Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Bahasa Osing

Bahasa Osing
BPS: 0090 2
basa Using
ꦧꦱꦲꦸꦱꦶꦁ
باسا اوسيڠ
Dituturkan diIndonesia
Wilayah
EtnisOsing
Penutur
(300.000 per 2000)[3]
Perincian data penutur

Jumlah penutur beserta (jika ada) metode pengambilan, jenis, tanggal, dan tempat.[4]

  • 300.000 (2000)
Lihat sumber templat}}
Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman ini
Klasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
Kode bahasa
ISO 639-3osi
Glottologosin1237[5]
IETFosi
BPS (2010)0090 2
Informasi penggunaan templat
Status pemertahanan
C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL EthnologueC6a Vigorous
Bahasa Osing dikategorikan sebagai C6a Vigorous menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini masih dituturkan dan digunakan oleh sebagian wilayah
Referensi: [6]

Lokasi penuturan
Lokasi penuturan Bahasa Osing
Peta
Peta yang menunjukkan perkiraan penuturan bahasa Osing yang dituturkan di Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi, serta kabupaten yang berdekatan.
Unduh garis tepi peta ini
Koordinat: 8°15′S 114°18′E / 8.250°S 114.300°E / -8.250; 114.300 Sunting ini di Wikidata
Catatan
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Bahasa Osing (basa using; Hanacaraka: ꦨꦴꦰꦴꦈꦱꦶꦁ; Pegon: باسه اوسيڠ) adalah sebuah dialek bahasa Jawa modern yang dituturkan oleh suku Osing di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Perbedaan yang paling terlihat antara bahasa Osing dengan dialek bahasa Jawa lainnya, dapat dilihat dari banyaknya pengaruh bahasa Bali dalam bahasa Osing, seperti kata osing yang berasal dari bahasa Bali tusing yang artinya 'tidak'. Bahasa Osing juga menggunakan diftongisasi khusus (perubahan vokal [i] menjadi [ai] dan vokal [u] menjadi [au]) yang tidak dapat ditemui di dialek bahasa Jawa lainnya. Penutur bahasa Osing terutama dapat ditemukan di Kabupaten Banyuwangi, namun terdapat juga di sebagian kecil Kabupaten Jember, seperti di Kecamatan Wuluhan dan Kecamatan Panti.[2]

Di Desa Serut, salah satu desa di Kecamatan Panti, sekitar 50 tahun yang lalu (pada tahun 1970-an) bahasa ini masih merupakan bahasa mayoritas di sana, hingga kemudian tergerus penggunaannya oleh bahasa Madura dan dialek bahasa Jawa lainnya.[1] Bahasa Osing juga pernah dituturkan hingga ke Situbondo dan Bondowoso, misalnya pada tahun 1930-an. Pada paruh awal abad ke-20, keberadaan dan persebaran penutur bahasa Osing lebih luas dari saat ini, meliputi Situbondo, Bondowoso, Jember, dan Banyuwangi, dengan Banyuwangi menjadi daerah asal suku Osing dengan persentase terbesar.[butuh rujukan]

Walaupun diklasifikasikan sebagai dialek dari bahasa Jawa, orang Osing umumnya menolak jika bahasanya disebut sebagai bahasa Jawa atau dialek dari bahasa Jawa. Hal ini berbeda dengan orang Tengger yang menyebut bahasanya sebagai bahasa Jawa Tengger. Orang Osing menyebut bahasanya sebagai bahasa Osing dan menyebut orang dan dialek bahasa Jawa yang dipakai oleh orang Jawa yang berasal dari daerah sebelah barat pulau sebagai wong kulonan 'orang barat' atau wong Jåwå kulonan 'orang Jawa [bagian] barat' dengan båså kulonan 'bahasa barat' atau båså Jåwå kulonan 'bahasa Jawa [bagian] barat', sebagian lagi menyebut mereka dengan istilah wong kidulan 'orang selatan', karena di bagian selatan Banyuwangi mayoritas penduduknya merupakan keturunan orang Jawa Mataraman.

Ciri khas

Bahasa Osing merupakan dialek konservatif bahasa Jawa yang masih menggunakan kata-kata kuno bersama dengan dialek Tegal, dialek Cirebon-Indramayu, dialek Banyumasan, dan dialek Tengger. Akan tetapi, bahasa Osing menggunakan vokal [o] bukan [a], seperti pada dialek lainnya. Hal ini diduga karena pengaruh serangan dari Mataram Islam terhadap Kerajaan Blambangan pada abad ke-17.[7] Akan tetapi, walaupun menggunakan vokal [o], dialek Osing tetap mempertahankan pengucapan huruf [k] di akhir suku kata secara jelas dan tegas.

