Ishaq bin Rahawaih
Ishaq bin Ibrahim bin Makhlad bin Rahwaih Abu Ya'qub al-Hanzali al-Marwazi (bahasa Arab: إسحاق بن إبراهيم بن مخلد بن راهويه أبو يعقوب الهَنْظَليّ المَرْوَزِيّ, 777-778 - 855 M) umumnya dikenal sebagai Ishaq bin Rahwaih[a] (diromanisasi: Ishāq bin Rāhawaih) adalah seorang ulama, ahli hukum, muhaddits, mufassir, dan teolog Muslim Sunni. Sahabat Ahmad bin Hanbal, dia menemaninya dalam perjalanan menuntut ilmu, dan ia juga merupakan guru Bukhari yang menginspirasi beliau untuk menyusun kitab Shahih al-Bukhari. Di antara karyanya yang masih ada adalah al-Musnad, sebuah kumpulan hadis yang disusun oleh para perawi sahabat. Garis keturunanIshaq berasal dari suku Adnan dari Bani Tamim. Silsilah lengkapnya tercatat sebagai berikut: Isḥāq bin Abī al-Ḥasan Ibrahim bin Mukhlad bin Ibrahim bin ʿAbdullāh bin Maṭar bin ʿUbaydullāh bin Ghālib bin ʿAbdul Wārits bin ʿUbaydullāh bin ʿAṭiyyah bin Murrah bin Kaʿb bin Hammām bin Asad bin Murrah bin ʿAmr bin Ḥanẓalah bin Mālik bin Zayd Manat bin Tamīm bin Murrah al-Ḥanẓalī al-Marwazī.[3][4][5] Asal usul namaKebingungan telah lama terjadi seputar namanya. Ibnu as-Sam'ani menyatakan bahwa namanya seharusnya dibaca 'Rahuwaih', tetapi ia disebut 'Rahawaih', tampaknya karena kesulitan ḍammah pada huruf ha'. Di sisi lain, Ibnu Khallikan mengusulkan 'Rahwaih' dan 'Rahuya'.[6] Berbagai kisah juga mengisahkan asal-usul namanya. Dalam sebuah laporan, gubernur Thahiriyah, Abdallah bin Thahir, meminta penjelasan dari Ishaq tentang asal-usul namanya. Ishaq kemudian menjelaskan bahwa ayahnya lahir saat bepergian dan inilah mengapa ia mendapat lakab (julukan) 'Rahuwi'.[6] Ibnu Khallikan memberikan versi berbeda dari kisah serupa. Ayah Ishaq lahir di jalan menuju Makkah. Dalam bahasa Persia, kata untuk jalan adalah "rāh", dan "waih" berarti menemukan, sehingga berarti 'orang yang ditemukan di jalan'.[6] "Ibnu Rāhwaih" tetap menjadi lakab bagi keturunannya.[7] BiografiIshaq bin Rahwaih lahir di Merv, sekarang Mary, Turkmenistan, pada tahun 161 H/777–778 M. Dia memulai studinya di Khorasan dan kemudian memulai perjalanannya pada usia tiga belas tahun. Dia dilaporkan telah belajar di Hijaz, Yaman, Suriah, dan mencapai Irak pada tahun 800 M. Dia sering bepergian ke Bagdad sebelum menetap secara permanen di Nishapur, di mana dia menghabiskan sisa hidupnya sampai kematiannya.[8][9] Di antara guru-guru beliau yang paling terkemuka adalah para ahli hadis Abdullah bin al-Mubarak (w. 797) di Khorasan, Ibnu 'Ulayyah (w. 809) dan Sufyan bin Uyainah (w. 814) di Hijaz, serta Waki' bin al-Jarrah (w. 812) dan Yahya bin Adam (w. 818) di Irak. Beliau juga merupakan rekan sezaman dan dekat Ahmad bin Hanbal dan guru Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa'i.[8] Ibnu Rāhwaih dianggap sebagai salah satu ulama terkemuka pada zamannya. Ia juga biasa mengeluarkan fatwa (putusan hukum).[10] Selama tinggal di Irak, ia menjadi salah satu sahabat terdekat Ahmad bin Hanbal.[6] Ia dilaporkan menghafal tujuh puluh ribu hadits.[11][12] Ajarannya berkembang menjadi mazhab hukum Sunni, yang tidak bertahan hingga saat ini.[13] Karena ia seorang tradisionalis, ia bersikap memusuhi Ahlur Ra’yi.[9] Menurut Ibnu Qutaibah, Ishaq berpendapat bahwa Ahlur Ra'yi "meninggalkan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi dan menganut qiyas (analogi)," yang membawa mereka pada kontradiksi dan absurditas.[14] PenampilanDia dilaporkan mewarnai jenggotnya dengan inai.[15] KematianIa wafat pada tanggal 14 Sya'ban 238 H/29 Januari 853 M.[16] Banyak orang menulis elegi untuk meratapi kematiannya.[17][16] Makamnya diketahui dan dikunjungi setidaknya hingga abad ke-10.[18] PengaruhIshaq bisa dibilang menjadi guru Bukhari yang paling berpengaruh dan mempengaruhinya untuk menyusun Sahih al-Bukhari.[19] Bukhari meriwayatkan:[20]
Karya![]() Wikisource Arab memiliki teks asli yang berkaitan dengan artikel ini:
Karya-karya berikut tercantum dalam al-Fihrist Ibnu an-Nadim:[9][21]
Catatan
Referensi
Sumber
|