Amsal 13
Amsal 13 (disingkat Ams 13) adalah bagian dari Kitab Amsal dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen.[1][2] Teks
Struktur
Ayat 3
Perkataan yang sembarangan dan lidah yang tak terkendali dapat merusak pengaruh seseorang untuk kebenaran, menyebabkan orang itu berdosa (Pengkhotbah 5:6) dan mempengaruhi hubungan orang itu dengan Allah (Pengkhotbah 5:7). Seorang yang sempurna akan menguasai perkataannya dengan saksama (Amsal 8:6–8; Yakobus 3:2). Orang percaya harus memohon pertolongan dari Allah dalam mengendalikan lidahnya (lihat Mazmur 141:3; bandingkan Amsal 10:14,19; 18:7; 2 Timotius 3:3; Yakobus 3:2–13).[5] Ayat 10
Sering kali orang berselisih dan bertengkar mempertahankan pendapatnya sendiri karena kesombongan. Dengan melakukan hal itu mereka mungkin ingin dianggap terbesar (Lukas 22:24), memberontak terhadap yang berkuasa (Bilangan 12:2) atau kepada kebenaran alkitabiah (2 Timotius 4:3–4), atau terdorong oleh roh pemisah (1 Korintus 3:3–4). Apabila terjadi perselisihan, kita perlu bertanya pada diri sendiri apakah kesombongan terlibat dalamnya ataukah karena kita sungguh-sungguh ingin mempertahankan kebenaran (Galatia 2:4–5; 1 Tesalonika 2:2; Yudas 1:3).[5] Ayat 20
Ayat 24
Alkitab mengarahkan orang-tua untuk mendisiplinkan anak-anak mereka dengan "tongkat" sepanjang masa pertumbuhan mereka. Memukul anak hanya boleh dilakukan manakala si anak dengan sengaja tidak mau taat atau memberontak; tujuan pukulan hanyalah meniadakan kebebalan, pemberontakan, dan sikap tidak hormat kepada orang-tua (Amsal 22:15). Disiplin orang-tua yang memadai, yang dilaksanakan dengan bijaksana, penuh kasih, dan tenggang rasa membantu anak-anak untuk belajar bahwa perilaku yang salah membawa dampak tidak enak dan mungkin meliputi penderitaan (Amsal 29:15). Disiplin semacam itu diperlukan agar anak-anak tidak membentuk sikap yang nantinya akan membawa kehancuran dan kematian (Amsal 19:18; 23:13–14). Disiplin saleh di dalam keluarga akan membawa kebahagiaan dan sejahtera di dalam rumah tangga (Amsal 29:17); disiplin itu harus senantiasa dilaksanakan karena kasih sebagaimana dilakukan oleh Bapa sorgawi kita (Ibrani 12:6–7; Wahyu 3:19).[5] Referensi
Pranala luar
|