Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Wedung

Wedung

Sebuah Wedung bergaya Bali, sebelum tahun 1939.
Jenis Pisau Seremonial, Golok
Negara asal Indonesia
Sejarah pemakaian
Digunakan oleh Orang Bali, Orang Jawa
Spesifikasi
Panjang sekitar 30 hingga 35 cm (12 hingga 14 in)

Tipe pedang Bilah punggung lurus dengan sisi cembung
Tipe gagang Kayu, tanduk kerbau
Jenis sarung Kayu, kelengkapan tanduk kerbau

Wedung (atau Wedoeng, Wedong) adalah pisau tradisional besar milik Orang Jawa dan Orang Bali yang berasal dari Indonesia.

Deskripsi

Sebuah Wedung bergaya Jawa, sekitar abad ke-16–19.

Wedung adalah golok pendek dan lebar (Bendho[1]). Bilahnya memiliki punggung lurus dan sisi berbentuk huruf S. Wedung dapat dibuat dari besi polos, tetapi juga ada yang ditempa dengan pamor. Bagian punggung kadang diasah sepanjang 1/3 dari panjangnya dari ujung. Pangkal bilahnya lurus dan membentuk sudut 90 derajat dengan punggung. Bagian pangkal ini biasanya dihiasi dengan ukiran berupa lekukan atau gigi kecil (greneng). Kadang terdapat bulatan atau lubang (kembang kacang). Selain itu, pangkal bilah bisa dihiasi dengan tatahan atau inkrustasi bergambar naga mitologis (naga), daun, dan motif bunga. Gagang (peksi) dibuat dari bagian punggung bilah yang tebal. Di antara gagang dan bilah, ditempa sebuah segmen berbentuk segi lima (metok atau penebal integral). Gagang pendek berbentuk segi lima di Jawa merupakan lanjutan dari metok. Gagang biasanya terbuat dari kayu, tetapi ada juga dari gigi hewan. Bagian atasnya yang halus diratakan. Wedung dari Bali berbentuk lebih ramping dan biasanya dihiasi lebih mewah. Pada bagian belakang dekat pangkal, kadang ditambahkan hiasan panjang. Gagang dan metok Wedung Bali umumnya berbentuk bulat pada penampangnya, bukan segi lima, dan kadang dipahat. Sarung kayu biasanya mengikuti bentuk bilah, namun bisa juga berbentuk persegi di bagian bawah. Mulut sarung memiliki tepi melebar di sekelilingnya. Pada bagian belakang sarung terdapat kait besar dari tanduk berbentuk seperti sendok sepatu (sangkletan), yang berfungsi untuk menyangkutkan Wedung ke sabuk. Kait ini dipasang dengan ikatan dari tanduk, rotan, atau logam. Pada contoh mahal, sarung kadang dihiasi satu atau dua pelat emas atau perak berbentuk bulat atau koma.[2]

Budaya

Wedung adalah senjata khas berbentuk kapak yang dikenakan pada upacara kenegaraan oleh para bangsawan ketika berada di hadapan penguasa.[3] Senjata ini dibawa di dalam istana (kraton) sebagai simbol pengabdian kepada sultan untuk melakukan tugas seperti menebang semak atau bahkan pekerjaan sederhana seperti memotong rumput. Karena itu, Wedung tidak lagi berfungsi sebagai senjata sejati melainkan sebagai alat kerja yang dikenakan di pinggul kiri dan digunakan sebagai hiasan pribadi.[2] Berbeda dengan Keris yang hanya dikenakan laki-laki, Wedung dapat dikenakan baik oleh pria maupun wanita di lingkungan kraton.[4]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Amir Mertosedono (1987). Mengenal Senjata Tradisional Kita. Dahara Prize. ASIN B0000D7JZJ.
  2. ^ a b Albert G Van Zonneveld (2002). Traditional Weapons of the Indonesian Archipelago. Koninklyk Instituut Voor Taal Land. ISBN 90-5450-004-2.
  3. ^ Thomas Stamford Raffles (1830). The History of Java. John Murray. ASIN B005ZI21FY.
  4. ^ Heru Basuki (2007). Dakwah Dinasti Mataram Dalam Perang Diponegoro, Kyai Mojo & Perang Sabil Sentot Ali Basah. Samodra Ilmu. ISBN 978-602-8014-01-4.

Bacaan lanjutan


Kembali kehalaman sebelumnya