN978-0-87727-723-1.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
(Inggris) Ray, Nick; Dragicevich, Peter; Louis, Regis St. (2007). Vietnam. Lonely Planet. ISBN978-1-74104-306-8.