Fonologi

Bahasa Osing mempunyai keunikan dalam sistem pelafalannya, antara lain:

  • Adanya diftong [ai] untuk vokal [i]: semua leksikon berakhiran i pada Bahasa Osing selalu terlafal sebagai/ai/. Seperti misalnya geni /gəni/ 'api' dilafalkan genai, bengi bəŋːi 'malam' dilafalkan bengai, gedigi /gədigi/ 'begini' dilafalkan gedigai.
  • Adanya diftong [au] untuk vokal [u]: leksikon berakhiran u hampir selalu dilafalkan sebagai /a/. Seperti gedigu /gədigu/ 'begitu' dilafalkan gedigau, asu 'anjing' dilafalkan asau, dan awu 'itu' dilafalkan awau.
  • Pelafalan konsonan [k] akhiran untuk konsonan [ʔ] selalu dilafalkan sebagai // (k nirlepas), antara lain apik /apiʔ/ 'bagus' dilafalkan /apik̚/, manuk /manuʔ/~manoʔ/ 'burung' dilafalkan /manuk̚/~/manok̚/, dan seterusnya.
  • Konsonan hentian glotis [ʔ] seperti secara ortografi dilambangkan dengan tanda petik tunggal seperti piro' 'berapa', kiwo' 'kiri', dan seterusnya.
  • Palatalisasi konsonan yang dilambangkan dengan imbuhan -y-. Dalam bahasa Osing, kerap muncul pada leksikon yang mengandung [ba], [ga], [da], dan [wa]. Contoh pada bahasa Osing Seperti kata barong /baroŋ/ 'barong' dilafalkan byarong /bʲaroŋ/, uwak (tante/om) dilafalkan uwyak'"/uwʲak̚/, embah /əmbah/ 'kakek'/'nenek' dilafalkan embyah /əmbʲah/, dan dhawuk /ɖawuʔ/~/ɖawoʔ/ dauk dilafalkan dhyawuk /ɖʲawuk̚/~/ɖʲawok̚/. Adapun kata "Banyuwangi" /baɳːuwaŋːi/ pengucapannya gabungan antara diftong [ai] dan juga palatalisasi [j], sehingga pelafalannya ialah "Byanyuwangai" /bʲaɳːuwaŋːi/~/biaɳːuwaŋːi/.


Tata bahasa

Di kalangan masyarakat Osing, dikenal dua gaya bahasa yang digunakan di situasi yang berbeda. Yakni Cara Osing dan Cara Besiki. Cara Osing adalah gaya bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Yang menjadi pembeda hanyalah intonasi serta pronomina yang disesuaikan dengan kedudukan lawan bicara, misalnya:

  • Siro wis madhyang? = kau sudah makan?
  • Riko wis madhyang? = kamu sudah makan?
  • Ndiko wis madhyang? = anda sudah makan?

Tingkatan pronomina

  • Hiro/Iro = digunakan/lawan bicara untuk yang lebih muda(umur)
  • Siro = digunakan/lawan bicara untuk yang selevel (umur)
  • Riko = digunakan/lawan bicara untuk yang di atas kita (umur)
  • Ndiko = digunakan/lawan bicara untuk orang tua dan tokoh yang dihormati

Sedangkan Cara Besiki adalah bentuk yang dianggap sebagai bentuk wicara ideal awalnya hanya dipergunakan untuk kondisi-kondisi khusus/sakral seperti ritual / upacara adat, akan tetapi saat ini juga mulai digunakan kepada orang yang lebih tua yang lebih mirip Krama Inggil, selain itu juga digunakan untuk acara pertemuan menjelang perkawinan.

