Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman iniKlasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
Peta ini menggunakan properti koordinat yang mewajibkan Anda untuk mengaktifkan JavaScript maupun Scribunto eksternal. Titik mungkin saja tidak tertampil di peramban Anda maupun saat Anda menekan gambar ini.
Artikel ini menggunakan peta yang dihasilkan dari OpenStreetMap dan juga jejaring peta (mapframe) yang dibuat oleh kontributor Wikipedia. Apabila Anda menemukan kesalahan informasi, galat, maupun kendala teknis lainnya dalam data peta, silahkan laporkan di sini. Apabila Anda tertarik dalam pengembangan proyek pemetaan bahasa, silakan bergabung ke ProyekWiki kami. Proyek ini sudah menghasilkan sebanyak 391 artikel bahasa dengan peta interaktif yang dapat diakses dan digunakan oleh para pembaca.
Cari artikel bahasaCari berdasarkan kode ISO 639 (Uji coba)Kolom pencarian ini hanya didukung oleh beberapa antarmuka
Masyarakat Tengger menyebut bahasanya sebagai basa dhuwur (bahasa atas) atau Bahasa Jawa Tengger dan menyebut bahasa Jawa dialek Jawa Timuran (Arekan) sebagai basa ngisor (bahasa bawah), yaitu dialek bahasa jawa yang dipakai oleh masyarakat yang bermukim di daerah yang terletak di bawah daerah perbukitan pegunungan Tengger. Memang semua daerah permukiman masyarakat Jawa Tengger terletak lebih tinggi daripada permukiman masyarakat Jawa Arekan yang berada di bawahnya.
Nomenklatur
Dalam pengistilahan lokal, bahasa Tengger dikenali sebagai Cārabasa Tengger ataupun Piwākyan Tengger. Kata cārabasa mungkin merupakan sebuah kata lakuran dari pengistilahan Jawa Kunouccāraṇa + bhāṣa (berasal dari pengistilahan Sanskerta), yang berarti "pengungkapan kata", dan istilah piwākyan yang berakar dari wākya (dalam bahasa Jawa Kuno) memiliki arti "pengungkapan suara". Sedangkan, istilah Tengger itu sendiri merujuk kepada etnonim penghuni asli atau pribumi Pegunungan Tengger dan sekitarnya.
Klasifikasi
Secara linguistik, Bahasa Tengger digolongkan sebagai dialek bahasa Jawa yang merupakan bahasa Melayu-Polinesia yang sendirinya merupakan turunan dari rumpun Austronesia. Bahasa Jawa Tengger merupakan turunan dari Bahasa Jawa Pertengahan begitupun dialek bahasa Jawa modern lainya, akan tetapi dialek Tengger memiliki beberapa kosakata kuno.[4]
Secara genealogi, bahasa Tengger merupakan sebuah rumpun bahasa Jawa modern ragam Jawa Timur dan mempunyai keterkaitan dengan rumpun bahasa Jawa Timuran lainya yakni Rumpun Dialek Arekan (seperti Dialek Gresik, selain itu Dialek Malang - Surabaya) dan terakhir adalah Using.[5]
Pengucapan
Bahasa Jawa Tengger mirip dengan dialek Tegal dan dialek Banyumasan yang masih konservatif, yakni sama-sama masih mempertahankan vokal A dan banyak kosakata kuno, tetapi pengucapan konsonan akhir [k] pada dialek Tengger tidak diucapkan secara jelas dan diucapkan melunak [ʔ] sama seperti bahasa Jawa Arekan maupun bahasa Jawa standar sehingga Dialek Tengger cenderung medhok, berbeda halnya dengan dialek Tegal dan Banyumasan yang mana konsonan akhir [k] diucapkan secara jelas dan tegas, serta fonem /i/ dan /u/ dalam dialek Tengger diucapkan [e] dan [o]. Hal ini karena dialek Tengger juga mendapat pengaruh dari dialek Arekan yang digunakan secara luas oleh masyarakat Tengger sebagai dialek kedua, terutama oleh penduduk di lereng bagian bawah.[butuh rujukan]
Penulisan
Sistem penulisan
Sebagai bahasa yang dituturkan di pulau Jawa (terutama di wilayah timur), bahasa Tengger secara historis juga kerap didokumentasikan menggunakan aksara Jawa (dalam bentuk Kawi) sama seperti rumpun bahasa Jawa lainnya.
