Sungai Kuning
Sungai Kuning,[a] juga dikenal sebagai Huanghe, adalah sungai terpanjang kedua di Tiongkok dan sistem sungai keenam terpanjang di Bumi, dengan perkiraan panjang 5.464 km (3.395 mi) dan DAS seluas 795.000 km2 (307.000 sq mi). Dimulai di Pegunungan Bayan Har, sungai ini mengalir ke arah timur sebelum memasuki Lingkaran Ordos sepanjang 1.500 km (930 mi), yang membentang ke timur laut di Gansu melalui Dataran Tinggi Ordos dan berbelok ke timur di Mongolia Dalam. Sungai ini kemudian berbelok tajam ke selatan membentuk batas antara Shanxi dan Shaanxi, berbelok ke timur di pertemuannya dengan Sungai Wei, dan mengalir melintasi Dataran Tiongkok Utara sebelum bermuara di Laut Bohai. Nama sungai ini diambil dari warna kuning airnya, yang berasal dari banyaknya sedimen yang terbuang ke air saat sungai mengalir melalui Dataran Tinggi Loess.[1] Cekungan Sungai Kuning merupakan tempat lahirnya peradaban Tiongkok kuno. Menurut historiografi Tiongkok tradisional, Dinasti Xia berasal dari tepian sungai ini sekitar tahun 2100 SM; Shiji karya Sima Qian (ca 91 SM) mencatat bahwa Xia didirikan setelah suku-suku di sekitar Sungai Kuning bersatu untuk memerangi banjir yang sering terjadi di daerah tersebut. Sungai ini telah menyediakan tanah yang subur untuk pertanian, tetapi sejak itu telah banjir dan sering berubah arah, dengan satu perkiraan menghitung 1.593 banjir dalam 2.540 tahun antara 595 SM dan 1946 M.[2] Karena itu, Sungai Kuning telah dianggap sebagai berkah sekaligus kutukan sepanjang sejarah, dan dijuluki "Kebanggaan Tiongkok" dan "Kesedihan Tiongkok".[3] Daerah aliran Sungai Kuning saat ini berpenduduk 120 juta jiwa, sementara lebih dari 420 juta jiwa tinggal di provinsi-provinsi sekitarnya yang mengandalkannya sebagai sumber air.[4] Cekungan ini meliputi 13 persen dari luas lahan pertanian Tiongkok.[5] Daerah tersebut menerima curah hujan yang sangat tidak merata, hanya 2 persen dari limpasan air China[5]—aliran air dan sedimen telah menurun lima kali lipat sejak tahun 1970-an, dan hingga saat ini, sungai tersebut sering kali tidak mencapai laut.[6] Sejak tahun 2003, Tiongkok telah mengerjakan Proyek Transfer Air Selatan–Utara untuk mengurangi tekanan pada pasokan air sungai. HuluSebagaimana juga beberapa sungai panjang di Tiongkok, sungai Huang berhulu di Dataran Tinggi Tibet. Daerah Aliran SungaiDaerah aliran sungai huang pada hulunya sangatlah sempit melewati celah-celah pegunungan di Dataran Tinggi Tibet. Kemudian pada bagian tengahnya sungai ini melewati padang gurun di Provinsi Mongolia Dalam sebelum menembus Pegunungan Barat (Shan Xi). Karena melewati dataran gurun inilah maka sungai ini dinamakan sungai kuning, yakni akibat membawa material tanah berwarna kuning yang disebut Loess, yang sangat cocok bagi pertanian. Bagian hilir dari sungai ini mengaliri bagian utara Dataran Tiongkok. Di antara provinsi-provinsi di Tiongkok yang masuk dalam daerah aliran sungai ini pada hilirnya adalah Henan, Hebei, dan Shandong. Di bagian hilir ini daerah aliran sungai kuning bersatu dengan daerah aliran-aliran sungai lain yang mengaliri Dataran Tiongkok. Hal ini dikarenakan banyaknya bendungan serta kanal-kanal yang dibagun oleh berbagai kerajaan/negara dalam peradaban Tiongkok sejak dahulu hingga kini, yang menghubungkan sungai-sungai besar di dataran tersebut. Selain itu karena datarnya Dataran Tiongkok, sering kali aliran-aliran sungai yang ada berubah jalur. Sungai Kuning saat ini bermuara di Laut Bohai, sebelah utara Semenanjung Pegunungan Timur (Shan Dong). Namun dalam sejarahnya pernah bermuara di Laut Kuning di sebelah selatan semenanjung tersebut. Peran dalam Sejarah TiongkokSungai Kuning atau Huang He adalah tempat lahirnya peradaban Tionghoa di mana aktivitas pertanian bermula di lembah Sungai Kuning. Sungai ini memegang peranan penting tidak hanya bidang ekonomi tetapi juga sejarah. Lembah Sungai Kuning telah dihuni selama 7 ribu tahun lalu bersamaan dengan perkembangan agrikultur di kawasan tersebut . Ketersediaan bahan gizi karena kesuburan tanahnya merupakan faktor utama peran Huang He dalam perkembangan peradaban Tiongkok. Ironisnya, selain berkontribusi dalam memberi kehidupan bagi rakyat disekitarnya, Huang He juga sering menyebabkan banjir besar sehingga sungai ini juga dijuluki dengan "Kesedihan Tiongkok".[7] Catatan
Catatan kaki
|