Imbuhan -y-

Beberapa dari kata dalam bahasa Osing masih memiliki imbuhan -y- (Templat:Ipa blink yang terletak di tengah-tengah kata, misalnya seperti "ngumbyah", "kidyang" yang berbeda dengan pelafalan dalam bahasa Jawa baku, yakni /ŋum.bah/ dan /ki.daŋ/.[8]

Selain itu, inventoris kata dalam bahasa Osing yang berbeda dari bahasa Jawa baku yang lain adalah sebagai berikut:[8]

  • osing/sing (Terjemahan: "Tidak"; Bahasa Jawa Baku: ora)
  • paran (Terjemahan: "apa"; Bahasa Jawa Baku: : åpå)
  • kadhung (Terjemahan: "Jikalau"; Bahasa Jawa Baku: :yèn,lèk,nèk)

Kosakata

Beberapa kosakata Bahasa Using merupakan turunan langsung dari Bahasa Jawa Pertengahan dan Jawa Kuno, menurut penelitian oleh Prof. Dr. Suparman Heru Santosa[butuh rujukan]: Bahasa Using diduga memisahkan diri dari Bahasa Jawa Pertengahan akhir (menuju peralihan ke Jawa Modern) sejak akhir abad ke-15, dengan demikian disaat Kerajaan Blambangan berdiri pun Dialek Using sudah berkembang dan digunakan di Banyuwangi. [butuh rujukan] Sehingga ada beberapa kata pada Bahasa Using yang berasal dari Bahasa Jawa Kuno, Pertengahan maupun Modern, serta adanya pengaruh Bahasa Bali yang agak signifikan terlihat dalam bahasa ini, seperti kosakata sing (tidak) dan bojog (monyet).