Latin
Bahasa Jawa Tengger (yang digunakan sehari-hari) kini umumnya ditulis dalam aksara Latin yang berjumlah 26 huruf.
gawé (Contoh: rika ku wis tak tukok'en klambi anyar ngapa ora digawe cak?)
nganggo
memakai, menggunakan
ning, ing, ring
ing, ning
di
ndek, nang
ing, menyang/mring, nyang, nang
di, ke
têka, saka
såkå
dari
têka
têkå
datang
hong ulun basuki langgêng
kulå nuwun, sugeng rahayu, rahayu
permisi, salam
bêngkès
apês
nasib sial
bacut
månggå
silakan masuk (jawaban tuan rumah yang lebih tua dari tamunya/telah akrab dengan tamunya
monggo
månggå
silakan masuk (diucapkan tuan rumah yang lebih muda dari tamunya/belum akrab dengan tamunya
dhingin
dhisik
dulu
dhìkìk
dhisìk
duluan
pekne
kareben, ben, gen, supåyå, amrih
agar
ajo
åjå
jangan
akeh
akeh, pirang-pirang
banyak
antong
antêng
diam di tempat
parêk
cêrak, cêdhak, cakêt
dekat
payah
sayah, kêsêl
capek
guyu
guyu
tertawa
iki
iki
ini
iku
iku, kuwi
itu
ika, kae
kae
itu (jauh)
kene
kene
di sini
kono
kono
di situ
kana
kånå
di sana
bojo
bojo
suami / istri
jaka
jåkå
jejaka
dudha
dudhå
duda
randha
råndhå
janda
le / tholé
tholé, ngger, nang
panggilan anak laki laki
biyung, yung, emak
ibu, bu, biyung
ibu
kakang
kakang
abang, kakak laki-laki
yuk
mbakyu
kakak perempuan
pakdhe
pakdhe
kakak laki-laki dari ayah/ibu
bokdhe
budhe
kakak perempuan dari ayah/ibu
kakek, pak wek (pak tuwek)
embah lanang, eyang kakung, kaki
kakek
ninek
embah wadon, eyang putri, nini
nenek
pamak
paman, uwa'
paman
bibik
bibi
bibi
tuwek
tuwå
tua
petinggi
pangarså deså
kepala desa
dhukun
pangarså agåmå
kepala agama
enem, nenem
enem
enam
akeh
akeh
banyak
thithik
sathithik
sedikit
picis
dhuwit
uang
ulan
wulan, sasi
bulan
oyod, jangkar
oyod
akar
godhong, ron
godhong, ron
daun
gaga
têgal
ladang
tela
telå
ketela
pogung
pohung
ketela pohon
gobis
gubis
kubis
buthêk
buthêk
keruh
landhu
subur, ledhung
subur
caluk
bendho
parang
wadung
kampak, wadung
kapak
langit, awang-awang
langit, tawang, awang-awang
langit
mendhung
mégå, mendhung
awan, mendung
babad
sajarah, babad
sejarah
rungu
krungu
dengar
lunyu, alit
lunyu, ngleséd
licin
lebu
mlebu
masuk
ula
ulå
ular
temen
tenan, temenan, banget
sungguh
damar
diyan, dhilah, dhemar
lampu
jaro
pager pakarangan, rajêg, tungkaran
pagar halaman
mbaturi
ngancani, mbaturi
menemani
ninekira
embahmu, ninimu
nenek kamu
ilateyang
ilatku
lidah saya (laki-laki)
klambineyang
klambiku
baju saya (laki-laki)
jagungisun
jagungku
jagung saya (perempuan)
ndeleng, masên (wasen)
ndeleng, nguwasi (wasinen)
melihat
masuh
ngumbah, wisuh, asah-asah
mencuci
njupuki
njupuki
mengambili
njupukên
njupukaké
mengambil
nandurên
nanduraké
menanamkan
nggawekên
nggawekaké
membuat
nggawakên
nggawakaké
