Seni Romawi

Fresco dari Villa Misteri. Pompeii, 80 SM
Iphigenia in Aulis. Lukisan dinding dari dinding utara Rumah Tragis Penyair, Pompeii

Seni Romawi mengacu pada seni visual yang dibuat di Romawi Kuno dan di wilayah Kekaisaran Romawi. Seni Romawi dibagi menjadi karya arsitektur, lukisan, patung dan mosaik. Benda-benda mewah seperti pengolahan logam, ukiran permata, ukiran gading, dan kaca terkadang dianggap sebagai bentuk kecil dari seni Romawi dalam istilah modern.[1] Patung dianggap sebagai bentuk tertinggi dari seni oleh warga Romawi, tetapi lukisan juga sangat sangat dihargai. Dua bentuk kesenian tersebut mempunyai kemungkinan untuk bertahan hingga saat ini yang sangat berbeda. Patung yang berasal dari abad ke-1 SM masih bertahan hingga sat ini, tetapi sangat sedikit lukisan yang dapat bertahan dengan kualitas yang masih sama seperti pada zaman lukisan dibuat.

Tembikar Romawi Kuno tidak termasuk barang mewah di eranya, tetapi "barang-barang bagus" di terra sigillata dihiasi dengan relief yang mencerminkan selera terbaru, dan mampu membuat masyarakat memiliki benda-benda menarik dengan harga yang terjangkau. Koin Romawi merupakan sarana penting propaganda, dan banyak yang bertahan hingga saat ini.

Sejarah

Kiri: Fresco Romawi dari Pompeii yang menunjukkan Maenad dengan gaun sutera, abad ke-1 M Kanan: Fresco pemuda dari Villa di Arianna, Stabiae, abad ke-1 M. Kiri: Fresco Romawi dari Pompeii yang menunjukkan Maenad dengan gaun sutera, abad ke-1 M Kanan: Fresco pemuda dari Villa di Arianna, Stabiae, abad ke-1 M.
Kiri: Fresco Romawi dari Pompeii yang menunjukkan Maenad dengan gaun sutera, abad ke-1 M
Kanan: Fresco pemuda dari Villa di Arianna, Stabiae, abad ke-1 M.

Walau pandangan tradisional mengenai seniman Romawi Kuno berpendapat bahwa mereka sering meniru dari pendahulunya, Yunani (seperti patung Romawi yang mirip dengan patung Yunani), analisis yang terbaru menunjukkan bahwa seni Romawi sangat kreatif. Seniman Romawi menggabungkan model Yunani dengan kesenian Etruskan, orang asli Italia, dan bahkan Mesir. Eklektisme yang penuh gaya dan penerapan yang lebih praktis menjadi keunggulan dari seni Romawi.

Plinius, sejarawan Romawi Kuno yang termahsyur, mencatat bahwa hampir semua bentuk seni – patung, lanskap, potret lukisan, bahkan genre lukisan – sangatlah maju pada zaman Yunani, dan dalam beberapa kasus, lebih maju daripada di Romawi. Meskipun hanya sedikit yang tersisa dari kesenian dinding dan lukisan Yunani Kuno, tentu patung Yunani dan lukisan vas dapat dikatakan maju. Bentuk kesenian tersebut hampir tidak mungkin disamai oleh seniman Romawi dari segi kehalusan desain atau eksekusi.

Walau demikian, tampaknya seniman Romawi meniru banyak kesenian Yunani Kuno karena perdagangan barang seni dapat mudah dilakukan di seluruh kekaisaran dan banyak warisan seni Yunani yang terbawa ke kesenian Romawi melalui buku-buku dan pengajaran. Risalah kesenian Yunani Kuno yang diketahui telah ada pada zaman Romawi telah hilang.[2] Banyak seniman Romawi yang berasal dari koloni atau provinsi di Yunani.

Persiapan pengorbanan hwan; fragmen dari sebuah relief, kuartal pertama dari abad ke-2 M; dari Roma, Italia

Banyak bentuk-bentuk kesenian dan metode yang digunakan seniman Romawi, seperti relief tinggi dan rendah, patung berdiri, perunggu cetak, vas, mosaik, koin, pengolahan perhiasan dan logam, patung kuburan, gambar perspektif, karikatur, lukisan potret, lukisan pemandangan, arsitektur, dan lukisan trompe l'oeil – dikembangkan atau disempurnakan oleh seniman Yunani Kuno.[3] Salah satu hal yang berbeda adalah patung setengah dada Romawi yang tidak termasuk bahu (bust). Patung seperti itu dikembangkan saat peradaban Etruskan atau Romawi awal.[4] Hampir setiap teknik dan metode artistik yang digunakan oleh seniman era Renaisans 1.900 tahun kemudian berasal dari seniman Yunani Kuno, dengan pengecualian lukisan dengan cat minyak dan gambar perspektif.[5] Ketika seniman Yunani sangat dihormati oleh masyarakat di eranya, seniman Romawi sebagian besar anonim dan dianggap sebagai pedagang. Tidak ada catatan mengenai seniman ahli Romawi dan tidak ada yang menandai karya mereka. Ketika warga Yunani memuja kualitas estetika seni dan banyak menulis tentang teori seni, seni Romawi lebih dekoratif dan menjadi penanda status dan kekayaan, dan bukan subjek pembahasan cendekiawan atau filsuf.[6]

