Zadie Smith
Zadie Smith (FRSL lahir 25 Oktober 1975) adalah seorang pengarang dan cerpenis asal Inggris.[1] Novel debutnya, White Teeth langsung menjadi best-seller dan memenangkan banyak penghargaan. Tidak lama kemudian, ia diangkat menjadi dosen tetap di fakultas sastra Universitas New York, sejak September 2010.[2] Kehidupan awalZadie Smith lahir pada 25 Oktober 1975[3] di Willesden[4] dari ibu keturunan Jamaika bernama Yvonne Bailey dan ayah berkebangsaan Inggris,[5] yang usianya 30 tahun lebih tua dari istrinya.[6] Saat berusia 14 tahun, dia memutuskan untuk mengubah namanya dari Sadie menjadi Zadie.[7] Ibunya tumbuh besar di Jamaika dan pindah ke Inggris pada tahun 1969.[3] Orang tuanya bercerai ketika Zadie masih remaja. Ia memiliki satu kakak tiri, satu abang tiri, dan dua adik laki-laki—yang satu dikenal sebagai rapper sekaligus komedian stand-up, Doc Brown, dan yang satu lagi adalah rapper bernama Luc Skyz. Saat masih kecil, Zadie suka banget tap dancing,[3] saat remaja, ia sempat kepikiran buat mengejar karier di teater musikal. Selama kuliah, dia cari uang tambahan dengan jadi penyanyi jazz, dan pernah juga bercita-cita jadi jurnalis.[8][9][10] Zadie bersekolah di sekolah-sekolah lokal—Malorees Junior School dan Hampstead Comprehensive School—lalu lanjut kuliah di King's College, Cambridge, dan mengambil jurusan sastra Inggris. Ia lulus dengan predikat upper second-class honours.[11] Sewaktu masih berkuliah, Zadie sempat ikut audisi untuk bergabung dengan Footlights—grup teater komedi terkenal tetapi gagal.[12] KarierNovel debut Zadie Smith yang berjudul White Teeth pertama kali diperkenalkan ke dunia penerbitan pada tahun 1997, bahkan sebelum selesai ditulis. Hanya bermodalkan sebagian naskah, naskah itu langsung memicu perang penawaran antar penerbit—dan akhirnya dimenangkan oleh Hamish Hamilton. Zadie menyelesaikan White Teeth di tahun terakhirnya di Universitas Cambridge. Saat terbit tahun 2000, novelnya langsung meledak di pasaran dan menuai banyak pujian. Dua tahun kemudian, kisahnya diangkat ke layar kaca dalam bentuk adaptasi televisi.[13] Namun, ia menolak debutnya yang dikategorikan bersama penulis-penulis besar seperti David Foster Wallace, Salman Rushdie, dan Don DeLillo.[14] Novel Zadie Smith yang berjudul NW terbit pada tahun 2012. Ceritanya berlatar di kawasan Kilburn London barat laut—judulnya sendiri merujuk ke kode pos daerah itu, NW6. NW masuk dalam daftar pendek untuk Royal Society of Literature dan Women's Prize for Fiction.[15] NW kemudian diadaptasi menjadi film televisi oleh BBC dengan judul yang sama, disutradarai oleh Saul Dibb dan naskahnya ditulis oleh Rachel Bennette.[16] Dibintangi Nikki Amuka-Bird dan Phoebe Fox,[17] Mulai tayang di BBC Two pada 14 November 2016.[18][19] Pada September 2013, Zadie Smith tampil di acara Desert Island Discs di BBC Radio 4,[20] ia memilih membawa À la recherche du temps perdu karya Marcel Proust ke pulau terpencil.[21] Lalu pada tahun 2015, sempat diumumkan bahwa Smith dan suaminya Nick Laird, sedang menulis skenario film fiksi ilmiah yang akan disutradarai oleh sineas Claire Denis.[22] Tapi belakangan Smith bilang kalau keterlibatannya di film High Life, sebenarnya tidak sebesar yang diberitakan—ia hanya membantu memperhalus dialog-dialog dalam bahasa Inggrisnya saja.[23] Kehidupan pribadiZadie Smith bertemu Nick Laird saat mereka sama-sama kuliah di Universitas Cambridge. Mereka menikah tahun 2004, di Kapel King's College, Cambridge. Zadie mendedikasikan novelnya On Beauty untuk “my dear Laird”, panggilan sayang untuk suaminya.[24] Setelah menikah, mereka sempat tinggal di Roma, Italia, Setelah itu, mereka pindah ke New York, lalu kembali ke London dan menetap di daerah Kilburn.[25] Kini mereka memiliki dua anak.[26] Zadie Smith pernah mengatakan kalau ia itu “tidak religius,”[27] dan memang dari kecil ia tidak dibesarkan dalam tradisi agama apa pun.[28] Dalam sebuah esai yang membahas tentang pandangan humanis dan eksistensialis perihal kematian, Smith menyebut dirinya sebagai seorang "humanis sentimental."[29][30][31] Kalau ia diminta memilih buku favorit, jawabannya adalah Middlemarch karya George Eliot.[32] Dalam wawancara bareng Eleanor Wachtel untuk Brick, A Literary Journal, Smith membeberkan bahwa Middlemarch adalah sebuah "prestasi luar biasa dalam bentuk novel. Begitu beragam dan luas—fokusnya menyebar tapi tetap tajam." Menurut Smith, Middlemarch adalah potret sosial yang menjadi cita-cita sastra Inggris, sekaligus karya filsafat besar seperti novel-novel dari benua Eropa.[33] Referensi
Pranala luar![]() Wikimedia Commons memiliki media mengenai Zadie Smith. ![]() Wikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan: Zadie Smith.
|