David Foster Wallace
David Foster Wallace (21 Februari 1962 – 12 September 2008) adalah seorang pengarang sekaligus dosen asal Amerika Serikat yang menciptakan banyak novel, cerita pendek, dan esai. Tapi yang paling dikenal dari karyanya adalah novel Infinite Jest[1] yang terbit tahun 1996—sebuah karya yang begitu kompleks sekaligus jenaka, sampai-sampai majalah Time memasukkannya dalam daftar 100 novel berbahasa Inggris terbaik yang diterbitkan sejak 1923 hingga 2005.[2] Pada tahun 2008, David Ulin dari Los Angeles Times bahwa Wallace adalah "salah satu penulis paling berpengaruh dan inovatif dalam dua puluh tahun terakhir."[3] Kehidupan awalDavid Foster Wallace lahir di Ithaca, New York, dari pasangan Sally Jean Wallace (nama gadisnya Foster) dan James Donald Wallace.[4] Keluarganya kemudian pindah ke Champaign-Urbana, Illinois, tempat Wallace dibesarkan bersama adik perempuannya, Amy Wallace-Havens.[5] Ayahnya adalah profesor filsafat di Universitas Illinois Urbana-Champaign,[6] sementara ibunya mengajar bahasa Inggris di Parkland College, sebuah community college di Champaign. Pada tahun 1996, sang ibu bahkan dinobatkan sebagai "Profesor Terbaik Tahun Ini".[7] Mulai kelas empat SD, Wallace tinggal bersama keluarganya di Urbana, dan bersekolah di SD Yankee Ridge, lanjut ke SMP Brookens, lalu ke SMA Urbana.[8] Di masa remajanya, Wallace dikenal sebagai pemain tenis junior yang cukup berbakat dan bahkan masuk peringkat regional. Masa-masa itu ia kenang dalam esainya yang berjudul "Derivative Sport in Tornado Alley," yang pertama kali dimuat di Harper's Magazine dengan judul "Tennis, Trigonometry, Tornadoes". Meski kedua orang tuanya adalah ateis, Wallace sempat dua kali mencoba bergabung dengan Gereja Katolik—namun ia gagal melewati masa "pengamatan iman". Setelah itu, ia sempat menghadiri kebaktian di gereja Menonit.[9][10][11] Wallace kuliah di Amherst College, almamater sang ayah. Di sana, ia mengambil jurusan sastra Inggris dan filsafat, dan lulus dengan predikat summa cum laude pada tahun 1985. Selain kuliah, Wallace juga aktif di berbagai kegiatan kampus, salah satunya adalah klub paduan suara—adik perempuannya bahkan pernah bilang kalau Wallace punya suara yang sangat merdu.[12][13] Setelah itu, ia melanjutkan ke Universitas Arizona dan menyelesaikan gelar Master of Fine Arts di bidang penulisan kreatif pada tahun 1987. Ia lalu pindah ke Massachusetts untuk kuliah pascasarjana di jurusan filsafat di Universitas Harvard, tapi tak lama kemudian, ia memutuskan berhenti kuliah. KarierTugas akhir kehormatan Wallace di Amherst, yang membahas logika modal, kemudian ia kembangkan jadi novel debutnya The Broom of the System (1987). Dalam menulis, Wallace dengan sengaja menghindari jebakan khas seni postmodern—seperti ironi atau metafiksi—karena menurutnya, dalam wawancara tahun 1990, elemen-elemen itu justru jadi "agen dari keputusasaan besar dan kebuntuan" dalam budaya Amerika kontemporer. Novel keduanya Infinite Jest, dikenal karena struktur narasinya yang tidak biasa dan penggunaan catatan kaki yang panjang-panjang Wallace menerbitkan tiga kumpulan cerpen selama hidupnya: Girl with Curious Hair (1989), Brief Interviews with Hideous Men (1999)—yang kemudian diadaptasi jadi film pada 2009—dan Oblivion: Stories (2004). Cerpen dan esainya pernah dimuat di berbagai media ternama seperti The New Yorker dan Rolling Stone. Tiga kumpulan esainya juga terbit dalam bentuk buku: A Supposedly Fun Thing I'll Never Do Again (1997), Consider the Lobster (2005), dan Both Flesh and Not (2012). Selain menulis, Wallace juga mengajar bahasa Inggris dan penulisan kreatif di beberapa universitas, seperti Universitas Emerson, Universitas Negeri Illinois, dan Universitas Pomona. Kehidupan pribadiWallace sempat bergulat dengan depresi berat, alkoholisme, kecanduan narkoba, dan pikiran untuk mengakhiri hidupnya.