membawakan
digaringên
digaringaké
dikeringkan
diduwurên
didhuwuraké
ditinggikan
dilabuhên
dikurbanaké
dikurbankan
dibalekên
dibalekaké
dikembalikan
dijerokên
dijerokaké
didalamkan
ditukokên
ditukokaké
dibelikan
tukokna
tukoknå
belikanlah
gawakna
gawaknå, gåwånen
bawakanlah
jerokna
jeroknå
dalamkanlah
garingna
garingnå
keringkanlah
duwurna
duwurnå
tinggikanlah
isenana
isenånå, isinen
isilah
campuh
pêthuk, ketemu
bertemu
kuthek
jiwit
cubit
mari
bar, rampung
selesai
idu, agor
idu
ludah
gogoh, kêmpong
ompong
rumpang
wit, kayu
wit
pohon
prìng
prìng
bambu
tengen, rengen
tengen
kanan
tutur
ngomong
berkata
diomongi
dituturi
dinasehati
bongol, napsu
nesu
marah
reget
reged
kotor
pasir
wedhi
pasir
wedhi
wedhi kasar
pasir kasar
bengulon
bunglon
bunglon
bêdhes, kethek
kethek
monyet
lelawa
låwå, kalong, codhot
kelelawar
sewek
jarit, tapih, bebed
kain
pêtêng
pêtêng
gelap
padhang
padhang
terang
simpên
simpên
simpan
srengenge
srengenge
matahari
mibêr
mabur, mibêr
terbang
irùng
irùng
hidung
dhêngkul
dhêngkul
lutut
pundhak
pundhak
bahu
nglangi, renang
nglangi
renang
Jika huruf "A" dibaca "O" dalam dialek bahasa Jawa lainnya (seperti dialek Arekan), dalam bahasa Jawa Tengger masih dibaca "A"[7] sama seperti dialek Tegal dan dialek Banyumasan meskipun pada saat tertentu akan menggunakan logat "O", seperti saat berbicara dengan orang Jawa berdialek lainnya atau membaca teks tertentu.[butuh rujukan]
Penutur dan sebaran
Para pemuka etnis Tengger, ca tahun 1890-an
Penutur utama dari bahasa Tengger ialah masyarakat etnis Tengger yang secara mayoritas dapat ditemukan di kawasan Pegunungan Tengger dan sekitarnya di timur pulau Jawa, terutama di:
Berdasarkan salah satu catatan kolonial oleh Thomas Stamford Raffles dalam bukunya yang berjudul The History of Java (terj. har. 'Sejarah Pulau Jawa'), bahasa Tengger digunakan dalam kitab Panglawu, yang merupakan sebuah kitab suci bagi masyarakat etnis Tengger dalam agama atau kepercayaan mereka yang disebut sebagai Tenggerisme (bahasa Inggris: Tenggerism).[8]
Catatan
^estimasi berdasarkan total populasi etnis Tengger
^Meskipun Bahasa Jawa Baku melafalkan huruf "A" is sebagai /ɔ/, dalam bahasa Jawa Tengger, "A" dilafalkan sebagai /a/.[6]
^Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. ; ;
^"Bahasa Tengger". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
^Peter Cole, Elizabeth Jonczyk, Jason Lilley (1999). "A note on extraction from object position in Javanese languages" [Catatan tentang ekstraksi dari posisi objek dalam bahasa Jawa lainnya]. Toronto Working Papers in Linguistics (dalam bahasa Inggris). 16 (2). Toronto. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)