Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Guandimiao

Guandimiao
关帝庙遗址
Lokasi di Henan
Guandimiao di Henan
Guandimiao
Lokasi di Henan
Guandimiao di Tiongkok
Guandimiao
Guandimiao (Tiongkok)
Lokasi Xingyang, Zhengzhou, Henan, Tiongkok
Coordinates 34°47′8.1″N 113°28′12.2″E / 34.785583°N 113.470056°E / 34.785583; 113.470056
Jenis Desa
Luas 25 hektare (61,8 ekar)
History
Dibangun ca 1250 BCE
Ditinggalkan ca 1100 BCE
Periode Shang Akhir
Site notes
Tanggal penemuan 2006–2008
Guandimiao
Hanzi tradisional: 關帝廟遺址
Hanzi sederhana: 关帝庙遗址
Pinyin: Guāndìmiào yízhǐ
Makna harfiah: "Reruntuhan kuil Guandi"

Guandimiao (Hanzi: 关帝庙遗址; Pinyin: Guāndìmiào yízhǐ; harfiah: 'reruntuhan kuil Guandi') adalah situs arkeologi di Tiongkok yang terletak 18 km (11 mil) di selatan Sungai Kuning di Xingyang, Henan. Situs ini merupakan lokasi dari sebuah desa kecil zaman Shang Akhir yang dihuni sekitar tahun 1250 hingga 1100 SM. Terletak 200 km (120 mil) dari situs ibu kota dinasti Shang di Yinxu, Anyang, situs ini pertama kali dipelajari dalam rangka penggalian yang dilakukan antara tahun 2006 hingga 2008 sebagai persiapan untuk Proyek Transfer Air Selatan–Utara yang berada di dekatnya. Penggalian dan studi di Guandimiao telah memperluas pemahaman para ahli mengenai ekonomi dan ritual pedesaan Shang, serta tata letak desa-desa pedesaan, yang sebelumnya kurang mendapat perhatian dibandingkan pusat-pusat perkotaan seperti Yinxu dan Huanbei.

Perhitungan berdasarkan jumlah makam dan rumah lubang di Guandimiao menunjukkan bahwa populasi maksimal situs ini diperkirakan mencapai sekitar 100 orang pada puncaknya di awal abad ke-12 SM. Keberadaan 23 tungku pembakaran menunjukkan adanya ekspor keramik berskala besar dari desa ini ke wilayah sekitarnya. Penduduk menggunakan alat tulang, banyak di antaranya diproduksi secara lokal, serta ujung anak panah dan peniti rambut yang canggih yang kemungkinan diimpor dari Anyang, tempat fasilitas produksi massal benda-benda tersebut berada. Praktik ritual lokal dibuktikan dengan adanya tulang ramalan yang diproduksi secara lokal dan digunakan dalam piromansi, serta lubang pengorbanan besar di mana sebagian besar terdiri dari penguburan sapi, bersama sejumlah kecil babi dan (jarang) manusia. Lebih dari 200 makam ditemukan di situs ini. Terlepas dari hampir tidak adanya barang kubur kecuali beberapa kerang cowrie dan anjing kurban, makam-makam tersebut umumnya menyerupai makam poros yang ditemukan di tempat lain di Tiongkok kuno.

Latar belakang dan historiografi

Sebelum abad ke-20, dinasti Shang kuno (ca 1600–ca 1046 SM) Tiongkok hanya dikenal dari kebanyakan catatan catatan pada masa berikutnya seperti Shiji karya Sima Qian, yang dikompilasikan pada abad ke-1 SM.[1] Para cendekiawan modern menganalisis ulang historiografi tradisional pada awal abad ke-20. Pemahaman arkeologi akan dinasti Shang berkembang oleh penemuan inskripsi tulang ramalan dinasti tersebut, yang menyematkan nama-anam raja yang kebanyakan memasangkan silsilah-silsilah keluarga dalam Shiji. Pada 1920-an dan 1930-an, ekskavasi di Anyang, Henan, mengungkapkan Yinxu,[a] situs ibukota Shang di bawah budaya Shang Akhir. Periode tersebut juga dikenal sebagai zaman Anyang.[4][5] Namun, disamping survei yang mengungkapkan keberadaan banyak situs era Shang yang lebih kecil, pemahaman arkeologi Shang Akhir terbatas pada kota-kota Shang, khususnya di wilayah jantung sekitaran Anyang. Kajian arkeologi dan sejarah kontemporer Shang di Tiongkok umumnya berfokus pada pemukiman dan makam alit, sering kali melalui kacamata historiografi Marxis.[6]