Osing Jawa standar
(Solo–Yogya)
Glosa
isun aku, kulå, ingsun saya
sun, hun tak-, dak-, sun (jarang, untuk sastra, contohnya sun gegurit) kata ganti orang (aku/saya)
hirå/irå, sirå, rikå, ndikå kowé, sampéyan, panjenengan, ndikå kamu
-isun, -nisun -ku, kulå (krama), -ingsun, -ningsun (jarang, untuk sastra) akhiran aku
-irå, -nirå, -rikå, -nrikå -mu, panjenengan (krama), -irå, -nirå (jarang, untuk sastra) akhiran kamu
-é, -né -é, -né (ngoko), -ipun, -nipun (krama) -nya
-akên -aké (ngoko), -akên (krama) -kan
di- di- (ngoko), dipun- (krama) di-
iyané, yané dheweke dia
dhewek dhewe sendiri
bain
(byaén)
baé, waé saja
soren wingi kemarin, sore
soren bengi wingi bengi kemarin malam
sorene maning, wingenane (wingyenane') wingenane kemarin dulu
kesuwun matur nuwun terima kasih
aran jeneng (lebih umum), aran, nåmå/nami, asmå nama
aranisun jenengku (lebih umum), aranku nama saya
aranirå, aranrikå jenengmu (lebih umum), aranmu nama kamu
lare bocah, lare anak
wong wong orang
dulur sêdulur, sêdhèrèk saudara
arêp, nak arêp akan
maning manèh lagi
emong emoh tidak mau, enggan
acak jajal coba
ulih olèh dapat
ilu, milu, nutut mélu, tumut, ngetut ikut
uwah, robah owah berubah
umah (umyah) omah rumah
lebih luwih lebih
nånå, sing ånå, hing ånå ora ånå tidak ada, tiada
sing paran-paran, hing paran-paran ora åpå-åpå tidak apa-apa, tidak mengapa
sing biså, hing biså ora biså, mboten saged tidak bisa
sing gunå, hing gunå ora gunå, ora migunani tidak berguna
sing kuat, hing kuat ora kuwat tidak kuat
durung durung belum
dudu dudu, sanes bukan
parêk cêdhak, cêrak dekat
golek, golet golek mencari
sulung, hulung, lung dhisik, sik dulu
mau, maukå mau, wau tadi
mung, cumong mung, amung, namung hanya, cuma
kanggo kanggo untuk
unggah, munggah unggah, munggah naik
udhun, mudhun udhun, mudhun turun
jero, jeru jero, jeru dalam
njåbå njåbå, njawi luar
cethèk cèthèk dangkal
weruh, wuningå weruh, uningå tahu
sedhelå, sedhilut sadhélå, sakêdhap sebentar
sampek, taker nganti, ngasi sampai
åjå åjå jangan
sing, hing ora tidak
taping, naming nanging, ananging namun, tetapi
juwut, epèt/ampèt jupuk ambil
paran åpå apa
sakat wiwit, kawit, ket sejak, semenjak
bêngen biyen dahulu
kakang, kang kakang, kangmas, kang, mas kakak laki-laki, abang
mbok mbakyu, mbak, yu kakak perempuan
tuwek tuwå tua
apak bapak, båpå, råmå ayah
emak ibu, mak, biyung, simbok ibu
anang mbah lanang kakek
adon mbah wadon nenek
bacot
(byacot)
irung hidung
sikil sikil kaki
iki (ikai) iki, punikå, puniki ini
iku (ikau) iku, kuwi, punikå, puniku itu
ikå ikå, kae, punikå itu (jauh)
kéné, meréné kéné, mréné sini, ke sini
kånå, merånå kånå, mrånå sana, ke sana
melebu mlebu masuk
wetu, metu wetu, metu keluar
melaku mlaku berjalan
melayu mlayu berlari
perèi prèi libur
seperéné sepréné hingga saat ini
seperånå seprånå hingga saat itu
gerabah (geryabyah) grabah gerabah
cemepak cumepak tersedia
endi (êndai) endi mana
kêlêndi (kêlêndai) kêpriyé, piyé bagaimana
wayakêndi, kapan kapan kapan
apuwå kenå ngåpå kenapa, mengapa
såpå, håpå såpå siapa
pirå, sekendi(an) pirå berapa
påcå sidå jadi
cupar sujånå, butarepan cemburu
lumur gelas gelas
aju banjur, lajêng lalu, kemudian
menyang lungå pergi
njelasakên, nerangakên nerangaké (ngoko), nerangakên (krama) menjelaskan, menerangkan
ngomongakên ngomongaké (ngoko), ngginemakên (krama) membicarakan
nyebarakên nyebaraké (ngoko), nyebarakên (krama) menyebarkan
nggeningakên ngêjaraké, ngumbaraké, ngêbènaké membiarkan
nggunakakên nggunakaké (ngoko), ngginakakên (krama) menggunakan
nganakakên nganakaké (ngoko), ng(a)wontênakên (krama) mengadakan
ngêrungokakên ngrungokaké (ngoko), mirêngakên (krama) mendengarkan
mêlêcirakên ngluncuraké meluncurkan
picis dhuwit uang
kêmêthak umuk, kemaki, kêminter sombong, sok tahu
deleng, dileng deleng, delo(k), dulu lihat
hang, kang sing, kang, ingkang yang
magih isih masih
elom ngelih, luwé lapar
gedigi, digi (kadya/kadi iki) mangkene, ngene begini
gedigu, digu (kadya/kadi iku) mangkono, ngono begitu
makene
(myakenè)
kareben, ben, supåyå, amrih, murih agar, supaya
muni muni berbunyi
mulih mulìh, bali pulang
kecaruk kêpêthuk, ketemu bertemu
katon katon terlihat, tampak
wadon wadon perempuan
jêbeng, bêng
(jêbyêng, byêng)
gêndhuk (ndhuk), dhènok (nok) sebutan untuk anak perempuan
thulik tholé (lé), ênggèr (ngger), kenang (nang) sebutan untuk anak laki-laki
takon takon bertanya
ring, nong ing di
ring endi, nong endi ing endi di mana
nyang mênyang, nyang, mring ke
tekå' såkå dari
kadhung, adhung, dhung yèn, nèk kalau
gok ånådéné, yèn, mbok bilìh bahwa, kalau
kathik nganggo memakai, menggunakan
kåncå kåncå teman
ånå ånå ada
madhang
(madhyang)
mangan, madhang makan
mêmêngan, mêngan dolan, amêng-amêng bermain
késùk sésùk besok
wérå jêmbar, åmbå, bawérå luas
saiki saiki sekarang
sawi telå singkong
sawen, sayur sawi sawi
entek entek habis
mêgawe nyambut gawe, mêgawe bekerja
èdhèng/adhèng (èdhyeng, adhyèng), alon alon, rindhik pelan, perlahan
mari bar, rampung selesai
nawi mênåwå, mênawi barangkali
jumbul jumbul, mecungul muncul
ambi karo, kambi dengan
masiyå sênajan, sanadyan walaupun
kêneng kênå mengenai
kari nemen/temen, tenan, banget, kliwat sangat, benar-benar, terlalu
kari alon kliwat alon, alon banget terlalu pelan, sangat pelan
kari sing kuat, sing kari kuat ora kuwat banget, ora kuwat tenan, kliwat ora kuwat sangat tidak kuat, benar-benar tidak kuat, terlalu tidak kuat
buru lagi (men)tas, lagiyan, lagi waé/baé baru saja
bangur (byangur) angur, luwung, mendhing lebih baik
kêdhokan kêdhokan, galêngan pematang sawah
wêlas tresnå cinta
gubab (gubyab) ngapusi bohong
gêsah kåndhå, ngomong, nggunêm, jagongan berbicara, mengobrol
janggêt kêlet menempel
kêpus têlês, kêbês basah
laki/rabi bojo, garwå suami/istri
lakinisun/rabinisun bojoku, garwaku suamiku/istriku
ijèn (ijyen) ijèn sendiri, seorang diri
wurung wurung batal, tidak jadi
abang (abyang) abang merah
kelawu, belawu klawu abu-abu, kelabu
cêmêng irêng, cêmêng hitam
biru terong wungu ungu
kapuråntå jambon merah muda
sabrang êndhog jinggå, oranye jingga
getuh buthêk keruh
semångkå, belungking semångkå semangka
munyik ngguyu, gumuyu tertawa
lor, elor lor utara
kulon kulon barat
wetan, etan wetan timur
kidul kidul selatan
anter banter keras, cepat
gancang (gyancang) ndang, age, gelis cepat
ndhuwur ndhuwur, nginggil atas
ngisor isor, ngisor bawah
dhuwur dhuwur, inggil, luhur tinggi
cendhèp cendhèk, endhèk rendah
dåwå dåwå panjang
enthek, menthek, cingkrek/cingkek, cendhek cendhèk, cekak pendek
jajang pring bambu
enggek, bengkek akèh banyak
ipet saithik, sithik, saipêt, saimêt sedikit
iwak iwak ikan
banyak (byanyak) banyak angsa, soang
banyu (byanyu) banyu air
segårå segårå, laut laut
agep ambegan, ambekan napas, bernapas
nguwèni, wèni ngwèhi, mènèhi memberi
såyå såyå, sangsåyå, tansåyå semakin, makin
eluh, iluh êluh air mata
endhas (endhyas), pathak endhas (dianggap kasar), sirah, muståkå kepala
cangkem cangkem (kadang dianggap kasar), tutuk mulut
lambé lambé bibir
gulu gulu leher
pakèl, kèlèk kèlèk ketiak
abet solah tingkah lagak, tingkah
pudhot dhudhå duda
lancing jåkå bujang, perjaka
rengit lemud nyamuk
urip urip hidup
murub murub hidup, menyala
angkat, ngangkat wiwit mulai
marahi, nggarai maraki, njalari, nyababaké, nggarani menyebabkan
untab nesu, muring, muntab marah

