Perang Banjar [ 2] [ 3] [ 4] [ 5] atau Perang Banjar-Barito atau Perang Kalimantan Selatan [ 6]
adalah perang perlawanan terhadap penjajahan kolonial Belanda di Kerajaan Banjar[ 7] yang berlangsung hampir setengah abad (1859–1906), sehingga menjadikannya perang terlama di Nusantara.[ 8] Jika dilihat coraknya, perlawanan dapat dibedakan antara perlawanan ofensif yang berlangsung dalam waktu relatif pendek (1859–1863),[ 9] [ 10] dan perlawanan defensif yang mengisi yang mengisi seluruh perjuangan selanjutnya (1863–1905/06).[ 11] [ 12]
Konflik dengan Belanda sebenarnya sudah mulai sejak Belanda memperoleh hak monopoli dagang di Kesultanan Banjar . Dengan ikut campurnya Belanda dalam urusan kerajaan, kekalutan makin bertambah. Pada tahun 1785, Pangeran Nata yang menjadi wali putra mahkota, mengangkat dirinya menjadi raja dengan gelar Sultan Tahmidullah II (1761–1801[ 13] ) dan membunuh semua putra almarhum Sultan Muhammad . Pangeran Amir , satu-satunya pewaris tahta yang selamat, berhasil melarikan diri lalu mengadakan perlawanan dengan dukungan pamannya Gusti Kasim (Arung Turawe ), tetapi gagal. Pangeran Amir (kakek Pangeran Antasari ) akhirnya tertangkap dan dibuang ke Ceylon Belanda .[ 2] [ 6] [ 14] [ 15] [ 16]
Strategi Perang
Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari menggunakan strategi perang gerilya dengan membuat kerajaan baru di pedalaman dan membangun benteng-benteng pertahanan di hutan-hutan. Semangat perlawanan dari persatuan rakyat Banjar dan Dayak diikat dengan relasi kekeluargaan dan kekerabatan melalui ikatan pernikahan. Ikatan tersebut melahirkan status pegustian dan temenggung yang menjadi sarana pemersatu dan solidaritas Banjar -Dayak menghadapi Belanda.[ 17]
Pangeran Antasari juga menggalang kerja sama dengan Kesultanan Kutai Kertanegara melalui kerabatnya di Tenggarong . Pangeran Antasari menyurati pangeran-pangeran lainnya dari Kutai seperti Pangeran Nata Kusuma, Pangeran Anom, dan Kerta. Mereka semua adalah mata rantai penyelundupan senjata api dari Kutai ke Tanah Dusun (Banjar ). Namun, ketika Perang Banjar dilanjutkan oleh keturunan Pangeran Antasari, Sultan Kutai Aji Muhammad Sulaiman tidak merespons positif permintaan bantuan dari Pangeran Perbatasari . Bahkan, Pangeran Perbatasari diserahkan kepada Belanda pada 1885.[ 17]
Benteng-benteng pertahanan yang terkenal di hulu dan hilir Teweh:
Benteng Gunung Sulit
Benteng Guyu
Benteng Bayan Begok
Benteng Liang Umbung
Benteng Pangin
Benteng Takko, dekat perbatasan Kutai
Benteng Bamunan
Benteng Terumbang
Tokoh-Tokoh Hebat
Pangeran Hidayatullah
Pangeran Antasari
Aling
Tumenggung Antaludin – Pemimpin Benteng Gunung Madang
Tumenggung Surapati
Pambakal Sulil
Tumenggung Singapati
Raden Mas Warga Nata
Mas Anom
Demang Lehman
Panglima Bukhari
Tumenggung Jalil – Pemimpin Benteng Tundakan – Baruh Bahinu
Panembahan Muhammad Sa'id
Panglima Batur
Panglima Umbung
Panglima Wangkang
Penghulu Muda
Penghulu Rasyid
Penghulu Suhasin
Raden Djaija – Kepala Pulau Petak Hilir
Tagab Obang
Pambakal Sulil – Pemimpin Perjuangan Di Sungai Kapuas Murung
Muhammad Seman
Kiai Suta Kara – Pemimpin Benteng Martagiri-Tapin
Suta Karsa – Pemimpin Benteng Pamaton Tatas Muning
Pangeran Tjitra Kasoema – Pemimpin benteng Gunung Jabuk
Pangeran Singa Terbang alias Goestie Tapa- pemimpin benteng Tamiang Layang-Telang
Kiai Raksapati - pemimpin benteng Gunung Pamaton
Toemenggoong Aria Pattie – Kepala Dusun Hilir)
Temenggung Karta Pata – Pemimpin Benteng Terumbang, Hilir Teweh
Ratu Zaleha
Wulan Jihad – Pejuang Wanita Dayak Kenyah
Tumenggung Gamar
Pangeran Miradipa – Pemimpin Benteng Tundakan-Baruh Bahinu
Pangeran Syarif Umar bin Zein Bahasyim (Adik lpar Pangeran Hidayatullah) – Gugur Dalam Pertempuran Paringin
Tumenggung Naro
Haji Buyasin (Hadji Boeijasin)[ 18]
Temenggung Kiai Tjakra Wati – pemimpin benteng Gunung Madang
Galuh Sarinah – isteri Kiai Tjakra Wati
Aji Pangeran Kusumanegara – Raja Cantung-Buntar Laut
Panglima Unggis , dimakamkan di desa Ketapang – Gunung Timang – Barito Utara .
Panglima Sogo , yang turut menenggelamkan kapal Onrust milik Belanda 26 Desember 1859 di Lewu Lutung Tuwur – makamnya di desa Malawaken, Teweh Tengah – Barito Utara .
Panglima Batu Balot (Tumenggung Marha Lahew) – panglima wanita yang pernah menyerang Fort Muara Teweh tahun 1864–1865, makamnya di desa Malawaken (Teluk Mayang), Kecamatan Teweh Tengah, Barito Utara .
Dammung Sayu – kepala suku Dayak Maanyan Kampung Magantis
Patih Gangsarmas – kepala suku Dayak Taboyan
Gusti Buasan – Pejuang Dari Desa Marindi – Haruai – Tabalong
Gusti Berakit (Berkek) – Cucu Pangeran Antasari
Amir – Pejuang Suku Aceh
Yusuf – Pejuang Suku Aceh
Pangeran Perbatasari
Pangeran Muhammad Aminullah , menantu Pangeran Prabu Anom
Antung Durrahman
Gusti Atjil
Kiai Sari Kodaton – Kepala Distrik Margasari
Haji Butaher Amuntai
Tagap Kundi Sampit
Tumenggung Djidan
Putri Bulan
Aluh Idut
Syarif Ali Al-Mahdali – Pemimpin Arab Kalimantan Barat
Panglima Mat Narung dari Putussibau
Panglima Wangkang
Tamanggung Awan
Tumenggung Silam
Tamanggung Balere
Tamanggung Ecut
Raden Sahidar
Raden Timbang
Panglima Kumis Baja
H.M.Amin
Panglima Bitik Bahe (dari Lanjas)
Damang Luntung (dari Pendreh)
Damang Laju (dari Jingah)
Tamanggung Danom
Tamanggung Angis (dari Montallat)
Raden Joyo
Panglima Inti
Upeng
Tamanggung Jadam (dari Sungai Teweh)
Panglima Bahi
Tamanggung Lawas (dari Sungai Lahei)
Pambakal Melinkan dari lanskap Karau .[ 19]
GoESTI OMAR .
GoESTI LAUN .
Toemenggoeng Mangkoe Sarie
Tommongong GENTING
Tommongong TOENDAM (zoon van het hoofd der Kapoers).
Hadjie MATARIP
Tewoeng , Singa atau kepala kampung Sanger-Wassi dan Djaär
DJOERAGAN KAOET alias RADEN DJAJA ANOEM[ 20] [ 21]
Sambang (Sultan Koening)[ 22] [ 23]
Raden Naun gelar Raden Mas Jaya Kusuma
Basah gelar Temenggung Mangku Negara
Pangeran Wiera Anta Kesoema alias Radhen Hassan – anak angkat Demang Lehman
Pangeran Mas Nata Widjaja, sepupu Pangeran Djaija Pamenang
Tokoh Pihak Kolonial Belanda :
Augustus Johannes Andresen
George Frederik Willem Borel
Karel Cornelis Bunnik
F.P. Cavaljé
P.P.H. van Ham
Karel van der Heijden
Christiaan Antoon Jeekel
H.L. Kilian
Franz Lodewijk Ferdinand Karel von Pestel
Evert Willem Pfeiffer
Joost Hendrik Romswinckel
Charles de Roy van Zuydewijn
C.E. Uhlenbeck
Gustave Verspijck
Johannes Jacobus Wilhelmus Eliza Verstege
Jacobus Agustinus Vetter
Stephanus Johannes Boers
Pangeran Djaija Pamenang – Regent Martapura
Radhen Adipati Danoe Redjo – Regent Amuntai
Toemenggoeng Nicodemus Djaija Negara – Kepala distrik Pulau Petak
Pangeran Syarif Muhammad Taha bin Pangeran Syarif Ali Alaydrus – HOOFD VAN BATOE LITJIN.[ 24] [ 25]
Pangeran Syarif Hamid bin Pangeran Syarif Ali Alaydrus – HOOFD VAN BATOE LITJIN.
Soeto Ono – Kepala distrik Sihoeng
Toemenggoeng Djaja Kartie – Kepala distrik Patai
Haji Kuwit
Kiai Ranga Nitie
Tumenggung Silam
Demang Sylvanus
Pangeran Muda Arifinbillah,raja Cengal, Manunggul, Bangkalaan
Raja Pagatan.
Medan Perang
Daerah pertempuran berada di daerah Kalimantan Selatan dan sebagian Kalimantan Tengah. Termasuk di daerah sungai Barito.[ 26]
Akhir Perang
Setelah Pangeran Hidayatullah tertangkap dan Pangeran Antasari wafat, perjuangan tetap berlanjut yang di pimpin oleh Gusti Mat Seman , Gusti Acil, Gusti Muhammad Arsyad, dan Antung Durrahman. Oleh pemimpin-pemimpin tersebut, rakyat masih bergerilya dengan se-sekali melakukan serangan kepada Belanda sampai awal abad ke-20 .
Akibat Perang
Daerah Kalimantan Selatan dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Belanda.
Dibubarkannya negara Kesultanan Banjar.
Bidang ekonomi
Dikuasainya tambang batubara dan perkebunan di daerah Kalimantan Selatan.
Referensi
^ https://kumparan.com/berita-hari-ini/kronologi-perang-banjar-bentuk-perlawanan-rakyat-indonesia-terhadap-belanda-1v3MiJoV1xo
^ a b Mayur, Gusti (1979). Perang Banjar . Rapi. hlm. 9.
^ (Indonesia) Drs. Tugiyono Ks. Pengetahuan Sosial Sejarah 2 . Grasindo. hlm. 37. ISBN 9797323838 . ISBN 9789797323837
^ (Indonesia) Eryadi, S.Pd. Intisari Pengetahuan Sosial Lengkap (IPSL) SMP . Kawan Pustaka. hlm. 278. ISBN 9797570053 . ISBN 9789797570057
^ (Indonesia) Mila Saraswati & Ida Widaningsih. Be Smart Ilmu Pengetahuan Sosial . PT Grafindo Media Pratama. hlm. 34. ISBN 6020000710 . ISBN 9786020000718
^ a b (Indonesia) Mudjibah Utami (2015). Cerita Perang Kemerdekaan Indonesia . WahyuMedia. hlm. 20. ISBN 6023780334 . ISBN 9786023780334
^ wilayah provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah
^ https://jejakislam.net/haji-dan-perlawanan-dalam-perang-banjar-1859-1906/
^ De Gids (dalam bahasa Belanda). Vol. 30. Stichting de Gids. 1866. hlm. 33.
^ De tijdspiegel (dalam bahasa Belanda). Fuhri. hlm. 179.
^ Nugroho Notosusanto (2008). Sejarah Nasional Indonesia Jilid 4: Kemunculan Penjajahan . Balai Pustaka. hlm. 271. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: contributors list (link )
^ "Colonial warfare and indigenous resistance, 1815–1910" . Diarsipkan dari asli tanggal 2014-03-23. Diakses tanggal 2011-07-24 .
^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Regnal
^ (Indonesia) Nasution, Harun (1992). Ensiklopedi Islam Indonesia .
^ (Indonesia) SEJARAH Untuk SMP dan MTs . Grasindo. ISBN 979025198X . ISBN 9789790251984
^ (Indonesia) Pranadipa Mahawira (1 Jan 2013). Cinta Pahlawan Nasional Indonesia: Terlengkap & Terupdate . WahyuMedia. hlm. 20. ISBN 9797957519 . Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link ) ISBN 9789797957513
^ a b Sjamsuddin, Helius (2001). Pegustian & Temenggung Akar Sosial, Politik, Etnis, dan Dinasti Perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah 1859–1906 . Balai Pustaka & Penerbit Ombak.
^ "Salinan arsip" . Diarsipkan dari asli tanggal 2016-08-22. Diakses tanggal 2015-11-03 .
^ (Belanda) Le Rutte, J. M. C. E. (1863). Episode uit den Banjermasingschen oorlog . A.W. Sythoff. hlm. 95.
^ Verzameling der merkwaardigste vonnissen gewezen door de Krijgsraden te velde in de Zuid- en Ooster-afdeeling van Borneo gedurende de jaren 1859–1864: bijdrage tot de geschiedenis van den opstand in het Rijk van Bandjermasin (dalam bahasa Belanda). Ter Landsdrukkerij. 1865. hlm. 93.
^ De gids: nieuwe vaderlandsche letteroefeningen (dalam bahasa Belanda). Vol. 3. G.J.A. Beijerinck. 1866. hlm. 47.
^ Julius Mühlfeld (1875). Wereldgeschiedenis van de jaren 1848–1870 (dalam bahasa Belanda). Van Hoogstraten en Gorter. hlm. 50.
^ (Belanda) Verzameling der merkwaardigste vonnissen gewezen door de Krijgsraden te velde in de Zuid- en Ooster-afdeeling van Borneo gedurende de jaren 1859–1864: bijdrage tot de geschiedenis van den opstand in het Rijk van Bandjermasin . Ter Landsdrukkerij. 1865. hlm. 31.
^ (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1862). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar . Vol. 36. Lands Drukkery. hlm. 156.
^ (Belanda) De bandjermasinsche krijg van 1859–1863: met portretten, platen en een terreinkaart . Vol. 2. D. A. Thieme. 1865. hlm. 154.
^ Sejarah Daerah Kalimantan Selatan . hlm. 53.
Pranala Luar