Meskipun pengaruh budaya material Shang Akhir di sepanjang Dataran Tiongkok Utara terbukti, keberadaan pasti kekuatan politik mereka di wilayah tersebut tidak diketahkui. Ini lebih lemah ketimbang keberadaan budaya Erligang (ca 1600–ca 1400 SM) pada masa sebelumnya, yang secara kontroversial diidentifikasikan dengan Shang awal oleh para arkeolog Tiongkok. Negara Shang Akhir tak dapat mencapai kekuasaan politik dan militer penuh atas negara-negara regional sekitar, dan sebagai gantinya mengatur upeti dan barang dagang tanpa memerintah mereka secara langsung. Negara-negara kecil nampaknya muncul di wilayah Shang.[7][8][9]

Ekskavasi

Situs Guandimiao diekskavasi dari 2006 sampai 2008 sebagai bagian dari persiapan untuk Proyek Transfer Air Selatan–Utara.[10][11] Sebuah ekskavasi skala besar situs tersebut mengangkat wilayah seluas 203 ha (500 ekar), yang menguak desa kuno mendetil secara tak lazim.[12] Situs tersebut disebut sebagai salah satu dari sepuluh temuan arkeologi papan atas tahun 2007 oleh Badan Warisan Budaya Negara, serta salah satu dari enam temuan tahun ini papan atas oleh Akademi Ilmu Sosial Tiongkok.[13] Sekitar tiga per empat desa tersebut telah diekskavasi.[12]

Situs

Letak Guandimiao dan Anyang di wilayah inti Shang Akhir dan lingkup pengaruh

Guandimiao berjarak sekitar 18 km (11 mil) dari selatan Sungai Kuno, sekarang di Xingyang, Zhengzhou, Henan. Tempat tersebut berjarak sekitar 200 km (120 mil) dari Yinxu. Pada masa pendudukannya, situs tersebut berjarak sekitar 6 km (4 mil) dari sungai terdekat.[10][14] Tempat tersebut berada di Cekungan Xingyang, selatan gunung rendah, Gunung Tan (檀山).[15]

Pada zaman Erligang, dua pusat kota besar berada di dekat apa yang kini menjadi Zhengzhou dan Yanshi. Pada zaman Anyang, wilayah sekitaran Zhengzhou, termasuk Guandimiao, menjadi jaringan pemukiman kecil pada sekitaran wilayah inti Shang. Meskipun kemungkinan merupakan bagian dari druwe raja-raja Shang, desa tersebut nampaknya bagian dari sekelompok pemukiman dekat Zhengzhou di bawah pengaruh seorang penguasa lokal.[13][16]

Situs tersebut utamanya bermula dari zaman Anyang, terbentang dari anak periode Anyang I sampai III (ca 1250–ca 1100 SM).[b] Ini ditandai oleh perubahan dalam tembikar sepanjang waktu, terlihat pada hal-hal yang ditemukan di Yinxu. Penggunaan manusia pada periode lainnya juga muncul di situs tersebut, termasuk keberadaan artefak dari budaya Yangshao pada masa sebelumnya (ca 5000–ca 3000 SM).[12] Pada anak periode Anyang I, utamanya bagian barat desa tersebut diduduki. Kebanyakan sisa Shang Akhir berasal dari anak periode Anyang II. Sebuah parit sempit digali di sekitaran situs tersebut, menutupi desa tersebut dalam luas sekitar 25 ha (60 ekar). Namun, pada anak periode Anyang III, desa tersebut mulai menyebar di luar galian yang mengelilinginya.[12]

Desa tersebut diduduki selama sekitar 150 tahun; dengan anggapan satu generasi berjangka 20 tahun, tempat tersebut diduduki selama sekitar tujuh generasi. 228 makam Shang Akhir yang ditemukan di situs tersebut menunjukkan bahwa populasinya berjumlah lebih dari 30 penduduk desa per generasi, dengan populasi maksimum diperkirakan sekitar 100 orang pada awal abad ke-12 SM (bertepatan dengan anak periode Anyang II). Ini mirip dengan angka yang diperkirakan dari persebaran rumah, yang memiliki rerata dari 48 sampai 100 penduduk pada waktu yang diberikan.[18] Kegiatan manusia terbatas pada masa berikutnya di Guandimiao timbul dari zaman dinasti-dinasti Zhou (1046–256 SM), Han (202 SM – 220 M) Tang (618–907), Song (960–1279), dan Qing (1644–1912).[12][19]