Pengaruh bahasa Bali

Osing Bahasa Bali Jawa standar
(Solo–Yogya)
Bahasa Indonesia
using, sing, uhing, hing tusing ora, mboten tidak
sawi (ke)sela sawi telå singkong
bojog bojog kethek, munyùk monyet

Pengaruh bahasa Inggris

Osing Bahasa Inggris Jawa standar
(Solo–Yogya)
Bahasa Indonesia
nagut not good ora apik, ora bêcik tidak baik
kari very temen, banget sangat

Referensi

  1. ^ a b Darojatin, Elok (2020). "Pemertahanan Bahasa Using di Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten Jember (Kajian Sosiolinguistik)". Lingua: Jurnal Sastra, Bahasa, dan Pengajarannya. 16 (1). Semarang: Universitas Negeri Semarang. ISSN 2549-3183.
  2. ^ a b Hasbullah, Izur (2018). "Variasi Dialektal di Kabupaten Jember dan Banyuwangi Bagian Selatan". Jurnal Sapala. 5 (1). Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Diakses tanggal 26 Juli 2025.
  3. ^ Bahasa Osing di Ethnologue (ed. ke-18, 2015)
  4. ^ https://www.ethnologue.com/language/osi; diakses pada: 4 Januari 2019.
  5. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Osing". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. ; ;
  6. ^ "Bahasa Osing". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
  7. ^ "Mataram vs Blambangan: Kisah Perang Yang Mengubah Peta Politik Jawa Timur". intisari.grid.id. Intisari. Diakses tanggal 26 Juli 2025.
  8. ^ a b "Projects > Javanese Dialectology > Osing Dialect". Jakarta Field Station. Diarsipkan dari asli tanggal 2011-05-14. Diakses tanggal 2011-05-14.

Bacaan lanjutan

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya