Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Tanggul alam

Tanggul alam Sungai Waal, di dataran rendah sungai Haalderen (Gelderse Poort).

Tanggul alam (natural levees) adalah tanggul yang terbentuk akibat banjir yang mengendapkan lumpur di daerah tertentu.[1] Endapan di tanggul alam mengandung lumpur, pasir, dan batu dan terbentuk sedemikian rupa sehingga miring menjauhi kedua sisi sungai atau dataran banjir.[2] Tanggul alami memiliki ketinggian yang lebih tinggi dibandingkan dengan saluran sungai dan meruncing ke bawah mencapai batas ambang banjir.[3]

Pembentukan

Proses pembentukan tanggul alam (dalam bahasa inggris)

Proses sedimentasi tanggul alam melibatkan beberapa tahapan, termasuk jumlah genangan air di dasar dataran banjir. Ketika air keluar dari saluran dan meluap ke dataran banjir, terjadi penurunan kecepatan aliran secara tiba-tiba. Hal ini menyebabkan deposisi pasir dan lanau kasar secara langsung, yang kemudian diangkut di sepanjang permukaan dataran banjir sebagai beban dasar. Sedimen kasar yang bergerak sebagai beban dasar tidak menempuh jarak jauh karena mengalami hambatan dari vegetasi dataran banjir.

Terkadang, dasar dataran banjir telah tergenang sebelumnya oleh sumber-sumber seperti air tanah atau curah hujan lokal. Ketika endapan luapan limpasan sungai diangkut ke dalamnya, mekanisme difusi turbulen yang dominan diamati dalam pembentukan tanggul. Proses ini terjadi di dataran banjir yang memiliki cekungan banjir dengan permukaan air yang tinggi di dekat saluran. Ketika banjir terjadi, gradien konsentrasi sedimen lateral yang curam terbentuk antara saluran dan cekungan banjir, dan sedimen dengan cepat mengendap dari suspensi, menghasilkan tanggul alam yang curam.

Selama peristiwa banjir, jika dasar dataran banjir tidak tergenang secara signifikan, air banjir mengalir ke sisi tanggul menuju dataran rendah yang tidak terlalu tergenang. Hal ini menghasilkan tanggul alam dengan gradien yang lebih rendah dan morfologi melengkung.

Laju sedimentasi bergantung pada jumlah dan ukuran sedimen. Karakteristik banjir seperti musiman, durasi, frekuensi, dan besaran juga memengaruhi proses sedimentasi. Pembentukan tanggul alam membutuhkan waktu ratusan hingga ribuan tahun dan dipelajari melalui analisis tanah serta pemeriksaan tanah dan sedimen yang terekspos di tebing saluran.[2][4][5][6]

Contoh

  • Sungai Kuning (Huang He), China: Sungai ini terkenal dengan pengendapan sedimennya yang tinggi, yang menyebabkan pembentukan tanggul alami yang signifikan di sepanjang alirannya.[7]
  • Sungai Mississippi, Amerika Serikat: Sungai ini juga memiliki tanggul alami yang luas, dan bahkan beberapa di antaranya telah diperkuat dengan tanggul buatan untuk pengendalian banjir.
  • Pulau Majuli, India: Pulau sungai ini terletak di Sungai Brahmaputra dan merupakan contoh nyata bagaimana tanggul alami dapat membentuk pulau sungai.[8]
  • Sungai Warta, Polandia: Tanggul-tanggul di sungai ini terbentuk setelah dua banjir besar pada tahun 2010 dan 2011.[9]
  • Delta Sungai Gangga-Brahmaputra, Bangladesh/India: Meskipun ini adalah delta, proses pembentukannya melibatkan pengendapan sedimen yang signifikan, membentuk tanggul alami di sekitar saluran sungai.
  • Delta Sungai Mahakam, Indonesia: Contoh lain dari delta yang terbentuk oleh pengendapan sedimen, yang juga melibatkan pembentukan tanggul alami.[10]

Referensi

  1. ^ "Arti kata tanggul - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online". kbbi.web.id. Diakses tanggal 2025-07-03.
  2. ^ a b "Natural Levee". Trenchlesspedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-07-03.
  3. ^ Miardini, Arina (2019-04-01). "DINAMIKA BENTUKAN LAHAN FLUVIAL AKIBAT SEDIMENTASI DI SUNGAI GRINDULU, SEGMEN ARJOSARI-PACITAN (Fluvial landform dynamics caused by sedimentation of Grindulu River, Arjosari-Pacitan Segment)". Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. 3 (1): 13–26. doi:10.20886/jppdas.2019.3.1.13-26. ISSN 2579-6097.
  4. ^ A. S. G. (1984-09). "A. Faniran & L. K. Jeje 1983. Humid Tropical Geomorphology. xvii + 414 pp. London, Lagos, New York: Longman. Price £19.95 (cased), £7.95 (paperback). ISBN 0 582 64346 5 (cased), 0 582 64351 1 (paperback)". Geological Magazine. 121 (5): 516–516. doi:10.1017/s0016756800030089. ISSN 0016-7568.
  5. ^ Arung, Desan Desitna. "bentuk lahan asal strukutural".
  6. ^ Boechat Albernaz, Marcio; Roelofs, Lonneke; Pierik, Harm Jan; Kleinhans, Maarten G. (2020). "Natural levee evolution in vegetated fluvial-tidal environments". Earth Surface Processes and Landforms (dalam bahasa Inggris). 45 (15): 3824–3841. doi:10.1002/esp.5003. ISSN 1096-9837. PMC 7780550. PMID 33424074.
  7. ^ avalanchecreative (2023-02-22). "How Does the Formation of a Natural Levee Impact Flooding?". TrapBag (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2025-07-05.
  8. ^ "A Complete List Of Fluvial Landforms". WorldAtlas (dalam bahasa American English). 2018-09-20. Diakses tanggal 2025-07-05.
  9. ^ Skolasińska, Katarzyna; Szczuciński, Witold; Mitręga, Marta; Jagodziński, Robert; Lorenc, Stanisław (2015). "Sedimentary record of 2010 and 2011 Warta River seasonal floods in the region of Poznań, Poland". Geological Quarterly (dalam bahasa Inggris). 59 (1): 47–doi: 10.7306/gq.1179. doi:10.7306/gq.1179. ISSN 1641-7291.
  10. ^ Kompasiana.com (2024-10-12). "Erosi dan Sedimentasi: Dinamika Alam yang Mengukir Dunia". KOMPASIANA. Diakses tanggal 2025-07-05.
Kembali kehalaman sebelumnya