Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman iniKlasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
Beberapa rumpun bahasa dimasukkan sebagai cabang dari dua rumpun bahasa yang berbeda. Untuk lebih lanjutnya, silakan lihat pembagian dari sub-rumpun Melayu-Sumbawa dan Kalimantan Utara Raya
Bahasa Musi dikategorikan sebagai C3 Wider Communication menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini digunakan di wilayah yang cukup luas maupun dipertuturkan cukup luas, misalnya beberapa kota
Musi (= "rumpun bahasa Musi" = [mui] + [liw] = musi1243)
Musi Hulu
Musi (= "bahasa Musi" = [mui] sebelum merger dg kode lain = nucl1812)
Sekayu
Kelingi
Penukal
Palembang-Dataran Rendah
Palembang (= "bahasa Palembang" = [plm] sebelum merger dengan [mui] = pale1264)
Palembang Lama
Palembang Pasar
Pesisir
Baik "bahasa Musi" maupun "bahasa Palembang" memiliki ciri khas dan identitas bahasa yang cukup jelas. Misalnya, selain realisasi Proto-Melayik *a di akhir kata menjadi [e], bahasa Musi juga mengalami merger *-ar, *-ir, *-ur > -o (*akar > ako, *air > ayo) yang tidak dialami oleh bahasa Palembang. Sama halnya, selain perubahan *-a > [o~ɔ~ɨ], bahasa Palembang juga mengalami penyederhanaan diftong akhir *-ai, *-au > -i/-e, -u/-o (sungi, ijo) yang tidak dialami oleh bahasa Musi.
Cari artikel bahasaCari berdasarkan kode ISO 639 (Uji coba)Kolom pencarian ini hanya didukung oleh beberapa antarmuka
Dunggio (1981) mendata 27 fonem dalam bahasa Melayu Musi, dengan rincian 21 bunyi konsonan dan 6 bunyi vokal. Namun studi lanjutan dari Aliana (1987) menyatakan bahwa hanya ada 21 fonem dalam bahasa Melayu Musi.[4][5]
Berdasarkan kajian dialektologis yang dilakukan oleh McDowell & Anderbeck (2020), bahasa Musi dalam pengertian sempit (tidak mencakup ragam lain dalam rumpun bahasa Musi) dapat dibagi menjadi tiga dialek utama berdasarkan kesamaan leksikal dan ciri fonologis. Dialek-dialek tersebut adalah 1) Kelingi, 2) Penukal, dan 3) Sekayu.[1]
Referensi
^ abcMcDowell, Jonathan; Anderbeck, Karl (2020). The Malay Lects of Southern Sumatra. JSEALS Special Publication. Vol. 7. University of Hawai'i Press. hdl:10524/52473.
^Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Nuclear Musi". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. ; ;
^"Bahasa Musi". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
Gani, Zainal Abidin (1981). Struktur Bahasa Musi. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Arif, R.M.; Majid, Abdul; Mairu, Tarmizi; Sy., Sudirman (1985). Morfologi dan Sintaksis Bahasa Musi. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Aliana, Zainul Arifin (1987). Morfologi dan Sintaksis Bahasa Musi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Adelaar, K. Alexander (1992). Proto-Malayic: The reconstruction of its phonology and parts of its lexicon and morphology. Dept. of Linguistics, Research School of Pacific Studies, the Australian National University. ISBN9780858834088.
Anderbeck, Karl; McDowell, Jonathan (2020). The Malay Lects of Southern Sumatra. JSEALS Special Publication. Vol. 7. University of Hawai'i Press. hdl:10524/52473.
Hanifah, Abu (1999). Undang-Undang Simbur Cahaya. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ISBN9794593869.
Marsden, William (1811). History of Sumatra, Containing an Account of the Government (etc.). London: Longman.
Dunggio, P.D. (1983). Struktur bahasa Musi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
McDonnell, Bradley James (2016). Symmetrical Voice Constructions in Besemah: A Usage-based Approach. Santa Barbara: University of California Santa Barbara.