[14] Ia beberapa kali dirawat di rumah sakit jiwa untuk mendapatkan perawatan. Pada tahun 2008, ayahnya mengatakan bahwa Wallace telah mengalami gangguan depresi mayor selama lebih dari dua dekade, dan obat antidepresanlah yang membantunya tetap bisa berkarya.[15] Pada tahun 1989, Wallace menghabiskan empat minggu di Rumah Sakit McLean—sebuah institusi psikiatri di Belmont, Massachusetts, yang terafiliasi dengan Harvard Medical School—untuk menjalani program detoks dari alkohol dan narkoba. Belakangan, Wallace mengatakan bahwa masa-masa di sana mengubah hidupnya.[14] Tahun 2002, ia bertemu dengan seorang pelukis bernama Karen L. Green. Mereka menikah pada 27 Desember 2004.[15][16][17] Saat Wallace meninggal, mereka tinggal di sebuah rumah di Claremont, California. Anjing memiliki tempat khusus di hati Wallace,[17][18] ia bahkan pernah bilang ingin membuka tempat penampungan untuk anjing liar.[18] Menurut sahabatnya, Jonathan Franzen, Wallace cenderung menyayangi anjing-anjing yang pernah disakiti, anjing-anjing yang kecil kemungkinannya untuk diadopsi orang lain karena butuh kesabaran ekstra.[17] Pada Juni 2007, Wallace mengalami sakit fisik yang parah—nyeri perut luar biasa—dan dokter menduga itu akibat interaksi antara salah satu obat yang ia konsumsi dengan makanan restoran yang baru ia santap. Atas saran dokter, Wallace pun menghentikan konsumsi phenelzine, obat antidepresan utama yang selama ini ia andalkan. Namun setelah itu, depresinya kembali memburuk.[15][17][19] Ia mencoba berbagai pengobatan lain, termasuk terapi kejut listrik. Ketika akhirnya ia kembali ke fenelzin, obat itu tak lagi bekerja seperti dulu, dan Wallace kembali tenggelam dalam gejala depresi berat.[17] Di awal 1990-an, Wallace pernah berpacaran dengan penulis Mary Karr. Pada tahun 2012, Karr menyebut perilaku Wallace terhadapnya dulu sangat obsesif dan meledak-ledak. Ia menuduh Wallace pernah melempar meja kopi ke arahnya dan memaksanya keluar dari mobil lalu meninggalkannya berjalan kaki pulang.[16][20] Di tahun 2018, Karr mengatakan bahwa apa yang ditulis dalam biografi Wallace karya D.T. Max tentang kekerasan Wallace terhadapnya "hanya sekitar dua persen dari apa yang sebenarnya terjadi." Ia mengklaim Wallace pernah menendangnya, memanjat dinding rumahnya di malam hari, mengikuti anak laki-lakinya yang masih lima tahun pulang dari sekolah, bahkan mencoba membeli senjata api untuk membunuh mantan suaminya.[21][22][23] Pada tahun 2015, Karr juga menyebut Wallace pernah melakukan kekerasan terhadap perempuan lain yang pernah ia kencani,[24] dan di tahun 2018, ia mengatakan bahwa beberapa perempuan, termasuk mantan mahasiswi Wallace, menghubunginya untuk berbagi cerita soal kekerasan fisik dan emosional yang mereka alami dari Wallace.[22] KematianPada 12 September 2008, di usia 46 tahun, Wallace menulis sebuah surat perpisahan untuk istrinya, Ia kemudian merapikan sebagian naskah The Pale King, dan mengakhiri hidupnya dengan cara menggantung diri di beranda belakang rumahnya.[25][26] Upacara peringatan diadakan di berbagai tempat yang pernah menjadi bagian penting dalam hidup dan kariernya Pomona College, Amherst College, Universitas Arizona, Universitas Illinois State, dan pada 23 Oktober 2008, sebuah peringatan khusus juga digelar di Universitas New York. Di sana sejumlah orang yang mengenalnya secara pribadi dan profesional memberikan penghormatan terakhir. Di antaranya adalah adik perempuannya, Amy Wallace-Havens; agen sastranya, Bonnie Nadell; Gerry Howard, editor dua buku pertamanya; Colin Harrison dari Harper’s Magazine; Michael Pietsch, editor Infinite Jest dan karya-karya besarnya yang lain; Deborah Treisman, editor fiksi dari The New Yorker; serta beberapa penulis yang pernah bersinggungan dengan Wallace dalam perjalanan hidupnya seperti Don DeLillo, Zadie Smith, George Saunders, Mark Costello, Donald Antrim, serta Jonathan Franzen.[27][28][29] Referensi
Pranala luar![]() Wikimedia Commons memiliki media mengenai David Foster Wallace. ![]() Wikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan: David Foster Wallace.
|