Struktur

Bentangan desa Guandimiao dideskripsikan oleh para peneliti sebagai "mendasar, jika informal".[20] Kebanyakan rumah dan sekitar separuh tanur desa berada di bagian barat laut tempat ekskavasi. Makam, tanur, dan lubang pengorbanan tersebar di sepanjang desa tersebut. Sejumlah tanur berdekat dengan pemakaman besar di timur laut situs, sementara sekelompok makam dan lubang pengorbanan lainnya diyakini berada di tempat pengorbanan di barat daya.[20] Lebih dari seribu lubang digali di situs tersebut, utamanya untuk penimbunan dan pembuangan sampah, meskipun beberapa nampaknya dipakai untuk persiapan tanah liat dan pengorbanan.[21]

Rumah

Kediaman-kediaman di Guandimiao menempatkan bentuk rumah-rumah lubang. Terdapat sebanyak 23 buah, semuanay dibangun nyaris berbentuk persegi panjang kecil atau lubang melingkar, yang berukuran luas dari 5–7 m2 (50–80 sq ft), masing-masing dengan penghangat utama dalam bentuk lubang api surya/ Ukuran paling kecilnya membatasi mereka sampai sekitar lima pemukim, nampaknya hanya terbatas untuk memasak makanan, bersantap dan tidur dalam rumah-rumah sempit tersebut.[20] Sisi selatan dari setiap hunian memiliki tangga atau struktur jalan yang menuju ke bawah tanah. Tak ada informasi soal komposisi atap atau unsur superstruktural yang ditemukan, meskipun beberapa rumah berisi barisan lubang surat. Kebanyakan lantai rumah lubang tersebut dirusak sememungkinkannya untuk memastikan apakah rumah-rumah tersebut awalnya berisi lubang-lubang surat.[20]

Tanur

Para peneliti mengidentifikasi 23 tanur di Guandimiao. Karena keberadaan nyaris kebanyakan tanur berada di rumah, diyakini setiap unit keluarga mengurusi tanur mereka sendiri.[13][22] Setiap tanur memiliki ruang yang dipisahkan dari kotak api bawah tanah melalui sebuah jeruji, masing-masing menampilkan antara 4 dan 8 ventilasi persegi panjang yang ditempatkan di sekitaran ventilasi melingkar tengah. Satu spesimen yang terlestarikan dengan baik menampilkan ruang dengan diameter 156 m (512 ft) di atas kotak api bujur. Lubang-lubang besar yang nampaknya dipakai untuk penyiapan tanah liat digali di dekat setiap tanur. Persebaran pecahan keramik di sekitaran tempat tanur menunjukkan bahwa rangkaian tanur berbeda dipakai untuk membakar tempaan pasir dan keramik yang tak ditempa.[22]

Karena volume lapisan produksi keramik sebanding dengan apa yang desa tersebut nampaknya haruskan, Guandimiao nampaknya dikhususkan dalam pembuatan keramik untuk ekspor di kawasan sekitar. Praktik tersebut diyakini dimulai pada awal zaman Longshan (ca 3000–ca 1900 SM).[13][23][24] Unsur ekonomi desa pada zaman Shang tidak jelas: Tembikar diperdagangkan secara lokal, diintegrasikan dalam jaringan dagang tersentralisasi, atau diangkut pada jarak jauh oleh para pedagang keliling. Karena bperbedaan dalam tembikar dan jarak signifikan, tembikar tersebut tak mungkin diekspor ke Anyang.[13]

Sumur

Sebagai tempat yang relatif jauh—sekitar 6 km (4 mil)—dari sungai yang diketahui, para penduduk, ternak, dan industri tembikar Guandimiao diyakini mendapatkan air dari sumur. 32 sumur yang diekskavasi dari situs tersebut diklasifikasikan menjadi salah satu dari dua jenis. Satu jenis sumur dalam, celah sempit dan dikaitkan dengan pemakaian residensial karena kemiripannya dengan sumur lain di Tiongkok Utara. Jenis sumur lain lebih besar dan menampilkan ruang terbuka yang terhubung dengan struktur serupa perigi di bagian bawah. Sebuah sumur dari jenis kedua berkedalaman 5 m (16 ft), dengan ukuran terbuka 327 m × 263 m (1.073 ft × 863 ft).[25]