Karena kota-kota Romawi jauh lebih besar dari negara-kota Yunani, seni di Romawi Kuno memilih pendekatan yang lebih utilitarian yang memiliki tujuan lebih dari sekadar alasan estetika. Budaya Romawi berasimilasi dengan banyak budaya dan umumnya toleran terhadap bangsa yang ditaklukkan. Seni Romawi menunjukkan jumlah yang jauh lebih besar, dan memiliki kegunaan yang bervariasi jika dibandingkan dengan zaman Yunani. Warga Romawi yang kaya lebih materialistis; mereka menghiasi dinding mereka dengan seni, menghiasi rumah mereka dengan benda-benda dekoratif, dan memakai perhiasan.

Di era Kristen dari Kekaisaran, dari 350 sampai 500 M, lukisan dinding, mosaik langit-langit dan lantai, dan pahatan kuburan mulai berkembang, sementara patung berukuran besar dan lukisan di panel mulai meredup. Kemungkinan besar hal tersebut terjadi karena alasan agama.[7] Ketika Konstantin memindahkan ibu kota kekaisaran ke Bizantium (berganti nama menjadi Konstantinopel), seni Romawi terpengaruh oleh kesenian di Timur dan menghasilkan gaya Bizantium. Ketika Roma hancur pada abad ke-5, seniman pindah dan bekerja di Konstantinopel. Gereja Hagia Sophia di Konstantinopel dibangun pada akhir era kesenian Romawi di bawah Kaisar Yustinianus (527-565 M) dengan mempekerjakan 10.000 buruh dan pengrajin. Kaisar Yustinianus juga memerintahkan pembuatan mosaik dari Ravenna yang terkenal.[8]

Catatan dan referensi

  1. ^ Toynbee, J. M. C. (December 1971). "Roman Art". The Classical Review. 21 (3): 439–442. doi:10.1017/S0009840X00221331. JSTOR 708631. 
  2. ^ Piper, p. 252
  3. ^ Piper, p. 248–253
  4. ^ Piper, p. 255
  5. ^ Piper, p. 253
  6. ^ Piper, p. 254
  7. ^ Piper, p. 261
  8. ^ Piper, p. 266

Bacaan lebih lanjut

  • Andreae, Bernard. The Art of Rome. New York: H. N. Abrams, 1977.
  • Beard, Mary, and John Henderson. Classical Art: From Greece to Rome. Oxford: Oxford University Press, 2001.
  • Beckwith, John. Early Christian and Byzantine Art. Harmondsworth: Penguin, 1970.
  • Bianchi Bandinelli, Ranuccio. Rome, the Center of Power: 500 B.C. to A.D. 200. New York: G. Braziller, 1970.
  • Boardman, John. The Oxford History of Classical Art. Oxford: Oxford University Press, 1993.
  • Borg, Barbara. A Companion to Roman Art. Chichester, West Sussex: John Wiley & Sons, 2015.
  • Brilliant, Richard. Roman Art From the Republic to Constantine. Newton Abbot, Devon: Phaidon Press, 1974.
  • D’Ambra, Eve. Art and Identity in the Roman World. London: Weidenfeld & Nicolson, 1998.
  • --. Roman Art. Cambridge: Cambridge University Press, 1998.
  • Grig, Lucy. “Portraits, pontiffs and the Christianization of fourth-century Rome.” Papers of the British School at Rome 72 (2004): 203-379.
  • Henig, Martin. A Handbook of Roman Art: A Comprehensive Survey of All the Arts of the Roman World. Ithaca: Cornell University Press, 1983.
  • --. Roman Art, Religion and Society: New Studies From the Roman Art Seminar, Oxford 2005. Oxford: Archaeopress, 2006.
  • Janson, H. W., and Anthony F Janson. History of Art. 6th ed. New York: Harry N. Abrams, 2001.
  • Kitzinger, Ernst. Byzantine Art In the Making: Main Lines of Stylistic Development In Mediterranean Art, 3rd-7th Century. Cambridge: Harvard University Press, 1995.
  • Kleiner, Fred S. A History of Roman Art. Belmont, CA: Thomson/Wadsworth, 2007.
  • Ramage, Nancy H. Roman Art: Romulus to Constantine. 6th ed. Upper Saddle River, NJ: Pearson, 2015.
  • Stewart, Peter. Roman Art. Oxford: Oxford University Press, 2004.
  • Strong, Donald Emrys, J. M. C Toynbee, and Roger Ling. Roman Art. 2nd ed. Harmondsworth, Middlesex: Penguin, 1988.
  • Syndicus, Eduard. Early Christian Art. 1st ed. New York: Hawthorn Books, 1962.
  • Tuck, Steven L. A History of Roman Art. Malden: Wiley Blackwell, 2015.
  • Zanker, Paul. Roman Art. Los Angeles: J. Paul Getty Museum, 2010.