Konflik Hamas-Fatah (bahasa Arab: النزاع بين فتح و حماس Al-Fatah Nizā Bain wa Hamas), juga disebut sebagai Perang Saudara Palestina (bahasa Arab: Surah Al الحرب الأهلية الفلسطينية-Ḥarb al-ʾ Ahliyyah al-Filisṭīnīyah), dan Konflik sesama saudara (Bahasa Arab: صراع الأخوة sira ʿ al-Ikhwah), dimulai pada tahun 2006 dan terus berlanjut, dalam satu bentuk atau lain, ke tahun 2008. Konflik antara dua pihak fraksi utama Palestina yaitu Fatah dan Hamas. Mayoritas peperangan adalah terjadi di Jalur Gaza dimana dimulai pertikaian terjadi setelah Hamas memenangkan dalam pemilihan legislatif dan Hamas kemudian menguasai Jalur Gaza. ketegangan antara Hamas dan Fatah mulai meningkat pada 2005 setelah kematian pemimpin lama PLO Yasser Arafat yang meninggal pada 11 November 2004 dan kembali intensif setelah Hamas memenangkan pemilihan umum 2006.
Konflik ini disebut Wakseh antara Palestina, yang berarti merusak, dan roboh akibat kerusakan yang diakibatan oleh perbuatan sendiri.
Hamas dan Fattah memiliki ideologi yang berbeda. Hamas dengan ideologi Islam sedangkan Fatah dengan ideologi nasionalis sekuler. Perbedaan ini semakin tajam ketika Fatah dan PLO bersedia berunding, bahkan mengakui eksistensi Israel.
Diantara perundingan PLO-Israel yang dimediasi oleh AS, yaitu Perundingan Oslo yang hasilnya adalah berdirinya Otoritas Nasional Palestina (PNA) pada tahun 1994. Otoritas Palestina ini dipimpin langsung oleh Yasser Arafat. Sepanjang kepemimpinan Arafat, Otoritas Palestina telah menjadi perpanjangan tangan Israel dalam menekan perjuangan gerilyawan Palestina, termasuk Hamas. Segala bentuk serangan kepada Israel dikategorikan sebagai aksi terorisme dan Palestina berkewajiban membasmi gerakan tersebut.
Januari 2005, diadakan pemilihan Presiden Otoritas Palestina. Hamas memboikot pemilu ini, dimana pemilu ini dimenangkan Mahmoud Abbas, pemimpin Fatah pasca Arafat. Tapi kemudian, Hamas ikut dalam pemilu Legislatif bulan Januari 2006 dan berhasil meraup 42,9% suara. Hal ini membuktikan mayoritas masyarakat Palestina mendukung perjuangan Hamas.
Kemenangan Hamas dalam pemilu legislatif mengakibatkan terpilihnya Ismail Haniyah sebagai Perdana Menteri Palestina. Namun karena selama ini Hamas cenderung melakukan serangan-serangan kepada Zionis Israel, negara-negara barat telah menempatkan Hamas sebagai organisasi teroris, apalagi setelah pernyataan Ismail Haniyah yang menyatakan bahwa tidak akan mengakui keberadaan Israel.
Israel tidak pernah menghentikan serangannya ke wilayah Palestina. Hamas membalas serangan itu dengan melemparkan roket ke wilayah Israel. Hal ini membuat Israel dan Barat ( termasuk Sekjen PBB) menghentikan aksi senjata bahkan menyebutnya sebagai aksi teroris. Fatah pun ikut-ikutan menentang Hamas bahkan membunuh tokoh-tokoh Hamas. Perang antara keduanya meletus dan menewaskan ratusan orang. Puncaknya pada 14 Juni 2007, Presiden Otoritas Palestina membubarkan kabinet dan memecat Ismail haniyah. Hamas menolak keputusan itu dan tetap menganggap Ismail haniyah sebagai Perdana Menteri. hingga kini Gaza dikuasai Hamas dan Tepi barat dikuasai Fatah. Sejak bulan Juni 2007 pula, Israel memblokade Gaza.[10]
Garis waktu
2006
Maret sampai Desember
17 Maret: Mahmoud Abbas menolak untuk bergabung dengan pemerintah yang dibentuk oleh Hamas, setelah Hamas memenangkan pemilu legislatif yang demokratis.
10 Mei - 11 Mei: Tiga orang tewas selama dua hari dari perselisihan, termasuk satu serangan oleh Hamas pada prosesi pemakaman pihak Fatah.
17 Mei, pasukan yang setia kepada Hamas dan Fatah mencoba untuk membuat kontroversial baru keamanan kerja.[11]
24 Mei: Satu anggota Hamas tewas dan dua lainnya luka-luka setelah sebuah penculikan oleh Fatah, puncaknya dalam sebulan di mana terdapat 9 orang tewas dalam pertempuran antara kedua belah pihak.[12]
7 Juni, Hamas menyetujui untuk menarik para milisi dari jalanan.[13]
20 Juli gencatan senjata lokal dilakukan oleh cabang militan Hamas yang menyerang rumah seorang pemimpin polisi Fatah setelah pengumuman gencatan senjata setelah pertempuran berakibat terbunuhnya 2 orang.
1 Oktober, delapan orang tewas dalam perang antara Hamas dan Fatah [14]
3 Oktober, dalam peperangan, tambahan satu dari warga sipil tewas dan 15 lainnya luka-luka.[15]
4 Oktober, pemimpin lokal Hamas tertembak mati oleh milisi bertopeng, diyakini berasal dari fraksi Fatah saingannya.[16]
11 Oktober: Dua belas orang tewas dan lebih dari 120 terluka dalam ppeemerangan antara Hamas dan Fatah, yang dimulai setelah Hamas memaksa membubarkan demonstrasi yang setia kepada polisi Fatah tentang kekurangan upah. yang kemudian menyebar ke bagian lain dari Jalur Gaza.[17]
20 Oktober, bidikan di luar jam istirahat setelah oleh Hamas dan Fatah mengumumkan untuk mengakhiri perkelahian antar golongan.[18]
11 Desember, teridentifikasi penembak gelap di Kota Gaza yang menewaskan tiga anak-anak berusia 3 sampai 9 tahun, dari Baha Balousha menurut laporan seorang pejabat intelijen dari Fatah. Intelijen Palestina menuduh bahwa pejabat Partai Hamas yang memerintahkan meskipun Hamas menyangkal keterlibatan.[19]
13 Desember, seorang tokoh militan Hamas di eksekusi mati oleh regu tembak dari Fatah.[19]