Artefak

Sebuah mangkuk keramik dari Guandimiao

Berbagai kerajinan dan alat telah ditemukan di Guandimiao. Batu menonjolkan kekhasan pada Shang Akhir yang ditemukan di situs tersebut, yang meliputi sabit, beliung, pahat, dan batu kilangan. Beberapa sabit dan sungkur dihias dari cangkang hewan laut. Berbagai alat tulang, termasuk peniti rambut, kepala anak panah, jarum tusuk, spatula, pisau dan sekop juga ditemukan dari situs tersebut. Beberapa jarum tusuk secara khusus bersifat kasar, menunjukkan modifikasi yang sangat sedikit, dan nampaknya dibua toleh tenaga kerja kurang terampil. Kebanyakan alat lain menunjukkan modifikasi yang mengharuskan alat khusus, seperti alat bor, dan dibuat oleh pengrajin secara khusus.[26][27] Kebanyakan tulang ramalam tanpa tulisan ditemukan di situs tersebut, nampaknya mengharuskan sejumlah besar tenaga kerja dan keterampilan untuk membuatnya; ini nampaknya dibuat oleh ahli kembang api lokal.[28] Beberapa peniti rambut tulang dan kepala anak panah menunjukkan kemampuan besar kerajinan profesional dan pemakaian alat secara khusus, dan nampaknya diproduksi massal. Benda-benda tersebut nampaknya diimpor dari lokakarya di Anyang, mungkin dari lokakarya tulang yang diekskavasi dari Tiesanlu, yang secara praktikal memproduksi peniti dan kepala anak panah identik.[26][29]

Sejumlah kecil persenjataan telah ditemukan dari Guandimiao. Beberapa benda yang nampaknya adalah senjata yang ditemukan di situs tersebut adalah empat kepala anak panah (dua tulang, dua perunggu) dan sebuah pisau tunggal. Ini berjumlah sedikit ketimbang persenjataan yang ditemukan dari Anyang dan secara khusus ke potongan senjata masif yang terkubur bersama dengan banyak ningrat Shang Akhir.[26] Penerapan potongan seperti sabit dihias dari cangkang bivalve dan nampanya diimpor dari perladangan.[30] Bersama dengan lonceng yang ditemukan sebagai barang kuburan, pisau dan dua kepala anak panah perunggu menjadi satu-satuny artefak perunggu yang ditemukan di tempat tersebut. Para penduduk Guandimiao nampaknya kekurangan alat perunggu seperti gergaji, yang membatasi kemampuan pembuatan mereka.[26][31]

Kuburan, pengorbanan dan jasad

228 makam era Shang Akhir yang ditemukan di tempat tersebut umumnya mengingatkan pada kebiasaan makam poros Shang lainnya. Kebanyakan terkumpul dalam sebuah pemakaman di tepi timur laut desa, di luar galian melingkar, dengan sisanya terpencar di sepanjang tempat tersebut, termausk sebuah klaster di kemungkinan sekitaran tempat pengorbanan barat daya. Kebanyakan adalah lubang persegi panjang yang diisi dengan tanah tumpat, meskipun beberapa pemakaman dengan peti ditemukan. Beberapa makam disertai oleh jasad pengorbanan anjing. Dibandingkan dengan makam poros di Anyang, sejumlah kecil barang makam telah ditemukan. Kebanyakan makam tak berisi barang makam apapun, namun beberapa memiliki sebuah cangkang kuwuk tunggal yang ditempatkan di mulut atau tangan almarhum. Makam terbesar di tempat tersebut berisi jasad manusia di dalam serangkaian peti dalam dan luar, tiga anjing kurban, kepala anak panah perunggu dan lonceng, dan sepotong cangkang. Kekurangan umum keramik dalam makam (yang hanya berjumlah 3 dari 228) biasanya dianggap tak lazim oleh para arkeolog karena pembuatan keramik yang menyebar di kalangan masyarakat.[28]

Para arkeolog mengekskavasi 17 lubang pengorbanan melingkar di Guandimiao, utamanya berisi jasad sapi, dengan sejumlah kecil babi dan (terkadang) manusia. Tempat-tempat tersebut utamanya diisi dengan tanah dan ditutup dengan abu, meskipun beberapa lubah berisi tulang-tulang ramalam yang diisi sepenuhnya dengan abu.[26]

Sejumlah jasad hewan yang relatif sedikit ditemukan di tempat tersebut, sekitar 10% dari jumlahnya ditemukan di situs sezaman Xiaomintun yang berukuran serupa di Anyang. Karena kelangkaannya, para penduduk Guandimiao nampaknya menyantap sejumlah kecil daging dibandingkan dengan non-elit pada inti kota Shang. Sejumlah jasad sapi yang relatif banyak (dikaitkan pada masa itu dengan pengorbanan dan konsumsi elit) diantara tulang-tulang yang ditemukan menunjukkan bahwa mereka dibesarkan secara lokal dan mungkin diekspor untuk konsumsi oleh elit Shang. Jasad sapi dewasa relatif umum di Guandimiao, sementara (terhitung dari tulang yang terkumpul) hanya sekitar 7% sapi di Xiaomintun yang mati di atas usia 4 atau 5 tahun. Meskipun sapi sering kali ditemukan dalam lubang pengorbanan, jasad-jasad babi bersifat umum dalam konteks domestik.[26][32]

