Ia menghasilkan dua karya tulis dalam bidangnya, The Indianized States of Southeast Asia (1968, 1975) dan The Making of South East Asia (1966), juga banyak artikel, yang di dalamnya ia mengembangkan konsep kerajaan terindianisasi. Namun, kesepakatan masa kini beranggapan bahwa tidak terjadi indianisasi yang penuh sebagaimana yang dipercaya Cœdès karena banyak praktik keagamaan dan budaya setempat yang masih tetap hidup di bawah "topeng" budaya India.
Georges Cœdès dihargai dalam dunia arkeologi atas penemuan kembali Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang, Indonesia, yang melebarkan pengaruh sampai seantero Sumatra, Semenanjung Malaya, dan Jawa. Warga Indonesia, termasuk di Palembang, tak pernah mendengar nama Sriwijaya hingga Cœdès menerbitkan penemuan dan penafsirannya dalam publikasi berbahasa Belanda dan Indonesia.[3] Meskipun begitu, di antara kaum elit terdidik dan juga bangsawan, sejarah kerajaan yang datang silih berganti dan nasibnya amat dikenal.[4]
Penghargaan
Cœdès menerima penghargaan kerajaan dari Thailand:
^Alatas, Farid, et al. (2004)Asia in Europe, Europe in Asia International Institute for Asian Studies, Institute of Southeast Asian Studies ISBN 981-230-206-9
^OHre, Martin (1986). Majapahit's Influence over WWanin in New Guinea in the Fourteenth Century, Bachelor of Letters Thesis. Canberra, Australia. hlm. 8–9. ISBN [[Special:BookSources/0-300-10518-5: [1]|0-300-10518-5: [http://www.papuaweb.org/dlib/s123/ohare1/01.pdf]]]. ; ; Pemeliharaan CS1: Lokasi tanpa penerbit (link)