Sejumlah kecil jasad domba dan kambing ditemukan di tempat tersebut. Perburuan jarang dilakukan di Guandimiao; hanya sekitar 2% tulang yang ditemukan berasal dari hewan-hewan liar. Sejumlah kelompok tersebut adalah beberapa spesies rusa liar, yang meliputi rusa sika dan kijang. Sejumlah besar jasad anjing ditemukan di tempat tersebut. Anjing-anjing tersebut juga dibuktikan oleh tanda gerogot pada sebagian besar tulang yang ditemukan.[26][33]

Referensi

Catatan penjelas

  1. ^ Yinxu (殷墟; 'Reruntuhan Yin') yang diambil dari nama Yin, nama yang diberikan kepada ibukota Shang terakhir dalam historiografi Tiongkok tradisional. Namun, pemukiman tersebut disebut sebagai "Pemukiman Besar Shang" (大邑商; Dàyì Shāng) oleh masyarakat Shang sendiri.[2][3]
  2. ^ Shang Akhir atau Zaman Anyang umumnya terbagi dalam empat anak periode, mengikuti Proyek Kronologi Xia–Shang–Zhou. Anyang I terbentang dari 1250 sampai 1220 SM, Periode II dari 1220 sampai 1160, Periode III dari 1160 sampai 1102, dan Periode IV dari 1101 sampai 1046.[17]

Kutipan

  1. ^ Keightley 1999, hlm. 233–235.
  2. ^ Zhang 2022, hlm. 16–17.
  3. ^ Li 2013, hlm. 67–68.
  4. ^ Bagley 1999, hlm. 125–130.
  5. ^ Li 2013, hlm. 66–68.
  6. ^ Li, Campbell & Hou 2018, hlm. 1512–1514.
  7. ^ Zhang 2022, hlm. 14–19.
  8. ^ Liu & Chen 2012, hlm. 255, 278, 353, 389–391.
  9. ^ Keightley 1999, hlm. 232.
  10. ^ a b Hou et al. 2019, hlm. 336.
  11. ^ Hou et al. 2018, hlm. 282.
  12. ^ a b c d e Li, Campbell & Hou 2018, hlm. 1514.
  13. ^ a b c d e Hou et al. 2018, hlm. 283.
  14. ^ Li, Campbell & Hou 2018, hlm. 1518.
  15. ^ Zhang 2022, hlm. 25.
  16. ^ Zhang 2022, hlm. 24–25.
  17. ^ Campbell 2014, hlm. 131–132.
  18. ^ Li, Campbell & Hou 2018, hlm. 1517, 1522, 1525.
  19. ^ Denecke, Li & Tian 2017, hlm. xv–xvi.
  20. ^ a b c d Li, Campbell & Hou 2018, hlm. 1517.
  21. ^ Li, Campbell & Hou 2018, hlm. 1521.
  22. ^ a b Li, Campbell & Hou 2018, hlm. 1517–1518.
  23. ^ Liu & Chen 2012, hlm. 216.
  24. ^ Campbell 2014, hlm. 142.
  25. ^ Li, Campbell & Hou 2018, hlm. 1518–1520.
  26. ^ a b c d e f g Li, Campbell & Hou 2018, hlm. 1525.
  27. ^ Hou et al. 2018, hlm. 283–285.
  28. ^ a b Li, Campbell & Hou 2018, hlm. 1522.
  29. ^ Hou et al. 2018, hlm. 303–308.
  30. ^ Hou et al. 2019, hlm. 338.
  31. ^ Hou et al. 2018, hlm. 300–301.
  32. ^ Hou et al. 2019, hlm. 341, 343–344.
  33. ^ Hou et al. 2019, hlm. 337–338.

Daftar pustaka

Bacaan lanjutan

  • 河南荥阳市关帝庙遗址商代晚期遗存发掘简报 [Preliminary excavation report for the remains of the Late Shang site of Guandimiao in Xingyang, Henan]. Kaogu (dalam bahasa Tionghoa) (7). Henan Institute of Cultural Relics and Archaeology: 32–46. 2008.
  • 河南荥阳市关帝庙遗址考古发现与认识 [Archaeological discovery and understanding of the Guandimiao site in Xingyang, Henan]. Huaxia Kaogu (dalam bahasa Tionghoa) (3). Henan Institute of Cultural Relics and Archaeology: 8–13. 2009. doi:10.16143/j.cnki.1001-9928.2009.03.002.
Kembali kehalaman sebelumnya